Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

80 Persen Penderita Trisomy 13 Meninggal Sebelum Berusia Setahun

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Adam Fabumi. Instagram/@Adamfabumi
Adam Fabumi. Instagram/@Adamfabumi
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Adam Fabumi, bayi yang belum genap setahun meninggal dunia akibat menderita penyakit Trisomy 13 pada Rabu 22 November 2017. Para selebritas Tanah Air seperti Tantri Kotak, personel RAN, serta Yura berduka. Bayi lucu ini meninggalkan kesan mendalam bagi banyak orang, termasuk para selebritas ini. Tim Majalah Tempo sempat menuliskan kisah Adam saat ia berusia empat bulan. Kepada Tempo, sang ibu, Ratih Megasari mengatakan sejak usia 5 bulan di kandungan dokter sudah memperingatkannya menderita sindrom Dandy Walker, sebelum terdiagnosa Trisomy 13.

Dari yang dipelajari Ratih, sindrom tersebut akan membuat perkembangan motorik anak lebih lambat. Ia memperkirakan Adam tak akan setangkas kawan-kawan seusianya. "Sudah kebayang, misalnya kalau anak lain umur setahun sudah bisa jalan, mungkin Adam baru bisa merangkak," ucapnya di rumahnya di bilangan Cipete, Jakarta Selatan, September lalu. Baca: Waspada, Putus Cinta bisa Picu Bipolar

Pada pekan-pekan pertama kelahirannya, dokter berkali-kali mengabarkan kondisi Adam. Ia tak hanya memiliki masalah di kepala, tapi juga tiga masalah jantung bocor, pelebaran saluran ginjal yang membuatnya gampang terserang infeksi, sumbing bagian dalam, laring yang lunak (laryngomalacia), liang telinga yang sempit, peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi bakteri, serta tangan dan kakinya masing-masing memiliki enam jari. Ratih berkali-kali kaget mendengar kabar tersebut. "Ini kok rasanya lebih banyak dari Dandy Walker syndrome yang saya pelajari," ujar Ratih.

Rentetan masalah itu membuat dokter mengusulkan pemeriksaan kromosom. Hasilnya keluar saat Adam berusia sebulan, dua hari sebelum rencana operasi untuk memperbaiki kebocoran jantungnya. Hasil laboratorium menyimpulkan Adam menderita sindrom Patau alias trisomy 13, yakni berlebihnya jumlah kromosom ke-13. Sindrom Dandy Walker yang dideritanya juga disebabkan oleh kelainan ini. Rencana operasi jantungnya buyar. Dokter khawatir keberadaan trisomy akan membuat kondisi Adam malah memburuk setelah operasi.

Tiga dokter di Singapura yang didatangi Ratih dan suami pun mengatakan operasi berisiko buat Adam. Di antara ketiganya, hanya satu dokter yang menyatakan berani mengoperasi Adam. Namun ia mengaku belum pernah mengoperasi anak dengan trisomy 13. "Jadi sekarang aku galau, mau melanjutkan rencana operasi atau tidak," ucap Ratih. Baca: Orang Tua Selingkuh, Psikolog Sarankan Jujur pada Anak

Dokter spesialis anak konsultan neurologi anak, Setyo Handryastuti, mengatakan sindrom Patau terjadi karena pembelahan kromosom yang tak sempurna. Kromosom merupakan bagian sel yang membawa materi genetik. Normalnya, ada sepasang kromosom 1-23 dalam sel. "Namun, pada penderita Patau syndrome, jumlah kromosom ke-13-nya kelebihan, ada tiga," kata dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kelebihan ini berefek fatal. Pembentukan sebagian organ tubuhnya menjadi ikut tak sempurna. Menurut Handry, jika mengenai susunan saraf pusat, anak bisa menderita disabilitas intelektual. Jika kelebihannya terdapat pada mata, ukuran mata lebih kecil dibanding mata anak normal, juga bisa menderita katarak, mengalami gangguan retina, gangguan pusat penglihatan, dan saraf penglihatannya tak berkembang. Baca: Mengapa Ahli Digital Kini Diburu Perusahaan? Simak Kata Peneliti

Anak dengan sindrom Patau juga umumnya memiliki jari lebih dari lima, kelainan ginjal, kelainan alat kelamin, wajah yang tak normal, dan kelainan jantung. Akibat kelainan jantung ini, kebanyakan anak tak bertahan hidup lama. Lebih dari 80 persen anak meninggal sebelum berusia setahun. Hanya 12,9 persen yang bisa bertahan 1-10 tahun. "Kebanyakan meninggal karena gagal jantung," ujarnya.

Menurut dokter spesialis anak konsultan endokrinologi, Frida Soesanti, sindrom Patau juga bisa menyebabkan sindrom Dandy Walker seperti yang terjadi pada Adam. Namun tak semua kondisi anak dengan trisomy 13 sama, bergantung pada seberapa banyak trisomy 13 yang merasuki sel. Makin banyak sel yang memiliki trisomy, makin tak bagus perkembangannya.

MAJALAH TEMPO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

3 hari lalu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi (tengah) didampingi oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Mendagri Tito Karnavian, MenPAN-RB Azwar Anas, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta sekaligus Kasetpres Heru Budi Hartono saat meresmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit Pendidikan sebagai Penyelenggara Utama atau Hospital Based (PPDS RSPPU) di RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta, Senin, 6 Mei 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.


Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

5 hari lalu

Petugas kesehatan melakukan imunisasi pada balita saat pelayanan imunisasi Rotavirus (RV) di Posyandu Nirwana, Kecamatan Karang Tengah, kota Tangerang, Banten, Selasa, 15 Agustus 2023. Imuniasi yang diberikan pada bayi umur 2-4 bulan tersebut bertujuan untuk mencegah diare berat serta mengatisipasi terjadinya stunting. TEMPO/ Febri Angga Palguna
Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.


6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

5 hari lalu

Ilustrasi Imunisasi. TEMPO/Fully Syafi
6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?


Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

12 hari lalu

Jajaran direksi PT Konimex dan PT Indordesa, serta dari Laboratoires Grand Fontaine menggelar konferensi pers peluncuran produk baru FontLife One di Hotel Alila Solo, Jawa Tengah, Jumat, 26 April 2024. TEMPO/SEPTHIA RYANTHIE
Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.


Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

14 hari lalu

Aeshnina Azzahra Aqilani co Captain River Warrior Indonesia (Riverin) Bergabung dalam Pawai untuk mengakhiri Era Plastik, Ottawa, Kanada 21 April 2024. Foto dok: ECOTON
Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.


Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

14 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan peninjauan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Toto Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, pada Senin, 22 April 2024. Dalam kunjungannya, Presiden Jokowi meninjau langsung fasilitas dan alat-alat kesehatan yang ada di RSUD tersebut. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Sejak 2021, Jokowi 6 Kali Sampaikan Keresahan WNI Pilih Berobat ke Luar Negeri

Presiden Joko Widodo atau Jokowi acap menyampaikan keresahannya soal warga negara Indonesia yang berbondong-bondong berobat ke negara lain, alih-alih dalam negeri.


5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

14 hari lalu

Ilustrasi wanita alami kepala pusing saat bangun tidur. Foto: Freepik.com/Jcomp
5 Penyebab Sulit Tidur pada Penderita Diabetes

Ternyata lima masalah ini menjadi penyebab penderita diabetes sulit tidur.


Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

15 hari lalu

Konferensi pers kandungan racun dalam pelet plastik daur ulang yang dilakukan Ecoton di Gresik, Jawa Timur, Selasa, 23 April 2024. TEMPO/Nur Hadi
Penelitian Ungkap Pelet Plastik Daur Ulang dari Indonesia Mengandung 30 Bahan Kimia Beracun dengan Konsentrasi Tinggi

Proyek penelitian di 13 negara ini bertujuan meningkatkan kesadaran global tentang bahan kimia berbahaya dalam plastik daur ulang


Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

15 hari lalu

Presiden Joko Widodo melakukan kunjungan kerja di Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 23 April 2024. Mengawali kegiatannya, Presiden Jokowi meninjau Kantor Gubernur Sulawesi Barat yang sempat hancur saat terjadi gempa pada tahun 2021 lalu. Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jokowi Ungkap PR Besar di Bidang Kesehatan: Pintar kalau Sakit Mau Apa?

Presiden Jokowi mengungkapkan PR besar Indonesia di bidang kesehatan. Apa saja?


Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

18 hari lalu

Petugas Bea dan Cukai tengah melakukan pengecekan pita cukai rokok di Kantor Bea dan Cukai, Jakarta, Selasa 19 Desember 2023. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyiapkan 17 juta pita cukai baru untuk memenuhi kebutuhan pada awal tahun 2024. Hal ini juga sejalan dengan penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan. Tempo/Tony Hartawan
Pakta Konsumen Nasional Minta Pemerintah Penuhi Hak Konsumen Tembakau

Pakta Konsumen Nasional meminta pemerintah untuk memenuhi hak konsumen tembakau di Indonesia.