TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho sudah hafal dengan serangan berita bohong atau hoax yang biasanya muncul pascaterjadinya suatu bencana seperti tsunami. Dia dan timnya sudah tahu bagaimana pola hoax tersebut bekerja.
Baca juga: Waspada, Banyak Berita Hoax Kesehatan di Media Sosial
"Kami sudah hafal polanya," kata Sutopo dalam wawancara dengan Koran Tempo pada awal September 2018.
Saat terjadi bencana seperti gempa, gunung meletus atau tsunami, kata Sutopo, berita bohong atau hoax muncul dan membingungkan masyarakat. Karena itu, klarifikasi soal hoax menjadi sesuatu yang bersifat segera untuk dilakukan.
Menurut Sutopo, sebenarnya mudah untuk menentukan suatu informasi bencana yang hoax. Jika dalam berita tersebut disebutkan kapan atau ada waktu prediksi bencana itu terjadi, maka jelas berita tersebut adalah hoax.
Alasannya, kata Sutopo, belum ada teknologi atau ahli yang mampu memprediksi kapan bencana terjadi. "Jika ada informasi akan terjadi gempa, apalagi menyebutkan jam dan besarannya, itu sudah pasti salah," ujarnya.
Selain itu, Sutopo kerap menemukan pola hoax dengan menyebarkan video atau foto tentang bencana yang sudah terjadi namun disebarkan kembali dengan mangaitkan video atau foto tersebut merupakan kejadian dari bencana yang sedang terjadi.
Atau, kata Sutopo, pernyataan ahli yang sudah disampaikan, namun kembali dimuat dengan mengubah konteksnya seakan-akan menjadi sebuah ancaman. "Begitu dapat hoax lansung dianalisa. Biasanya segera saya buat klarifikasinya," ujarnya.
Selain menyebarkan ketakutan, menurut Sutopo, para pelaku hoax tersebut terkadang mempunyai motif kriminal. Dia mencontohkan, saat muncul isu akan terjadinya gempa susulan, lalu masyarakat diminta mengungsi. "Setelah itu rumah ditinggal kosong dan maling masuk," kata dia.
Sutopo pun menyebut tidak sedikit hoax bencana yang bermuatan politik, seperti saat gempa di Lombok. "Di Lombok memang dipolitisasi, banyak hoax dimuati isu politik," ujarnya.
Ia sering menemui akun yang tidak jelas sengaja memutarbalikan informasi untuk menyebarkan berita yang tidak benar. Tapi Sutopo menyatakan timnya sudah siap dengan melawan hoax tersebut. "Kami lawan dengan data," ujarnya.