Kiat Alihkan Rasa Panik dengan Makanan

Reporter

Antara

Senin, 24 Oktober 2022 11:54 WIB

Ilustrasi foto seorang gadis menjilati permen lolipop berisi kalajengking di Berlin, Jerman (7/5). (Sean Gallup/Getty images)

TEMPO.CO, Jakarta - Psikiater Santi Yuliani mengatakan pengalihan rasa panik bisa dilakukan melalui metode memfokuskan perhatian ke indera perasa seperti memakan permen.

"Metode lebih simpel bisa distraksi melalui metode merasakan permen. Taruh permen apapun itu, yang penting rasanya cukup kuat sehingga memang bisa dianalisis, mungkin asam atau sifatnya pedas atau mint," ucapnya.

Distraksi dengan metode ini disebutnya bisa mengalihkan konsentrasi otak yang sedang panik atau cemas ke area pengecapan atau area rasa. Ketika merasakan permen, otak akan fokus berpikir sehingga energi kecemasan yang tadinya terfokus ke amigdala tidak terlalu banyak sehingga menurunkan ketegangan. Amigdala adalah bagian dalam anatomi otak yang berhubungan dengan proses emosi, perilaku, dan memori.

"Apakah bisa langsung tenang, enggak juga. Tapi paling enggak kepanikannya tidak terlalu signifikan," katanya.

Menurutnya, cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan rangsangan fisik seperti memijit area antara jempol dan telunjuk. Pengalihan nyeri ini bisa memberikan efek nyeri pada fisik sehingga otak menganggap ada bahaya lain yang perlu direspons. Rangsangan ini akan membuat otak menganalisis bahaya yang jelas dan terlihat dibanding bahaya mental yang tidak terasa.

Advertising
Advertising

"Jadi pencet di antara jempol dan telunjuk, dilakukan secara ritmik 10 sampai 15 menit. Akhirnya otak berpikir ada bahaya lain yang perlu kita tindaklanjuti," lanjutnya.

Konsultasi ke ahli
Santi mengatakan terjadinya ovethinking atau berpikir terus menerus ini biasanya karena kurangnya referensi untuk menyelesaikan masalah. Karena itu diperlukan konseling dengan psikolog atau tenaga ahli.

"Ketika kita bicara tentang overthinking, ini terjadi karena referensi penyelesaiannya mungkin terbatas. Tujuannya datang konseling dengan psikolog atau datang ke psikiater bukan buat dicarikan solusinya tapi dikasih referensi," jelas Santi.

Kekurangan referensi ini juga bisa menimbulkan keputusasaan karena dirasa tidak bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi. Sehingga korteks prefrontal atau otak bagian logika tidak bisa membantu meredakan kepanikan karena kurangnya referensi menyelesaikan masalah.

"Itulah fungsinya membaca, berkonsultasi, dan kemudian mengerem banjir informasi dengan memilih sumber yang terpercaya. Jadi prefrontal cortex atau otak bagian logika ini betul-betul punya cukup modal untuk menenangkan amigdala," ucapnya.

Santi pun menjelaskan ciri-ciri orang yang memikirkan masalah terus menerus adalah gangguan tidur, emosi tidak stabil, nafsu makan terganggu, dan terburu-buru mengambil keputusan.

"Jadi, perhatikan perubahan kecil-kecil apakah ada masalah dalam tidur, apakah mulai masalah merespons pembicaraan dengan orang atau informasi, apakah jadi lebih mudah terburu-buru mengambil keputusan, atau termasuk nafsu makan akhir-akhir ini bermasalah atau tidak. Kalau iya, kemungkinannya sudah masuk kategori yang perlu dievaluasi," papar Santi.

Dokter yang praktik di RSJ. Prof. Dr. Soerojo Magelang ini mengatakan jika mengalami masalah yang membuat berpikir terus menerus, disarankan untuk mencoba menolong diri sendiri dengan melihat video atau membaca mengenai referensi penyelesaian masalah.

Baca juga: Sering Alami Serangan Panik? Pahami Penyebab dan Gejalanya

Berita terkait

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

5 jam lalu

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?

Baca Selengkapnya

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

23 jam lalu

Perkokoh Kesehatan Mental dengan 4 Tips Berikut

Psikolog menyarankan empat praktik untuk menjaga kesehatan mental dan meningkatkan kekuatan mental, baik di tempat kerja maupun di rumah.

Baca Selengkapnya

Viral Justin Bieber Menangis, Identik dengan Cengeng?

1 hari lalu

Viral Justin Bieber Menangis, Identik dengan Cengeng?

Justin Bieber menangis di Instagram. Reaksi warganet pun beragam. Bahkan istrinya, Hailey, ikut mengomentari dengan kata cengeng.

Baca Selengkapnya

10 Kebiasaan yang Bisa Menurunkan Fungsi Otak

7 hari lalu

10 Kebiasaan yang Bisa Menurunkan Fungsi Otak

Semua kebiasaan ini bukan menjadi hal menakutkan karena bisa diubah dengan pola hidup sehat.

Baca Selengkapnya

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

7 hari lalu

Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.

Baca Selengkapnya

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

7 hari lalu

Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.

Baca Selengkapnya

Sering Lupa? Lakukan 5 Tips Berikut untuk Meningkatkan Daya Ingat

8 hari lalu

Sering Lupa? Lakukan 5 Tips Berikut untuk Meningkatkan Daya Ingat

Dengan menerapkan tips-tips ini dalam kehidupan sehari-hari, Anda dapat meningkatkan daya ingat Anda dan mengurangi kecenderungan untuk lupa.

Baca Selengkapnya

Tidak Selalu Buruk, Berikut 5 Manfaat Lupa untuk Kerja Memori Otak

8 hari lalu

Tidak Selalu Buruk, Berikut 5 Manfaat Lupa untuk Kerja Memori Otak

Lupa ternyata memiliki manfaat penting untuk kesehatan otak dan kreativitas Anda.

Baca Selengkapnya

Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

8 hari lalu

Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

Perhatian buat orang tua, bermain gawai dalam waktu lama dapat memicu perilaku negatif seperti tantrum pada anak.

Baca Selengkapnya

Pemalu Hingga Takut Bentuk Kecemasan Sosial pada Anak, Ini Cara Atasinya

10 hari lalu

Pemalu Hingga Takut Bentuk Kecemasan Sosial pada Anak, Ini Cara Atasinya

Kecemasan sosial pada anak bukan hanya sekadar berdampak menjadi pemalu, namun dapat menyebabkan anak merasa takut dan menghindari situasi sosial

Baca Selengkapnya