Mengenal Mikrosefali, Kondisi Kepala Bayi Lebih Kecil dari Biasanya

Reporter

Tempo.co

Editor

Nurhadi

Rabu, 7 September 2022 19:23 WIB

Lucas Matheus, yang menderita microcephaly saat menjalani terapi di rumah sakit UPAE di Caruaru, Pernambuco, Brasil, 27 September 2016.Di Brazil, pemerintah telah melaporkan 1.949 kasus mikrosefali atau malformasi otak pada tahun lalu. AP/Felipe Dana

TEMPO.CO, Jakarta - Mikrosefali adalah suatu kondisi di mana kepala bayi lebih kecil daripada anak-anak lain pada usia yang sama. Kondisi ini mungkin hadir saat bayi lahir. Mengutip Cleveland Clinic, mikrosefali terbilang kondisi yang langka, yakni hanya terjadi pada 2-12 bayi per 10.000 kelahiran.

Mengutip Healthline, mikrosefali dapat didiagnosis sebelum lahir dengan menggunakan ultrasonografi prenatal. Untuk membuat diagnosis saat bayi masih dalam kandungan, USG harus dilakukan pada akhir trimester kedua atau pada trimester ketiga.

Setelah bayi lahir, mikrosefali dapat didiagnosis dengan mengukur lingkar kepala bayi dan membandingkannya dengan ukuran kepala normal bayi baru lahir. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik lengkap dan mendapatkan riwayat prenatal dan kelahiran anak secara lengkap. Dokter akan bertanya kepada orang tua tentang perkembangan anak, seperti merangkak dan berjalan karena mikrosefali kerap disertai dengan cacat intelektual.

Mengutip Mayo Clinic, mikrosefali biasanya merupakan dampak dari masalah perkembangan otak yang dapat terjadi di dalam kandungan atau selama masa bayi. Mikrosefali bisa juga bersifat genetik. Penyebab lain mikrosefali lainnya dapat termasuk:

1. Craniosynostosis

Advertising
Advertising

Sekering awal sendi (jahitan) antara lempeng tulang yang membentuk tengkorak bayi membuat otak tidak tumbuh. Mengobati craniosynostosis biasanya berarti bayi membutuhkan pembedahan untuk memisahkan tulang yang menyatu. Operasi ini mengurangi tekanan pada otak, memberikan ruang yang cukup untuk tumbuh dan berkembang.

2. Perubahan genetik

Seperti down syndrome dan sejumlah kondisi serupa lainnya.

3. Penurunan oksigen ke otak janin (anoksia serebral)

Komplikasi tertentu dari kehamilan atau persalinan dapat mengganggu pengiriman oksigen ke otak bayi.

4. Infeksi ditularkan ke janin selama kehamilan

Ini termasuk toksoplasmosis, cytomegalovirus, campak Jerman (rubella), cacar air (varicella) dan virus Zika.

4. Paparan obat-obatan, alkohol atau bahan kimia beracun tertentu di dalam kandungan

Semua ini dapat mempengaruhi perkembangan otak janin selama kehamilan.

5. Malnutrisi parah

Tidak mendapatkan nutrisi yang cukup selama kehamilan dapat merusak perkembangan otak janin.

6. Fenilketonuria yang tidak terkontrol, juga dikenal sebagai PKU, pada ibu

PKU menghambat kemampuan ibu untuk memecah asam amino fenilalanin dan dapat mempengaruhi perkembangan otak janin selama kehamilan.

HATTA MUARABAGJA

Baca juga: Terungkap, Ternyata Ini Cara Virus Zika Sebabkan Mikrosefali

Berita terkait

Spesialis Saraf Jelaskan Segala Hal tentang Penyakit Parkinson

1 hari lalu

Spesialis Saraf Jelaskan Segala Hal tentang Penyakit Parkinson

Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif sejalan dengan proses penuaan sistem saraf di otak ketika zat dopamin mengalami penurunan.

Baca Selengkapnya

Memahami Bahaya Hipertensi pada Perempuan yang Sering Diabaikan

1 hari lalu

Memahami Bahaya Hipertensi pada Perempuan yang Sering Diabaikan

Penting bagi perempuan untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya hipertensi yang diperlukan untuk menjaga kesehatan jantung dan kesejahteraan mereka.

Baca Selengkapnya

Cara Menyimpan dan Urutan Memberikan ASI Beku yang Benar

2 hari lalu

Cara Menyimpan dan Urutan Memberikan ASI Beku yang Benar

Menyimpan dan memberikan ASI beku kepada bayi tak bisa sembarangan. Ada tata cara dan urutannya

Baca Selengkapnya

Perkosa Bayi Berusia 5 Hari, Pria Brasil Dibekuk Polisi

2 hari lalu

Perkosa Bayi Berusia 5 Hari, Pria Brasil Dibekuk Polisi

Selain kasus bayi diperkosa, pria Brasil ini juga sedang menghadapi penyelidikan atas percobaan pemerkosaan terhadap seorang remaja

Baca Selengkapnya

Mengenal Lebih Dekat 7 Jenis dan Tipe Popok Clodi

3 hari lalu

Mengenal Lebih Dekat 7 Jenis dan Tipe Popok Clodi

Dengan memahami karakteristik jenis-jenis popok codi, orang tua bisa menemukan yang sesuai dengan kebutuhan dan k konndisi keluarga.

Baca Selengkapnya

ASI Bubuk Tidak Direkomendasikan Dokter Anak, Begini Niat Baik Dibalik Pembuatannya

3 hari lalu

ASI Bubuk Tidak Direkomendasikan Dokter Anak, Begini Niat Baik Dibalik Pembuatannya

Inovasi ASI bubuk oleh mahasiswa ITB dipicu oleh niat menciptakan solusi untuk wanita karier yang kerap kesulitan menyusui.

Baca Selengkapnya

Popok Bayi Baiknya Diganti dengan Tisu Basah atau Kapas, Mana yang Terbaik?

3 hari lalu

Popok Bayi Baiknya Diganti dengan Tisu Basah atau Kapas, Mana yang Terbaik?

Tisu basah lebih banyak dipilih orang tua untuk mengganti popok karena praktis, sedangkan kapas lebih aman digunakan dan mudah terurai.

Baca Selengkapnya

Ini Bahaya Sleep Apnea yang Sering Disepelekan

4 hari lalu

Ini Bahaya Sleep Apnea yang Sering Disepelekan

Sleep apnea adalah suatu kondisi yang menyebabkan orang berhenti bernapas secara berkala saat mereka sedang tidur.

Baca Selengkapnya

Guru Besar Unair Ungkap Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran pada Bayi

4 hari lalu

Guru Besar Unair Ungkap Pentingnya Deteksi Dini Pendengaran pada Bayi

Deteksi dini pada bayi baru lahir bisa menggunakan alat bernama auditory brainstem response (ABR).

Baca Selengkapnya

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

5 hari lalu

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot

Baca Selengkapnya