TEMPO.CO, Jakarta - Kasus Reynhard Sinaga yang dihukum seumur hidup oleh Pengadilan Inggris masih hangat diperbincangkan publik. Menurut hakim, Reynhard telah terbukti bersalah karena memperkosa 48 pria. Diperkirakan korban aksi Reynhard mencapai 195 orang.
Sebelum melaksanakan aksinya, Reynhard memberikan minuman bercampur zat kimia GHB atau gamma hydroxybutyrate ke dalam minuman korban. Melansir dari situs The Guardian, seorang ahli toksik forensik Simon Elliott menjelaskan bahwa GHB termasuk salah satu obat yang digunakan untuk chemsex atau seks di bawah pengaruh obat.
Salah satu efek dari GHB adalah anterograde amnesia, dimana seseorang tidak dapat membuat kenangan baru ataupun mengingat apapun selama di bawah pengaruh obat. “Sekitar 15 menit setelah mengambil satu dosis kecil (sengaja atau tidak), seseorang mungkin tertidur lelap atau bahkan tidak sadarkan diri, dan mungkin tidak dapat mengingat apapun selama tujuh jam,” kata Elliott.
Seperti dilansir SehatQ, obat GHB tidak berbau dan berwarna, sehingga bisa dicampur dalam minuman beralkohol dan diberikan oleh pelaku kepada korban tanpa diketahui. GHB memiliki rasa pahit, seperti sabun, atau asin.
Seringkali disalahgunakan untuk aksi kekerasan seksual membuat obat GHB dikenal sebagai obat “pemerkosaan”. Korban yang mengonsumsinya bisa menjadi lemah bahkan tidak sadar akibat efek obat penenang GHB sehingga mereka tidak dapat melawan diri dari serangan seksual sang pelaku.
GHB juga bisa menyebabkan lupa ingatan atau amnesia pada korbannya. Kelompok yang kerap menjadi korbannya, termasuk siswa sekolah menengah dan perguruan tinggi serta orang-orang yang sering mengunjungi bar dan menggunakan GHB guna mendapat efek memabukkannya.
GHB yang sudah dipostulatkan memiliki efek anabolik karena sintesis protein dan digunakan oleh pembangun tubuh untuk membentuk otot tubuh dan mengurangi lemak. Maka dari itu, GHB juga sering disalahgunakan pada atlet untuk meningkatkan performa.
Sebagian besar obat GHB dapat ditemukan di jalanan atau dijual secara online di internet yang sebelumnya telah diproduksi di laboratorium ilegal.
Produksi GHB biasanya melibatkan penggunaan larutan alkali atau pembersih lantai serta bahan pelarut industri. GHB juga dapat dipalsukan dengan zat kontaminan yang tidak diketahui sehingga memperburuk kadar racun.
Pada 1990 silam, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengeluarkan fatwa bahwa penggunaan GHB tidak aman dan ilegal, kecuali berdasarkan protokol yang diawasi oleh dokter yang telah disetujui FDA. Kemudian, pada Maret 2000, GHB ditempatkan dalam Jadwal I Undang-undang Zat Terkendali.
Melansir dari situs Irish Times, salah satu korban yang sadar juga mendeskripsikan bentuk dari GHB. Menurut kesaksiannya, GHB seperti air larutan garam yang bening. “Jadi air dengan larutan di dalamnya, seperti garam. Tapi tidak sebening air putih ataupun sekeruh air garam. Setelah minum, langsung tidak sadar lagi,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | THEGUARDIAN | IRISHTIMES | SEHATQ