Pentingnya Tanamkan Nilai Sportivitas pada Anak sejak Dini

Reporter

Antara

Rabu, 5 Oktober 2022 11:11 WIB

Pemain Paris St Germain Neymar melakukan tos bersama anak-anak saat memberikan klinik sepak bola untuk anak-anak selama tur tim Jepang, di Tokyo, Jepang 18 Juli 2022. REUTERS/Kim Kyung-Hoon

TEMPO.CO, Jakarta - Banyak anak menjadi korban di tragedi Kanjuruhan, 1 Oktober 2022. Psikolog anak dan keluarga Samanta Elsener pun mengatakan orang tua perlu menanamkan nilai-nilai sportivitas pada anak sedini mungkin karena sangat penting untuk pembentukan karakter.

"Sangat penting karena ini akan membentuk karakter anak. Jika kalah dapat berjiwa besar menilai kekalahan dan mengupayakan diri agar dapat tampil lebih optimal di kesempatan berikutnya," kata anggota Himpunan Psikolog Indonesia (Himpsi) itu.

Ia melanjutkan menanamkan nilai sportivitas juga membuat anak tidak menjadi sombong atau merendahkan kemampuan lawan. Sebaliknya, anak akan tetap menghargai dan menjaga pertemanan yang sehat sekalipun dengan lawan, meski di luar kompetisi. Dalam menanamkan nilai sportivitas pada anak, Samanta mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua, di antaranya tidak berkomentar yang menjatuhkan pemain lain sebagai bentuk kritik atau ketidakpuasan di depan anak.

"Jika tidak puas dengan hasil latihan, diskusikan pada pelatih hal-hal apa yang sekiranya dapat ditingkatkan," imbuhnya.

Belajar terima kekalahan
Jika mengalami kekalahan saat berkompetisi, Samanta mengatakan orang tua harus mengajarkan anak menerima kekalahan dengan lapang dada dan mengajaknya memberi selamat kepada lawan yang menang. Ia juga mengatakan dalam menanamkan nilai sportivitas perlu dicatat bahwa orang tua tidak bisa menerapkan konsep rewards (penghargaan) dan punishment (hukuman) karena hal tersebut akan membuat anak merasa tidak adil.

Advertising
Advertising

Untuk itu, dia mengatakan orang tua tidak boleh memarahi atau menghukum anak jika kalah di kompetisi, khususnya jika yang dijalani adalah kompetisi yang melibatkan kelompok, seperti sepak bola. Pasalnya, dalam kompetisi tersebut anak bukan pemain tunggal sehingga banyak faktor yang menyebabkan kekalahan. Alih-alih menghukum, orang tua sebaiknya memuji hal-hal baik yang ada dalam diri anak dan dorong dia supaya bisa meningkatkan kemampuan.

"Jangan fokus pada siapa yang kalah dan siapa yang menang. Setelah kompetisi, orang tua perlu fokus pada usaha yang sudah dilakukan anak selama kompetisi berjalan. Fokus pada hal-hal baik yang sudah dilakukan anak," paparnya. "Bicarakan atau diskusikan juga beberapa orang yang menunjukkan sikap sportivitas sebagai role model anak. Orang tua juga dapat memberikan contoh-contoh yang negatif juga sebagai pembelajaran untuk anak (agar tidak mencontoh yang negatif)."

Baca juga: Dampak Pelecehan Seksual, Anak Depresi dan Mau Bunuh Diri

Berita terkait

Kompetisi STEM Samsung Solve for Tomorrow Kembali Digelar, Kini Dibuka untuk Mahasiswa

1 hari lalu

Kompetisi STEM Samsung Solve for Tomorrow Kembali Digelar, Kini Dibuka untuk Mahasiswa

Tahun ini Samsung Solve for Tomorrow turut dibuka untuk kalangan mahasiswa (D3, D4 dan S1) guna menjangkau lebih banyak penerima manfaat.

Baca Selengkapnya

Pola Asuh yang Perlu Dipahami Kakek Nenek saat Mengasuh Cucu

1 hari lalu

Pola Asuh yang Perlu Dipahami Kakek Nenek saat Mengasuh Cucu

Psikolog mengingatkan kakek atau nenek memahami jenis-jenis pola asuh ketika mengasuh cucu. Apa saja yang perlu dilakukan?

Baca Selengkapnya

Refleksi Nirina Zubir atas Perkara Mafia Tanah dengan Bekas ART: Mendobrak Tabu Percakapan Aset Orang Tua hingga Mulut Manis Sang Asisten

2 hari lalu

Refleksi Nirina Zubir atas Perkara Mafia Tanah dengan Bekas ART: Mendobrak Tabu Percakapan Aset Orang Tua hingga Mulut Manis Sang Asisten

Duel aktris Nirina Zubir melawan mafia tanah bekas asisten mendiang ibunya, Riri Khasmita, patut menjadi contoh orang ramai yang menghadapi kasus serupa.

Baca Selengkapnya

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

3 hari lalu

7 Cara Berhenti dari Kecanduan Judi Online

PPATK menemukan bahwa 3,2 juta warga Indonesia menjadi pemain judi online dengan perputaran uang mencapai Rp 100 triliun. Ini 7 cara berhenti main judi online.

Baca Selengkapnya

Bocah 15 Tahun jadi Korban Persetubuhan Sang Kekasih, Ibunya Lapor Polisi

3 hari lalu

Bocah 15 Tahun jadi Korban Persetubuhan Sang Kekasih, Ibunya Lapor Polisi

DP seorang anak wanita berusia 15 tahun menjadi korban dugaan persetubuhan anak di bawah umur. Pelaku diduga pemilik sebuah BAR.

Baca Selengkapnya

Saksi Ungkap Sering Bayari Biaya Ulang Tahun Cucu Syahrul Yasin Limpo Pakai Uang Kementan

4 hari lalu

Saksi Ungkap Sering Bayari Biaya Ulang Tahun Cucu Syahrul Yasin Limpo Pakai Uang Kementan

Menjawab itu, Isnar mengatakan putra Syahrul Yasin Limpo, Redindo juga pernah meminta uang kepadanya.

Baca Selengkapnya

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

4 hari lalu

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Ibu Pahami Jenis Bahasa Kasih Sayang pada Anak dan Keluarga

4 hari lalu

Pentingnya Ibu Pahami Jenis Bahasa Kasih Sayang pada Anak dan Keluarga

Ibu cerdas perlu mengetahui bahasa kasih sayang agar bisa disampaikan kepada keluarga dan anak.

Baca Selengkapnya

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

4 hari lalu

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.

Baca Selengkapnya

OJK Imbau Para Ibu agar Tak Ciptakan Generasi Sandwich

5 hari lalu

OJK Imbau Para Ibu agar Tak Ciptakan Generasi Sandwich

toritas Jasa Keuangan (OJK) mengingatkan para ibu agar tidak menciptakan generasi sandwich. Apa itu?

Baca Selengkapnya