TEMPO.CO, Jakarta - Ada lima besar situs perdagangan elektronik yang paling memikat peselancar daring di Indonesia. Kelimanya itu didominasi oleh kategori tata busana fashion. Termasuk di antaranya adalah Mapemall, Berrybenka, dan Zalora.
Temuan tersebut menunjukkan bahwa toko online berbasis fashion cenderung menyuguhkan konten lebih menarik untuk membuat pelanggan betah dan nyaman saat berselancar. Salah satu trik yang paling sering digunakan adalah dengan menampilkan foto model ala editorial Vogue di halaman depan (home page). “Selain itu, halaman daftar produk mereka tidak main-main. Setiap produk fashion yang dijual benar-benar difoto menggunakan studio profesional, lengkap dari semua sisi. Model yang dipilih juga memberikan impresi kepada pelanggan betapa trendinya produk fesyen yang dijual,” kata Content Marketer iPrice Group, Indah Mustikasari. Baca: Cara Tepat Bacakan Buku Bayi, Gunakan Ekspresi dan Intonasi
Indah berpendapat dalam peperangan untuk menggaet waktu kunjungan, situs e-commerce lebih banyak bermain dengan estetika halaman serta fasilitas teknis lain seperti seperti interface website yang mudah dipahami, ulasan konsumen yang positif, serta kecepatan proses internet.
Namun, pertanyaan selanjutnya adalah apakah waktu kunjungan toko online yang cukup panjang di Indonesia berbanding lurus dengan tingginya transaksi di berbagai situs perdagangan elektronik? “Jawabannya belum tentu. Sebab, jika dibandingkan dengan Singapura, rata-rata waktu kunjungan mereka ke toko online adalah 4 menit 22 detik. Konsumen Singapura juga pelaku transaksi daring nomor satu di Asia Tenggara. Kita masih kalah dengan Negeri Singa,” kata Indah.
Rujukan lain dari penelitian Nielsen pada 2014 membuktikan bahwa 80 persen konsumen Indonesia hanya mengunjungi toko online untuk meihat review atau ulasan produk yang diinginkan sebelum membelinya secara offline.
Hal tersebut sebenarnya merupakan cerminan betapa masih banyak masyarakat Indonesia yang belum percaya sepenuhnya dengan sistem transaksi daring yang dan memberikan informasi kartu kredit atau debit mereka. Baca: Apa yang Didengarkan Bayi Saat Dibacakan Buku?
Pada 2014, ada sekitar 5,9 juta konsumen Indonesia yang melakukan transaksi secara online. Angka tersebut sekilas terlihat banyak, tetapi sebenarnya hanya mencakup 8 persen dari total 83 juta pengguna yang melakukan kunjungan ke situs perdagangan elektronik.
Menurut analis DBS Bank, Tiesha Putri, tahun ini ada peluang jumlah transaksi online di Indonesia akan semakin meningkat. Pasalnya, konsumsi rumah tangga yang sempat terpuruk tahun lalu diprediksi kembali pulih pada 2018.
Jumlah transaksi daring di Indonesia terus mengalami pertumbuhan sejalan dengan perkembangan ekonomi digital di Tanah Air. Pada 2017, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengonfirmasi jumlah pengguna internet yang melakukan transaksi online mencapai 24,73 juta orang dengan nilai belanja menembus Rp75 triliun.
Angka tersebut cukup fantastis untuk pasar Indonesia. Namun, harus diakui, masih banyak konsumen di dalam negeri yang belum terjamah manfaat revolusi ekonomi digital. Hal itu terlihat dari rasio antara jumlah pengguna internet yang hanya mencapai 51 persen dari total penduduk.
Rasio tersebut masih jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia (71 persen) dan Thailand (67 persen). Indonesia masih memiliki potensi pasar online yang sangat besar dan perlu untuk dipacu terutama melalui investasi infrastruktur teknologi informasi oleh pemerintah.