TEMPO Interaktif, Jakarta:Sebuah riset terbaru mensinyalir hubungan antara pola pengasuhan yang kaku dan peningkatan aktivitas seksual pada kalangan remaja matang. Meskipun belum dapat dipastikan bahwa pengendalian para ibu dan ayah yang ketat langsung memicu anak mereka, penelitian tersebut menyarankan sikap lebih bijaksana dan tepat.
Kesimpulan itu dari Rebekah Levine Coley, profesor psikologi terapan pengembangan dan pendidikan di Boston College, Boston, yang menelaah survei tahunan terhadap hampir 5.000 remaja Amerika Serikat.
"Hubungan yang hangat, lebih demokratis--orang tua tak menggunakan kebiasaan negatif dan pengendalian paksa berupa larangan ini dan itu--dapat membantu orang tua mengajarkan nilai-nilai, meningkatkan 'identifikasi kedewasaan' dengan orang tua mereka, dan membantu anak muda mengembangkan pilihan yang sehat. Juga membuat kemampuan sekaligus menjauhkan mereka dari pengaruh lingkungan yang negatif," kata Coley baru-baru ini.
Bayangkan, menurut para peneliti, dua dari tiga remaja Amerika Serikat saat ini ternyata telah melakukan hubungan intim sebelum menginjak usia 19 tahun.
Para periset sebelumnya telah mempelajari bagaimana kehidupan keluarga mempengaruhi para remaja. Di dalam studi teranyar itu, Coley dan para koleganya menguji hasil-hasil survei tahunan para remaja AS yang lahir antara 1980 dan 1984. Para periset "memelototi" hasil survei terhadap 4.980 remaja putra dan putri serta menggunakan sebuah teknik angka statistik untuk menunjukkan dampak-dampak variasi gaya pengasuhan anak.
Laporan mereka bakal dimuat dalam Journal of Adolescent Health edisi Agustus. Coley mengungkapkan, sejumlah aktivitas keluarga yang rutin--seperti makan malam bersama sebagai sebuah famili atau menggelar aktivitas-aktivitas menghibur atau aktivitas keagamaan bersama--tampak membikin aktivitas seksual mengecil.
Para remaja juga sangat kurang atau terlupakan berkegiatan seksual jika kedua orang tua tak memakai "kebiasaan negatif dan pengekangan secara psikologis".
Bagaimanapun, riset ini tak mengkonfirmasikan suatu hubungan sebab langsung dan dampak antara gaya pengasuhan dan aktivitas seksual di kalangan remaja.
Bagi Don Operario, profesor di Oxford University, Inggris, yang sehari-hari mendalami masalah kesehatan dan sosial, studi baru itu memberikan pesan sederhana dan jelas tentang pentingnya pengasuhan dan pengawasan keluarga.
Ketika sejumlah riset belakangan ini berfokus pada bagaimana media dan kelompok terdekat mempengaruhi kehidupan seksual para orang dewasa, Operario melanjutkan, "Studi ini mengingatkan kita akan peran fundamental orang tua dalam membatasi keadaan anak mereka terlibat kegiatan seksual yang berisiko."
Apa yang seharusnya dilakukan para ibu dan ayah? "Riset ini tak perlu mengatakan kepada orang tua, 'Ayo, ajarkan remaja kalian soal seks dan beri tahu mereka tentang penggunaan kondom, kehamilan, HIV, dan lainnya,'" ucapnya.
Operario menegaskan, "Kesimpulan riset itu menyebut, 'Dukunglah para remaja Anda, berbagilah waktu bersama mereka, kurangilah kritik dan pengekangan, serta sebaliknya, lebih membimbing dalam perkembangan kedewasaan mereka. Lalu, pada gilirannya, bisa membantu mereka lebih cerdas dan mengambil keputusan yang tepat."
Di Indonesia fenomena serupa pun kini sudah tampak nyata. Karena orang tua yang kaku, kenakalan anak pun melebihi batas, misalnya pergaulan (seks) bebas, kini memprihatinkan. Tengoklah selepas siang, misalnya di banyak warung Internet, kadang terdengar cekikikan beberapa bocah yang membuka-buka situs kategori dewasa. Yang lebih dahsyat, peredaran klip video mesum di telepon seluler yang notabene sudah mereka miliki.
Dari penelusuran sebuah surat kabar di Jawa Timur, baik di Surabaya, Malang, maupun di daerah lain di sana, ternyata para siswa sekolah menengah pertama dan menengah atas mengaku klip porno mudah menyebar antarponsel multimedia.
Belum lagi heboh siswa-siswi sebagai "bintang" adegan syur yang direkam via kamera ponsel. Tak aneh jika para guru pun puyeng. Di banyak sekolah, SMP dan SMA, akhirnya digelar razia ponsel memeriksa isinya.
Akhir Juni lalu, Pemerintah Kota Tangerang menelurkan kebijakan bakal rutin merazia ponsel siswa buat mengantisipasi penyebaran gambar seronok dan klip porno di kalangan siswa di Kota Tangerang yang marak belakangan ini. Hal itu bisa menjadi salah satu solusi meskipun kuncinya tetaplah orang tua.
Kendali orang tua yang kaku dan keras tanpa kompromi justru berisiko jadi bumerang. Anak-anak yang merasa terkekang mungkin mencari alternatif. Ujungnya, terjadi tipu-tipu kegiatan belajar. Hal ini tergolong universal. (Koran Tempo).
PYSCH CENTRAL | DWI ARJANTO