Kenali Perburukan Gejala Penyakit Paru Obstruktif Kronis

Reporter

Antara

Selasa, 30 Mei 2023 14:14 WIB

Ilustrasi paru-paru basah. Foto : halodoc

TEMPO.CO, Jakarta - Triya Damayanti dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) memiliki potensi dapat berubah menjadi perburukan gejala atau eksaserbasi.

"Gejalanya bisa semakin memburuk atau progresif secara perlahan. Ada suatu masa ketika pasien PPOK menjadi eksaserbasi, jadi kayak seperti serangan, penambahan gejala dari yang biasanya," kata Triya.

Pada kondisi eksaserbasi, penderita akan mengalami sesak napas dan produksi dahak yang meningkat, serta laju napas dan nadi menjadi lebih cepat. Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UI Prof. dr. Wiwien Heru Wiyono, Sp.P(K) mengatakan kondisi eksaserbasi mempercepat penurunan fungsi paru-paru. Hal ini menjadi ciri utama perburukan PPOK. Eksaserbasi PPOK juga dapat mengakibatkan berkurangnya aktivitas fisik, kualitas hidup yang lebih buruk, serta peningkatan risiko kematian pada kasus yang lebih berat.

"Setiap kali eksaserbasi PPOK terjadi mungkin meninggalkan kerusakan paru permanen dan ireversibel sehingga lebih sulit bagi pasien untuk bernapas dan meningkatkan perkembangan gejala yang lebih buruk ke depannya," kata Wiwien.

Cegah perburukan
Senada dengan Wiwien, Triya menambahkan eksaserbasi PPOK menyebabkan fungsi paru yang tidak lagi sama seperti kondisi normal. Mengingat bahaya yang ditimbulkan maka salah satu tujuan spesialis paru mengobati PPOK yaitu menghindari jangan sampai penderita mengalami eksaserbasi.

Advertising
Advertising

Untuk mencegah perburukan dan eksaserbasi serta mencapai hasil pengobatan PPOK sesuai yang diharapkan maka diperlukan kesadaran bersama untuk memahami sifat dan perjalanan PPOK, juga mengawali pengobatan PPOK yang tepat lebih dini.

"Ketika pasien datang, kemudian kita diagnosis, berikan obat yang sesuai fenotipenya. Jadi, sifat-sifat yang paling menonjol, dominan dari pasien karena pasien PPOK A dan pasien PPOK B mungkin berbeda-beda karakteristiknya," kata Triya.

Wiwien juga menekankan pentingnya spesialis paru mendiagnosis PPOK berdasarkan fenotipe masing-masing pasien sehingga tepat sasaran dalam memberikan pengobatan. Diharapkan upaya ini dapat menekan angka kematian pada PPOK.

Menurut Wiwien, pemberian terapi oksigen menjadi langkah pertolongan pertama yang harus dilakukan pada eksaserbasi PPOK saat penderita mengeluhkan sesak napas. Pasien juga akan diberikan obat pelega atau bronkodilator dalam bentuk nebulizer. Di samping itu, pemberian obat antiradang juga dimungkinkan di samping obat pelega.

"Kita lihat responsnya. Kalau dia membaik maka mungkin kita pulangkan pasiennya. Tapi kalau tidak membaik, kita perlu rawat, bahkan yang berat kita mesti rawat di ICU," papar Wiwien.

Pilihan Editor: Dampak Penyakit Paru Obstruktif Kronis pada Penderita, Kualitas Hidup Turun

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

1 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

4 hari lalu

Jokowi Sebut RI Kehilangan Devisa Rp 180 Triliun karena Masyarakat Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa Indonesia kehilangan devisa US$ 11,5 Miliar atau Rp 180 triliun per tahun. Apa sebabnya?

Baca Selengkapnya

Memahami Tahapan Alzheimer, pada Usia Berapa Biasa Terserang?

6 hari lalu

Memahami Tahapan Alzheimer, pada Usia Berapa Biasa Terserang?

Meski biasanya dialami lansia atau usia 65 tahun ke atas, orang yang lebih muda juga bisa kena Alzheimer. Kenali tahapannya agar waspada gejalanya.

Baca Selengkapnya

Benarkah Tidur di Lantai atau dengan Kipas Angin Sebabkan Paru-paru Basah?

10 hari lalu

Benarkah Tidur di Lantai atau dengan Kipas Angin Sebabkan Paru-paru Basah?

Dokter meluruskan beberapa mitos seputar paru-paru basah, termasuk yang mengaitkan kebiasaan tidur di lantai dan kipas angin menghadap badan.

Baca Selengkapnya

Mengenali Tipe Penyakit Pneumotoraks seperti yang Dialami Winter Aespa

13 hari lalu

Mengenali Tipe Penyakit Pneumotoraks seperti yang Dialami Winter Aespa

Winter Aespa alami pneumotoraks dapat berupa kolaps paru total atau kolaps sebagian paru saja. Berikut beberapa tipe penyakit ini.

Baca Selengkapnya

Arus Balik Lebaran 2024, Polda Banten Tolong Perempuan Sesak Napas di Dermaga 7 Pelabuhan Merak

13 hari lalu

Arus Balik Lebaran 2024, Polda Banten Tolong Perempuan Sesak Napas di Dermaga 7 Pelabuhan Merak

Polda Banten juga melakukan pengawalan korban ke pos kesehatan karena volume kendaraan yang meningkat saat arus balik Lebaran 2024

Baca Selengkapnya

Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

13 hari lalu

Apa Itu Penyakit Pneumotoraks yang Diderita Winter Aespa?

SM Entertainment secara resmi mengkonfirmasi laporan bahwa Winter Aespa telah menjalani operasi untuk pneumotoraks. Penyakit apa itu?

Baca Selengkapnya

Penyebab Pneumothorax yang Dialami Winter aespa

14 hari lalu

Penyebab Pneumothorax yang Dialami Winter aespa

Winter aespa menjalani masa pemulihan untuk penyakit pneumothorax, apa saja penyebab dan gejalanya?

Baca Selengkapnya

Cara Mudah Redakan Radang Gusi di Rumah

17 hari lalu

Cara Mudah Redakan Radang Gusi di Rumah

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan di rumah untuk pengobatan sementara radang gusi. Salah satunya kompres air dingin.

Baca Selengkapnya

Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

18 hari lalu

Bukan Perokok tapi Kena Kanker Paru, Ini Sederet Penyebabnya

Bukan hanya perokok, mereka yang tak pernah merokok sepanjang hidupnya pun bisa terkena kanker paru. Berikut sederet penyebabnya.

Baca Selengkapnya