Dampak Judi Online pada Kesehatan Mental Menurut Psikolog
Reporter
Antara
Editor
Yayuk Widiyarti
Jumat, 21 Juni 2024 21:03 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog dari Universitas Gadjah Mada, Novi Poespita Candra, menjelaskan judi online memiliki sejumlah risiko yang berdampak terhadap kesehatan. Salah satunya kesehatan mental sehingga perlu dicari solusinya.
"Judi online berdampak pada kesehatan mental karena berpotensi gangguan mental seperti kecemasan, depresi, tidak berdaya, bahkan keinginan bunuh diri," kata Novi.
Ia menjelaskan judi online juga berdampak terhadap kesehatan lain, yaitu kesehatan fisik karena kelelahan kronis dan kesehatan emosi karena pecandu judi online cenderung sensitif. Kemudian, kesehatan sosial karena orang yang terindikasi kecanduan judi online biasanya tertutup dalam pergaulan dan interaksi.
Selanjutnya, kesehatan finansial karena tanggungan utang yang semakin besar. Dalam beberapa kasus, pelaku judi online bahkan sering melibatkan orang dekat sebagai penjamin utangnya tanpa seizin kerabat atau keluarga.
"Sering berbohong lantaran punya banyak utang atau pinjaman. Mereka juga lebih rentan punya masalah dengan orang-orang terdekat sehingga menjadi sensitif terhadap konflik," ujarnya.
Pentingnya dukungan keluarga
Novi juga menekankan pentingnya dukungan keluarga dan orang-orang terdekat sebagai bagian dari sistem pendukung bagi yang telah kecanduan judi online. Menurutnya, perlu kesadaran diri untuk mau berinteraksi atau berdialog demi mencari akar masalah dan cara menghadapinya.
Jika judi online dilatarbelakangi motif ekonomi maka segera cari solusi bersama mengatasi masalahnya. Tetapi jika hal itu terkait kesenangan maka perlu membatasi akses serta mengalihkan ke kegiatan lain yang lebih produktif dan bermakna, seperti ibadah atau meditasi. Dengan demikian orang yang kecanduan judi online diharapkan dapat membangun kebermaknaan diri dan memperoleh kebahagiaan.
"Bisa juga bergabung dengan komunitas kegiatan atau belajar yang positif lainnya. Jika segala upaya sudah dilakukan tapi tidak optimal maka bisa minta bantuan profesional seperti psikolog untuk membantu," sarannya.
Pilihan Editor: Penelitian Ungkap Marah-marah Baik buat Kesehatan Mental