Indonesia Hadapi Double Burden of Disease, Termasuk Frambusia, Apakah Penyakit Ini?

Minggu, 26 Februari 2023 06:02 WIB

Ilustrasi pria sedang diperiksa dokter. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia saat ini menghadapi double burden of disease, yaitu semakin meningkatnya penyakit tidak menular dan saat yang sama penyakit menular juga masih sangat tinggi. Penyakit ini berupa kusta dan frambusia.

Kementerian Kesehatan kini tengah berupaya melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit tropis terabaikan atau neglected tropical diseases (NTDs). Upaya ini dilakukan untuk mengejar target eliminasi NTDs di Indonesia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut ada 20 penyakit yang termasuk NDTs. Penyakit tersebut disebabkan oleh berbagai patogen, termasuk virus, bakteri, protozoa, dan cacing parasit.

Di Indonesia ada sejumlah penyakit NDTs yang diprioritaskan antara lain filariasis, cacingan, schistosomiasis, kusta, dan frambusia. Kemenkes sampai saat ini tengah menargetkan eliminasi 5 penyakit tersebut.

“Untuk NTDs ini vaksinnya belum ada, jadi protokol kesehatannya harus bagus, surveilansnya mesti bagus, dan pengobatannya juga mesti bagus,” ujarnya pada peringatan puncak Hari Penyakit Tropis Terabaikan Sedunia di Jakarta, Selasa 21 Februari 2023.

Selain kusta, frambusia merupakan penyakit NTD yang meskipun sudah jarang ditemukan, namun berdasarkan laporan dari Dinkes provinsi masih ditemukan, khususnya di daerah Indonesia Timur seperti Papua, Maluku, Maluku Utara. Pada 2024 yang akan datang merupakan target di mana seluruh kabupaten/kota diharapkan sudah berstatus bebas frambusia.

Advertising
Advertising

Salah satu yang menerima adalah Kabupaten Dharmasraya. Pemerintah Kabupaten Dharmasraya menerima penghargaan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) berupa sertifikat sebagai kabupaten bebas Frambusia.

Penghargaan diterima Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan, diwakili Sekretaris Daerah, Adlisman, didampingi Plt. Kepala Dinas Kesehatan, Yefrinaldi, di Karakatau Grand Ballroom TMII, Jakarta, Selasa, 21 Februari 2023.

Eradikasi frambusia merupakan upaya pembasmian yang dilakukan secara berkelanjutan untuk menghilangkan penyakit frambusia secara permanen sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat. Tentunya menjadi pertanyaan bagi kita, apa itu frambusia. Simak penjelasan berikut ini.

Di kutip dari Panduan Penyuluhan Dan Pengendalian Kusta Dan Frambusia Menurut Agama Islam, penyakit frambusia disebut patek atau bulo merupakan penyakit kulit yang menahun serta kambuhan. Penyakit kulit ini bisa ditularkan dengan cara bersentuhan dengan kulit penderita penyakit tersebut.

Selanjutnya: Apakah itu Penyakit Frambusia?
<!--more-->

Apakah Itu Frambusia?

Frambusia disebabkan bakteri treponema pertenue. Penyakit ini menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun. Penyakit frambusia sangat menular, penularan terjadi jika getah luka penderia bersentuhan secara langsung dengan kulit orang sehat yang luka. Meskipun disebabkan oleh bakteri yang sama, frambusia tidak menular melalui hubungan seksual dan tidak ditularkan dari ibu ke janin pada masa kehamilan atau persalinan.

Tepatnya, Frambusia ditularkan melalui lesi yang mengeluarkan cairan (getah, eksudat) yang mengandung banyak bakteri. Bakteri masuk melalui luka lecet, goresan atau luka infkesi kulit lainnya. Bakteri frambusia hanya hidup dalam tubuh manusia dan menular antara manusia. Biasanya ditularkan melalui luka terbuka atau adanya penyakit kudis, bisul, atau luka lain.

Penyakit frambusia memiliki dua fase, fase awal penyakit ini berupa benjolan kecil pada kulit yang menyerupai buah arbei. Namun benjolan tersebut tidak sakit dengan permukaan basah dan hilang dengan sendirinya.

Fase kedua, dimana penyakit ini biasa sering kering kecuali disertai infeksi. Pada fase ini, bagian tubuh yang terkena frambusia dapat menyebabkan kecacatan. ini biasanya terjadi di telapak tangan, telapak kaki, sendi serta tulang.

Kendati penyakit ini terdengar mengerikan, frambusia bisa diobati dengan Benzathine Penicilline. Yaitu dengan sekali suntikan penderita dapat disembuhkan. Suntikan Benzathine penicilline juga harus diberikan kepada orang yang pernah kontak fisik dengan penderita frambusia.

Disabit dari laman Kementerian Kesehatan Indoneisa, Frambusia terjadi diwilayah tropis yang memiliki sanitasi lingkungan yang buruk. Di Asia Tenggara, hanya ada dua negara yang memiliki penderita penyakit Frambusia yaitu Indonesia dan Timor Leste. Frambusia di Indonesia paling banyak ditemukan di daerah bagian timur yaitu Nusa Tenggara Timur (NTT).

Frambusia mudah disembuhkan apabila ditemukan secara dini. pengobatan sedini mungkin dapat mencegah penderita dari kecacatan tetap dan sembuh dalam jangka waktu 6 bulan. Sama seperti penyakit kusta, peran masyarakat dalam pencegahan penularan juga sangat penting. Hal ini bertujuan menemukan sedini mungkin penderita frambusia dan semua kontaknya sehingga dapat segera diobati.

Selain itu, pola hidup bersih dan sehat juga perlu diterapkan agar terhindar dari penyakit kulit frambusia dan penyakit menular lainnya. Bergantian menggunakan pakaian yang sama dengan orang lain yang menderita frambusia menjadi faktor lain yang dapat mempengaruhi penularan penyakit frambusia.

Pilihan Editor: Indonesia Rawan 5 Penyakit Tropis

https://nasional.tempo.co/read/432486/indonesia-rawan-5-penyakit-tropis

Berita terkait

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

1 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Luncurkan Green Climate Fund untuk Bangun Sistem Kesehatan Menghadapi Perubahan Iklim

Inisiatif ini akan membantu sistem kesehatan Indonesia untuk menjadi lebih tangguh terhadap dampak perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Masalah Kesehatan yang Perlu Diperhatikan Jemaah Haji agar Tak Ganggu Ibadah

1 hari lalu

Masalah Kesehatan yang Perlu Diperhatikan Jemaah Haji agar Tak Ganggu Ibadah

Selama mengikuti ibadah haji, kesehatan dan kebugaran menjadi hal utama yang patut dijaga serta dipertahankan jemaah haji.

Baca Selengkapnya

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

3 hari lalu

Kemenkes, UNDP dan WHO Perkuat Layanan Kesehatan Hadapi Perubahan Iklim

Kemenkes, UNDP dan WHO kolaborasi proyek perkuat layanan kesehatan yang siap hadapi perubahan iklim.

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

6 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Jangan Menularkan Penyakit setelah Lebaran, Ini yang Perlu Dilakukan

17 hari lalu

Jangan Menularkan Penyakit setelah Lebaran, Ini yang Perlu Dilakukan

Setelah Lebaran, orang telah banyak berinteraksi dengan yang lain dan kemungkinan lupa menerapkan pola hidup sehat. Jangan sampai menularkan penyakit.

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

21 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

24 hari lalu

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.

Baca Selengkapnya

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

25 hari lalu

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO

Baca Selengkapnya

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

26 hari lalu

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?

Baca Selengkapnya

Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

29 hari lalu

Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 3 Apil 2024, mengungkap kehancuran di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza

Baca Selengkapnya