TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang yang masih bingung dengan frekuensi mandi. Ada sebagian orang yang tetap terlihat bersih dan wangi dengan mandi satu kali. Namun, ada juga yang baru merasakan hal tersebut setelah mandi dua kali ataupun lebih. Jadi sebenarnya, seberapa sering mandi yang benar itu?
“Tidak ada angka pasti yang mengharuskan Anda untuk mandi. Tapi ada beberapa hal yang mendasari kebutuhan mandi itu sendiri,” kata dokter spesialis kulit Adhimukti saat dihubungi Tempo pada 26 Juli 2019.
Baca Juga:
Kebutuhan mandi itu berdasarkan, pertama aktivitas atau keseharian masing-masing orang. Ia mengatakan bahwa orang yang kesehariannya di dalam rumah dan tidak kemana-mana, boleh untuk mandi satu kali sehari. “Kalau dia di dalam rumah, nomor satu pasti tidak kena polusi udara. Kedua, kemungkinan besar gerakan yang dilakukan juga minim sehingga tidak menimbulkan kelenjar keringat penyebab bau badan,” katanya.
Nah, bagi mereka yang beraktivitas di luar rumah seperti bersekolah, bekerja maupun berolahraga, tentu sangat mungkin terpapar polusi saat di perjalanan. Karena terik matahari juga, Adhimukti mengatakan bahwa produksi kelenjar keringat pun meningkat. “Kalau begini, tentu Anda perlu mandi lagi kan? Jadi wajar ketika di pagi hari mandi supaya segar, sorenya setelah beraktivitas juga mandi lagi,” katanya.
Selanjutnya, penentu kegiatan mandi juga bisa didasarkan oleh musim. Menurut Adhimukti, apabila seseorang berada di tempat dengan lebih dominannya musim panas dan polusi udara, tentu sangat memungkinkan untuk banyak berkeringat serta ditempeli kuman. Sedangkan sebaliknya, bagi mereka yang tinggal di daerah dengan musim dingin dan rendah polusi, keringat dan bakteri pun sangat minim pada tubuh.
“Intinya yang membedakan mandi atau tidaknya itu karena aktivitas dan musim yang dikaitkan dengan keringat dan polusi. Kalau mereka melakukan aktivitas atau berada di suatu musim yang menyebabkan keringat dan memupuk polusi, bakteri pada tubuh harus dibunuh dengan mandi. Jadi ya harus sering dan sebaliknya,” katanya.