Perbedaan Depresi Mayor dan Persisten

Jumat, 22 Juli 2022 12:26 WIB

Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang bisa terjadi karena berbagai pemicu. (Pexels/Ivan Samkov)

TEMPO.CO, Jakarta - Depresi tergolong gangguan suasana hati yang rentan dialami. Merujuk Cleveland Clinic, hampir 7 persen orang dewasa di Amerika mengalami depresi setiap tahun. Perbandingan 1 dari 6 orang dewasa akan mengalami depresi dalam hidupnya. Ada beberapa jenis depresi.

Jenis depresi

1. Depresi mayor

Ketika seseorang mengalami perasaan sedih terus-menerus dan intens dalam waktu lama, berkemungkinan gangguan depresi mayor (MDD). Depresi mayor mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang, menganggu suasana hati, perilaku, fungsi tubuh, nafsu makan dan kualitas tidur. Mengutip Healthline, ciri gejala depresi mayor ditandai perubahan fungsi diri, kehilangan minat atau kesenangan.

Gejala itu dialami lima atau lebih selama dua pekan. Merasa sedih atau mudah tersinggung hampir sepanjang hari. Kecenderungan depresi ini kehilangan minta terhadap aktivitas yang biasanya dinikmati.

Perubahan nafsu makan yang mempengaruhi berat badan dan susah tidur juga menandakan gejala itu. Keinginan tidur lebih lama dari biasanya juga perasaan terus gelisah juga gejala depresi ini. Muncul perasaan tak berharga dan selalu bersalah juga kesulitan berkonsentrasi. Ada kecenderungan ingin tidur lebih lama dari biasanya. Kondisi depresi ini memunculkan keinginan melukai diri.

Advertising
Advertising

Depresi ini juga rentan mempengaruhi tingkat konsumsi rokok dan minuman beralkohol. Dalam pendidikan juga rentan menurunkan prestasi akademik dan bermasalah dalam pergaulan sosial

2. Depresi persisten

Mengutip Mayo Clinic, depresi persisten juga disebut distimia. Gangguan depresi ini jangka panjang dan berkelanjutan. Kondisi ini menyebabkan kehilangan minat dalam aktivitas normal sehari-hari, mudah tersinggung, gangguan nafsu makan, insomnia atau terlalu banyak tidur. Gejala rata-rata sama seperti jenis depresi mayor.

Tapi, depresi ini cenderung sampai kurun bertahun-tahun secara signifikan mengganggu hubungan dengan orang lain, pendidikan, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari.

Merujuk Medical News Today, depresi persisten dipengaruhi lingkungan, psikologis, kondisi medis yang serius, seperti diabetes dan kanker. Riwayat depresi pribadi atau keluarga, trauma atau stres berat, penggunaan obat-obatan tertentu juga mempengaruhi gangguan suasana hati ini.

Baca: Perubahan Musim Bisa Berakibat Depresi, Kenapa?

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Berita terkait

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

10 hari lalu

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?

Baca Selengkapnya

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

11 hari lalu

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

Psikolog menyarankan empat praktik untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kekuatan mental, baik di tempat kerja maupun di rumah.

Baca Selengkapnya

Polisi Tangkap Rio Reifan 5 Kali karena Narkoba, Sederet Bahaya Konsumsi Sabu

12 hari lalu

Polisi Tangkap Rio Reifan 5 Kali karena Narkoba, Sederet Bahaya Konsumsi Sabu

Artis Rio Reifan kelima kali ditangkap polisi karena kasus narkoba. Apa itu sabu dan bahaya menggunakannya?

Baca Selengkapnya

Inilah Manfaat Berlari di Pagi Hari

16 hari lalu

Inilah Manfaat Berlari di Pagi Hari

Salah satu manfaat yang paling signifikan dari berlari di pagi hari adalah kemampuannya untuk mengurangi gejala depresi.

Baca Selengkapnya

Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

21 hari lalu

Tanda Ibu Hamil Alami Gangguan Mental

Gangguan mental pada ibu hamil perlu dikenali karena membuat perasaan tidak nyaman dan ada gangguan pada aktivitas sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Ginekolog Minta Pemilik Kolesterol Tinggi Waspadai Gejala Menopause

21 hari lalu

Ginekolog Minta Pemilik Kolesterol Tinggi Waspadai Gejala Menopause

Pemilik kolesterol tinggi perlu mewaspadai gejala menopause yang kian berat, terutama risiko penyakit kardiovaskular karena ketiadaan hormon estrogen.

Baca Selengkapnya

Gejala Post Holiday Blues dan 5 Kiat Mengurangi Risikonya

25 hari lalu

Gejala Post Holiday Blues dan 5 Kiat Mengurangi Risikonya

Suasana liburan yang terbawa saat memulai rutinitas bekerja mempengaruhi perasaan atau gangguan emosi. Kondisi itu menandakan post holiday blues

Baca Selengkapnya

Inilah 5 Alasan Waktu Liburan Terasa Begitu Cepat

25 hari lalu

Inilah 5 Alasan Waktu Liburan Terasa Begitu Cepat

Ternyata terdapat berbagai faktor psikologis dan eksternal yang dapat membuat waktu terasa semakin cepat berlalu selama liburan.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyebab Post-Holiday Blues yang Biasa Menyerang usai Liburan

26 hari lalu

Memahami Penyebab Post-Holiday Blues yang Biasa Menyerang usai Liburan

Post-holiday blues adalah perubahan suasana hati sebagai akibat dari transisi antara masa liburan kepada kondisi rutin yang harus dihadapi kembali.

Baca Selengkapnya

Aurelie Moeremans Ungkap Alami Depresi, Semangat Hilang, dan Merasa Hampa

28 hari lalu

Aurelie Moeremans Ungkap Alami Depresi, Semangat Hilang, dan Merasa Hampa

Aurelie Moeremans mengungkapkan dirinya saat ini tengah menepi dari media sosial untuk penyembuhan dari depresi yang dirasakannya.

Baca Selengkapnya