Vape Tidak Bisa Dianggap Lebih Aman dari Rokok Konvensional

Reporter

Antara

Editor

Mitra Tarigan

Minggu, 2 Juni 2024 19:00 WIB

Seorang pria merokok vaporizer elektronik, juga dikenal sebagai e-cigarette atau vape, di Toronto, 7 Agustus 2015.[REUTERS / Mark Blinch]

TEMPO.CO, Jakarta - Pengajar di Departemen Pulmonologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Aditya Wirawan mengatakan pandangan bahwa vape lebih aman dari rokok konvensional itu kurang tepat. "Pendapat bahwa vape lebih aman dibandingkan rokok konvensional memang cukup umum terjadi," kata Aditya, pada Sabtu 1 Juni 2024.

Salah satu alasannya karena vape tidak melibatkan proses pembakaran, sehingga ada asumsi umum yang meluas bahwa konsumsi vape lebih aman daripada rokok konvensional. Namun, Aditya menekankan pentingnya melihat bukti ilmiah yang ada untuk memahami sejauh mana klaim tersebut benar.

Ia menjelaskan, perbedaan utama antara vape dan rokok konvensional terdapat pada kandungan bahan kimia dan proses pembakaran. Beberapa bahan toksik pada rokok konvensional tidak terdapat pada vape dan beberapa zat toksik pada vape tidak terdapat pada rokok konvensional. “Namun, ini tidak membuat vape aman. Para ilmuwan masih mempelajari lebih lanjut tentang efek kesehatan jangka pendek dan jangka panjang dari penggunaan vape,” ujar Aditya yang juga merupakan dokter spesialis paru di RSUI.

Aditya menambahkan penggunaan vape atau rokok elektrik dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, di antaranya yang mungkin terjadi adalah iritasi saluran napas, bronkitis akut, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), dan E-cigarette or Vaping Associated Lung Injury (EVALI).

“Waktu yang diperlukan seseorang untuk merasakan efek dari vape bisa bervariasi tergantung pada berbagai faktor, seperti sensitivitas individu terhadap nikotin dan seberapa banyak menghirup dari vape,” kata Aditya.

Advertising
Advertising

Beberapa efek dapat dirasakan secara cepat setelah menghirup uap dari vape, terutama jika uap tersebut mengandung nikotin. Efek-efek tersebut dapat muncul dalam hitungan detik hingga menit setelah inhalasi.

Beberapa efek yang mungkin dirasakan termasuk peningkatan energi, penenangan, atau sensasi nikotin lainnya, tergantung pada sensitivitas dan toleransi individu terhadap nikotin.

Selain pengguna, orang di sekitar yang ikut menghirup uap vape atau yang dinamakan dengan secondhand vaping juga ikut terdampak. Paparan secondhand vaping tidak sama dengan paparan asap perokok pasif dari rokok konvensional. Menurut Action on Smoking and Health (ASH), sebagian besar zat berbahaya yang ada dalam asap rokok konvensional tidak ada dalam vape, apabila ada jumlahnya jauh lebih rendah (<1 persen).

“Meskipun dampaknya mungkin berbeda dari asap rokok konvensional, paparan aerosol vape tetap memiliki risiko kesehatan. Dampak dari paparan asap vape, antara lain iritasi saluran napas, bronkitis, sesak napas, eksaserbasi asma, dan sebagainya. Paparan secondhand vaping dapat menyebabkan peningkatan risiko masalah kesehatan pernapasan, terutama pada anak-anak dan individu yang sudah memiliki masalah kesehatan pernapasan,” ujar Aditya.

Sementara itu, paparan uap vape tidak hanya berdampak pada manusia tetapi juga pada lingkungan. Aditya mengatakan bahwa emisi dan limbah vape mengandung sejumlah nikotin dan bahan kimia beracun lainnya yang dapat menjadi sumber polusi lingkungan.

Uap vape dapat meningkatkan kadar nikotin dan partikel halus (PM2.5) di udara dalam ruangan, meskipun dalam tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan rokok konvensional. Selain itu, uap vape juga mengandung senyawa organik volatil dan logam yang dapat berkontribusi terhadap pencemaran udara dalam ruangan.

“Meskipun belum banyak penelitian yang spesifik membahas dampak uap vape terhadap tumbuhan, beberapa bahan kimia dalam uap, seperti logam berat dan senyawa organik volatil, dapat berpotensi merusak tanaman jika terakumulasi dalam konsentrasi yang tinggi. Adapun dampaknya terhadap hewan, nikotin yang terkandung dalam uap vape adalah zat beracun bagi banyak hewan dan bisa menyebabkan keracunan jika dihirup terus menerus dalam jumlah besar atau jika e-liquid vape tertelan,” kata Aditya.

Hal lain yang menjadi perhatian adalah meningkatnya pengguna vape dalam beberapa tahun belakangan yang diikuti dengan meningkatnya laporan penyakit paru terkait vaping atau EVALI.

Menurut Aditya, hal ini berpotensi menimbulkan masalah kesehatan masyarakat yang baru. Walaupun vape berbeda kandungan, hal ini bukan alasan untuk dapat menjadi alternatif pengganti rokok konvensional, karena sama-sama mengandung nikotin, bahan karsinogen, dan bahan toksik lainnya.

Sehingga, menjadi kewajiban seluruh masyarakat untuk memahami dan menyebarluaskan bahwa vaping tidak boleh dianggap lebih aman daripada rokok konvensional. “Masih ada bahaya yang mungkin terjadi dan penelitian masih terus berlangsung untuk menguraikan hubungan antara penggunaan rokok elektrik ini dengan kerusakan paru-paru ataupun masalah kesehatan lainnya,” ujar Aditya.

Pilihan Editor: Industri Tembakau di Indonesia Disebut Semakin Pintar Gaet Anak Jadi Pecandu Rokok

Berita terkait

Kaum Muda Jadi Sasaran Penjualan Rokok Elektrik, Cek Bahayanya pada Remaja

3 jam lalu

Kaum Muda Jadi Sasaran Penjualan Rokok Elektrik, Cek Bahayanya pada Remaja

Mengenalkan nikotin lewat rokok elektrik akan mengganggu sirkuit saraf, yang bisa menyebabkan perubahan fungsi otak, terutama pada remaja.

Baca Selengkapnya

Peneliti Sebut Rokok Sebabkan Stunting dan Tingkatkan Angka Kemiskinan

33 hari lalu

Peneliti Sebut Rokok Sebabkan Stunting dan Tingkatkan Angka Kemiskinan

Perokok lebih memilih membeli rokok dibanding membelanjakan untuk kebutuhan yang lebih penting.

Baca Selengkapnya

Kelompok Sipil Gelar Gerakan SOS Kampanyekan Bahaya Rokok di CFD Jakarta

33 hari lalu

Kelompok Sipil Gelar Gerakan SOS Kampanyekan Bahaya Rokok di CFD Jakarta

Dia mengatakan rokok tidak hanya berdampak penyakit pada orang yang hidup di masa ini. Namun juga di masa depan.

Baca Selengkapnya

Bahaya Paparan Vape bagi Orang Sekitar Menurut Pulmonolog

33 hari lalu

Bahaya Paparan Vape bagi Orang Sekitar Menurut Pulmonolog

Paparan uap vape tidak hanya berdampak pada manusia tetapi juga lingkungan. Berikut bahayanya menurut pulmonolog di RSUI.

Baca Selengkapnya

Spesialis Paru Ingatkan Vape Tak Lebih Aman dari Rokok Biasa

33 hari lalu

Spesialis Paru Ingatkan Vape Tak Lebih Aman dari Rokok Biasa

Dokter paru mengatakan mengisap vape atau rokok elektrik dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, sama seperti rokok biasa.

Baca Selengkapnya

Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2024, Ini 10 Tips Kendalikan Tembakau di Indonesia

34 hari lalu

Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2024, Ini 10 Tips Kendalikan Tembakau di Indonesia

Tjandra Yoga menawarkan 10 solusi untuk melindungi generasi muda kita dari bahaya merokok (termasuk rokok elektronik).

Baca Selengkapnya

Perlunya Langkah Konkret Lindungi Generasi Muda dari Bahaya Rokok

34 hari lalu

Perlunya Langkah Konkret Lindungi Generasi Muda dari Bahaya Rokok

PDPI mengusulkan sejumlah langkah konkret yang dapat dilakukan demi melindungi generasi muda dari bahaya rokok.

Baca Selengkapnya

Indonesia Dinilai Masih Ketinggalan dalam Regulasi Pengendalian Tembakau

34 hari lalu

Indonesia Dinilai Masih Ketinggalan dalam Regulasi Pengendalian Tembakau

Hari Tanpa Tembakau Sedunia atau World No Tobacco Day ditetapkan tanggal 31 Mei. Pekerjaan rumah Indonesia soal pengendalian tembakau masih banyak.

Baca Selengkapnya

Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2024, Ini 10 Kiat untuk Lindungi Anak Muda dari Bahaya Rokok

35 hari lalu

Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2024, Ini 10 Kiat untuk Lindungi Anak Muda dari Bahaya Rokok

Berikut 10 kegiatan yang bisa dilakukan untuk melindungi generasi muda dari bahaya merokok, termasuk rokok elektronik.

Baca Selengkapnya

Sambut Hari Tanpa Tembakau Sedunia: Mengenal Bahayanya Bagi Anak dan Remaja

35 hari lalu

Sambut Hari Tanpa Tembakau Sedunia: Mengenal Bahayanya Bagi Anak dan Remaja

Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya penggunaan tembakau, rokok, khususnya di kalangan anak dan remaja

Baca Selengkapnya