Perlunya Revitalisasi Seni Tradisional Menurut Pelaku Seni, Ini Harapannya

Reporter

Tempo.co

Rabu, 17 Juli 2024 22:58 WIB

Maestro tari Indonesia Didik Nini Thowok menari di Keraton Ratu Boko, Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis, 28 Desember 2023. Taman Wisata Candi (TWC) Prambanan dan Ratu Boko berkolaborasi dengan maestro tari Indonesia Didik Nini Thowok menggelar menari bersama untuk mendukung keberadaan atraksi seni pertunjukan tradisional serta menarik minat kunjungan wisata heritage. ANTARA/Hendra Nurdiyansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Data Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek) menyebut dari total 71 seniman budaya tradisional yang menerima penghargaan Anugerah Kebudayaan Indonesia, hanya 43 yang masih hidup dan tersebar di seluruh Indonesia. Seni tradisional Indonesia sebagai benteng kebudayaan Nusantara pun semakin tergerus di tengah arus perubahan zaman. Selain itu, minat generasi muda terhadap kesenian tradisional masih rendah.

Tanpa strategi budaya yang efektif, kesenian ini berisiko hilang ditelan zaman. Padahal, seni tradisional yang dikelola dengan baik adalah aset yang dapat mendorong kemajuan bangsa. Keberagaman budaya dan kreativitas merupakan pendorong inovasi. Karena itu, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan terus fokus mengimplementasikan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan (UUPK) yang telah membawa transformasi signifikan dalam pengelolaan kebudayaan di Indonesia.

Eko Supriyanto, koreografer dan dosen tari dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, menyebut dukungan pemerintah untuk memajukan seni tradisional saat ini sudah sangat baik, mengurangi keresahan yang sebelumnya dirasakan oleh pelaku seni dan budaya tradisional.

“Sebetulnya, saat ini kami sudah tidak resah. Kami yakin dengan adanya Direktorat Jenderal Kebudayaan yang dipimpin oleh Pak Hilmar (Dirjen Kebudayaan) dan Pak Mahendra (Direktur Perfilman) yang sangat mendukung, keresahan ini sudah berubah menjadi geliat yang menantang. Tradisi kita semakin baik,” tuturnya.

Dalam mengelola kebudayaan, perencanaan kebijakan kini bersifat partisipatif, melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan secara langsung. Pemerintah beralih peran dari eksekutor menjadi fasilitator, mendukung inisiatif dan aspirasi masyarakat dalam memajukan kebudayaan.

Advertising
Advertising

Fokus intervensi kebijakan juga bergeser dari yang semula terpaku pada cabang-cabang budaya tertentu menjadi pendekatan holistik pada ekosistem kebudayaan secara keseluruhan. Hal ini memastikan keberlanjutan setiap praktik dan ekspresi budaya yang ada.

Perubahan positif
Salah satu nama besar di bidang seni tradisional, Didik Nini Thowok, turut merasakan perubahan positif pengelolaan kebudayaan saat ini. Menurutnya, kehidupan seni tradisional yang mengandalkan pertunjukan dari panggung ke panggung semakin terpuruk selama pandemi. Dia sangat bersyukur dengan program-program dari Dirjen Kebudayaan yang tidak hanya menghidupkan kesenian tradisional tetapi juga membantu perekonomian pelaku seni budaya tradisional.

“Pada saat pandemi, saya, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia sempat jatuh. Tapi berkat program-program dari Pak Dirjen, saya diberikan kesempatan untuk terus berkarya,” katanya lewat keterangan yang diterima Tempo.

Selama 49 tahun berkarya, ia telah meraih berbagai penghargaan baik di tingkat lokal maupun internasional. Program-program seperti Dana Indonesiana dan Pekan Kebudayaan Nasional telah mengaktifkan peran pemerintah sebagai fasilitator, meningkatkan kualitas tata kelola layanan kebudayaan, membuka akses, dan menjamin pemerataan kesempatan, serta mendorong inovasi dan partisipasi publik dalam pemajuan kebudayaan.

Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, mengatakan seni tradisi seringkali bukan sekadar tontonan melainkan bagian dari ritual dengan makna yang mendalam. Menurutnya, ketika masyarakat bergerak menuju modernitas, praktik spiritual dan kultural ini cenderung memudar, membuat apresiasi terhadap seni tradisi menjadi sulit.

“Solusinya adalah memperbarui atau memodifikasi seni tradisi agar lebih mudah diakses. Misalnya, menghadirkan versi ringkas dari tarian panjang tanpa menghilangkan maknanya. Penting juga memasukkan seni tradisi dalam pendidikan agar masyarakat memahami ini bukan hanya tontonan tetapi bagian dari praktik kultural dan spiritual. Edukasi ini penting untuk mengurangi kesenjangan apresiasi seni tradisi,” paparnya.

Pilihan Editor: Sejarah Panjang Kebaya dan Perlunya Jadi Identitas Budaya Indonesia

Berita terkait

Pendorong Pariwisata dan Budaya Nias Selatan

3 hari lalu

Pendorong Pariwisata dan Budaya Nias Selatan

Dikenal dengan wisata pantai yang memukau, Nias Selatan menjadi tujuan para peselancar dunia. Sektor pariwisata berpeluang menjadi pendongkrak ekonomi daerah.

Baca Selengkapnya

Kedutaan Besar Jepang Gelar Acara Wisata Autentik Jak-Japan Matsuri

8 hari lalu

Kedutaan Besar Jepang Gelar Acara Wisata Autentik Jak-Japan Matsuri

Kedutaan Besar Jepang di Indonesia menghadirkan event yang memberikan pengalaman wisata autentik Jepang melalui Jak-Japan Matsuri (JJM) ke-14.

Baca Selengkapnya

Australia Diplomasi Lewat Sepak Bola

8 hari lalu

Australia Diplomasi Lewat Sepak Bola

Sepak bola lebih dari sekadar permainan, tetapi menjadi jembatan yang menghubungkan komunitas, budaya, dan bangsa.

Baca Selengkapnya

Belajar dari Korea, Indonesian-Wave Perlu Andalkan Ekonomi Kreatif

8 hari lalu

Belajar dari Korea, Indonesian-Wave Perlu Andalkan Ekonomi Kreatif

Indonesia perlu mengandalkan ekonomi kreatif sebagai modal diplomasi lunak lewat Indonesian-Wave

Baca Selengkapnya

Kementerian Luar Negeri dan KBRI Lima Promosi Budaya di Peru

9 hari lalu

Kementerian Luar Negeri dan KBRI Lima Promosi Budaya di Peru

Para pengunjung antusias menyaksikan berbagai pertunjukan seni dan budaya Indonesia, mulai dari tarian tradisional hingga parade pakaian adat

Baca Selengkapnya

10 Karya Seni akan Dipertontonkan di Festival Budaya Panji 22-24 Oktober 2024

9 hari lalu

10 Karya Seni akan Dipertontonkan di Festival Budaya Panji 22-24 Oktober 2024

Selain penampilan seni, Festival Budaya Panji 2024 juga akan menyelenggarakan pameran seni budaya Panji serta diskusi tematik setiap harinya.

Baca Selengkapnya

Berkat Ngrombo Provinsi Bali Meraih Prestasi

10 hari lalu

Berkat Ngrombo Provinsi Bali Meraih Prestasi

Semangat Ngrombo mengakselerasi suksesnya berbagai program prioritas pemerintah. Spirit masyarakat Bali dalam kerja sama dan kerja bersama.

Baca Selengkapnya

Mengenal Jaipur yang Disebut Walled City, Menyimpan Warisan Budaya dan Arsitektur

11 hari lalu

Mengenal Jaipur yang Disebut Walled City, Menyimpan Warisan Budaya dan Arsitektur

Berbeda dengan wilayah metropolitan Jaipur yang lebih luas, Walled City adalah bagian bersejarah dan berbeda yang menonjol

Baca Selengkapnya

BRI di Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024: Lestarikan Warisan Budaya Nusantara

12 hari lalu

BRI di Event Jelajah Kuliner Indonesia 2024: Lestarikan Warisan Budaya Nusantara

dukungan BRI terhadap event Jelajah Kuliner Indonesia 2024 ini, sebagai upaya untuk terus meningkatkan potensi ekonomi di industri ekonomi kreatif, khususnya kuliner.

Baca Selengkapnya

Dirjen Kebudayaan Sebut Pengetahuan tentang Alam sebagai Inti Kebudayaan

13 hari lalu

Dirjen Kebudayaan Sebut Pengetahuan tentang Alam sebagai Inti Kebudayaan

Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid menyebut interaksi masyarakat dengan ekosistem menjadi inti pemajuan kebudayaan.

Baca Selengkapnya