Panduan Cegah Virus Nipah dari Kemenkes

Reporter

Antara

Sabtu, 30 September 2023 09:46 WIB

Anggota tim medis dari Kozhikode Medical College membawa sampel buah pinang dan jambu biji untuk melakukan tes virus Nipah di desa Maruthonkara di distrik Kozhikode, Kerala, India, 13 September 2023. REUTERS/Stringer

TEMPO.CO, Jakarta - Virus Nipah saat ini kembali menyebar dan mengakibatkan dua kematian dan ratusan orang diperiksa di India untuk diagnosis lebih lanjut. Kementerian Kesehatan menjelaskan panduan mencegah serta mengobati sakit akibat virus Nipah yang menular dari hewan ke manusia.

"Virus Nipah yang merebak di India bukan virus baru. Virus ini telah ada sejak puluhan tahun lalu," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, Jumat, 29 September 2023.

Meski penyakit itu belum terdeteksi di Indonesia, pemerintah telah menerbitkan kewaspadaan dini merebaknya kasus tersebut. Langkah antisipasi yang dapat dilakukan di antaranya tidak mengonsumsi nira atau aren langsung dari pohonnya karena kelelawar dapat mengontaminasi sadapan cairan manis yang diperoleh dari batang tanaman seperti tebu, sorgum, mapel, atau getah tandan bunga pada malam hari.

"Oleh karenanya perlu dimasak sebelum dikonsumsi," ujarnya.

Kemenkes juga mengimbau masyarakat menghindari kontak dengan hewan ternak seperti babi, kuda yang kemungkinan terinfeksi virus Nipah. Apabila terpaksa harus melakukan kontak maka gunakan alat pelindung diri (APD) untuk mencegah kontak langsung dengan organ tubuh.

Advertising
Advertising

"Selain itu, konsumsi daging ternak secara matang, cuci dan kupas buah secara menyeluruh, buang buah yang ada tanda gigitan kelelawar," jelas Nadia.

Bagi tenaga kesehatan dan keluarga yang merawat serta petugas laboratorium yang mengelola spesimen pasien terinfeksi, ia mengimbau mereka menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) dengan benar.

"Bagi petugas pemotong hewan, sarung tangan dan pelindung diri harus digunakan sewaktu menyembelih atau memotong hewan yang terinfeksi virus Nipah," imbaunya.

Dia mengatakan hewan yang terinfeksi virus Nipah tidak boleh dikonsumsi dan terapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti membersihkan tangan secara teratur dan menjaga etika bersin. Jika mengalami gejala berkaitan dengan infeksi virus Nipah dan berinteraksi dengan hewan atau pasien yang terinfeksi, langsung datang ke fasilitas layanan kesehatan terdekat untuk dilakukan pemeriksaan.

"Apabila terdiagnosis penyakit virus Nipah, dokter atau tenaga kesehatan akan menentukan mekanisme pengobatan yang diperlukan, seperti terapi suportif dan simptomatik untuk meredakan gejala yang dialami," katanya.

Belum ada pengobatan
Nadia mengatakan hingga saat ini belum ada pengobatan spesifik untuk penyakit virus Nipah. Namun, gejalanya sudah bisa dideteksi secara dini. Orang yang kena infeksi virus Nipah akan mengalami gejala yang bervariasi, dari tanpa gejala atau asimptomatik, infeksi saluran napas akut (ISPA) ringan atau berat, hingga ensefalitis fatal.

"Seseorang yang terinfeksi awalnya akan mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, mialgia (nyeri otot), muntah, dan nyeri tenggorokan," paparnya.

Ia mengatakan gejala itu dapat diikuti pusing, mudah mengantuk, penurunan kesadaran, dan tanda-tanda neurologis lain yang menunjukkan ensefalitis akut.

"Beberapa orang pun dapat mengalami pneumonia atopik dan gangguan saluran pernapasan berat," tambahnya.

Pada kasus yang berat, ensefalitis dan kejang akan muncul dan dapat berlanjut menjadi koma dalam 24-48 jam hingga kematian. "Angka fatalitas yang tinggi karena gejala yang tidak khas di awal sakit. Angka kematiannya berkisar 40-75 persen," katanya.

Hingga saat ini belum tersedia vaksin untuk mencegah penyebaran infeksi virus Nipah. Nipah merupakan penyakit emerging zoonotik yang disebabkan oleh virus Nipah yang termasuk ke dalam genus Henipavirus dan famili Paramyxoviridae. Penyakit ini dapat ditularkan dari hewan, baik hewan liar atau peliharaan, dengan kelelawar buah yang termasuk ke dalam famili Pteropodidae sebagai inang virus.

Pada 2008, virus Nipah telah dilaporkan sebanyak 700 kasus pada manusia dengan 407 kematian di Malaysia, Singapura, India, Bangladesh, dan Filipina. Pertengahan 2021, wilayah Kerala di India melaporkan kejadian luar biasa (KLB) virus Nipah setelah menyerang satu anak usia 12 tahun yang menyebabkan kematian. Pada 12 September 2023, kasus serupa kembali dilaporkan di wilayah Kerala dan hingga 18 September 2023 telah dilaporkan enam kasus konfirmasi dengan dua kematian.

Pilihan Editor: Belum Ada Bukti Virus Langya Menular Antarmanusia

Berita terkait

Riset Ungkap 10 Penyebab Bersin Paling Umum, dari Dupa sampai Bunga

9 hari lalu

Riset Ungkap 10 Penyebab Bersin Paling Umum, dari Dupa sampai Bunga

Berikut 10 penyebab bersin terbanyak hasil riset pada 2.000 orang, bukan hanya karena alergi atau sedang flu.

Baca Selengkapnya

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

35 hari lalu

Belum Ada Kasus Virus B di Indonesia, Kemenkes Tetap Minta Waspada

Kemenkes menyatakan hingga kini belum terdeteksi adanya risiko kasus Virus B di Indonesia namun masyarakat diingatkan untuk tetap waspada

Baca Selengkapnya

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

37 hari lalu

Waspada Flu Singapura Menjangkit Anak-anak, Ini 6 Cara Pencegahannya

Flu singapura rentan menjangkit anak-anak. Flu ini juga dengan mudah menular. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

37 hari lalu

BRIN Kembangkan Teknologi Biosensor Portabel Pendeteksi Virus Hingga Pencemaran Lingkungan

Pusat Riset Elektronika BRIN mengembangkan beberapa produk biosensor untuk mendeteksi virus dan pencemaran lingkungan.

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

40 hari lalu

Spesialis Paru Ungkap Beda Flu Singapura dan Flu Musiman

Dokter paru ungkap perbedaan antara Flu Singapura atau penyakit tangan, mulut, dan kuku dengan flu musiman meski gejala keduanya hampir mirip.

Baca Selengkapnya

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

42 hari lalu

Penularan Flu Singapura di Indonesia Meluas, IDAI: Data Pastinya Tak Bisa Dijelaskan

Diyakini kalau seluruh kasus Flu Singapura di Indonesia menginfeksi anak-anak. Belum ada kasus orang dewasa.

Baca Selengkapnya

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

43 hari lalu

Ketahui Penyebab dan Proses Penularan Virus Demam Berdarah

Demam berdarah disebabkan oleh salah satu dari empat jenis virus dengue yang berbeda.

Baca Selengkapnya

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

44 hari lalu

Fakta Seputar Flu Singapura, Kemenkes: Awal Maret Ribuan orang Terjangkit

Flu Singapura memiliki gejala yang hampir menyerupai cacar air, virusnya hanya memerlukan waktu inkubasi 3-6 hari untuk menyerang imunitas tubuh.

Baca Selengkapnya

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

44 hari lalu

Kenali Gejala Demam Berdarah dan Bahaya yang Mengintainya

Demam berdarah (DBD) dapat menyebabkan pendarahan serius, penurunan tekanan darah tiba-tiba, bahkan berujung pada kematian.

Baca Selengkapnya

Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

47 hari lalu

Waspada Demam Berdarah Menjelang Libur Hari Raya Idul Fitri

Seorang individu tidak hanya berisiko terkena demam berdarah dengue (DBD), tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue apabila telah terinfeksi.

Baca Selengkapnya