TEMPO.CO, Jakarta - Anda gemar makan cabai dan jambu biji? Tentu Anda sudah tak asing lagi dengan pernyataan yang beredar tentang dampak buruk dari kedua makanan ini. Salah satunya adalah risiko usus buntu yang tinggi. Benarkah demikian?
Dokter spesialis anak konsultan gastroenterologi hepatologi Frieda Handayani Kawanto mengatakan itu tidak benar. Menurutnya, konsumsi cabai dan jambu tidak akan menyebabkan usus buntu. Namun, memang ada dampak yang ditimbulkan untuk saluran cerna.
“Kalau makan cabai dan jambu, itu lebih mungkin membuat peradangan di seluruh lapisan saluran cerna, mulai dari lambung, saluran usus besar ataupun usus halus,” katanya dalam acara Media Briefing di Jakarta pada Kamis, 27 Februari 2020.
Terlebih jika konsumsi cabai dan jambu diimbangi dengan makanan yang tidak menimbulkan slow transit atau mudah lewat saluran pencernaan seperti air, makanan yang tinggi serat seperti buah dan sayur, risiko usus buntu pun semakin rendah.
“Karena kalau dia masuk, akan diserap dan keluar lagi sehingga tidak nyangkut dan menyebabkan usus buntu,” ungkapnya.
Gaya hidup yang lebih berisiko usus buntu dibandingkan konsumsi cabai dan jambu. Ini termasuk makanan tinggi lemak, seperti gorengan dan santan. Frieda mengatakan makanan ini sulit dicerna dan menyumbat permukaan rongga usus.
“Lebih baik mewaspadai makanan goreng-gorengan daripada cabai atau jambu,” tegasnya.