TEMPO.CO, Jakarta - Menjalankan puasa di bulan Ramadan menjadi hukum wajib bagi umat Muslim di seluruh dunia. Tidak terkecuali bagi individu yang memiliki masalah penyakit, seperti penderita diabetes. Hampir 80 persen Muslim dengan penyakit diabetes tipe 2, memilih untuk turut berpuasa selama bulan Ramadan.
Lalu, apakah penderita diabetes yang melakukan puasa memiliki risiko, terkait kondisi kesehatannya?
Perwakilan dari Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Sylviana Andinisari, mengungkapkan bahwa ada anjuran bagi penderita diabetes yang bisa mengikuti puasa Ramadan.
Baca juga:
Heboh Dapur Mulan Jameela, Simak 5 Tips Bikin Dapur Lebih Menarik
Aksi Teror Kini juga Melibatkan Anak, Simak Cara Mencegahnya
Mengapa Harus Ada Tanaman Ini di Kamar Mandi?
“Penderita diabetes dengan tingkat kadar gula yang masih bisa terkontrol dengan obat dan cenderung stabil, diperbolehkan ikut menjalankan ibadah puasa,” ungkapnya dalam acara kampanye “Diabetes dan Ramadan 2018” pada 30 Mei 2018 di EV Hive D.Lab, Jakarta Pusat.
Akan tetapi, lanjut Slyviana, bagi penderita diabetes yang memiliki tingkat kadar gula tak menentu (tidak stabil), terlebih pernah mengalami hypoglycaemia atau hipoglikemia atau gula darah rendah tidak dianjurkan untuk berpuasa.
Hipoglikemia umumnya terjadi pada penderita diabetes tipe 2. Terjadinya tekanan gula darah yang rendah disebabkan oleh berpuasa dengan jangka waktu yang lama, makan besar di waktu malam hari, dan juga pengurangan aktivitas fisik.
“Penderita diabetes harus menyadari gejala atau ketika dirinya tidak merasa nyaman,” kata Sylviana. Gejala yang muncul ketika terkena hipoglikemia termasuk tangan yang gemetar, keringat dingin, bahkan hingga pingsan.
Untuk menghindari hal tersebut, Sylviana mengingatkan agar penderita diabetes melakukan kontrol terlebih dahulu kepada dokter masing-masing. “Konsultasikan dulu ke dokter Anda. Nanti dokter akan melakukan screening, dan menentukan apakah Anda bisa ikut berpuasa atau tidak.”
Selalu mengontrol tekanan kadar gula darah juga sangat dianjurkan untuk dilakukan. Sebaiknya, menurut Sylviana, penderita diabetes memiliki alat kontrol kadar gula sendiri. Dan lakukan pengecekan kadar gula secara berkala.