Jawaban itu ditemukan dalam sebuah wawancara yang dilakukan Brian Eno, produser beken bidang musik. Eno yang telah menelurkan artis-artis terkenal kaget dengan jawaban seorang blogger wanita cilik yang mengatakan ia adalah produk dari revolusi digital. Blogger itu mengaku tak bisa hidup tanpa adanya internet.
Komentar blogger cilik itu dituangkan oleh pengamat, penulis buku bertema sosial, Clay Shirky. Menurutnya pergeseran terbesar dunia dalam 5 atau 10 tahun ini bukanlah pada ledakan pilihan.
Banyaknya saluran televisi khususnya pra bayar, dan isi dari berbagai situs internet menurut Shirky bukanlah jawabannya. Jawaban utama adalah pada demokratisasi wacana.
Menurutnya sebelum revolusi media merasuk ke ranah sosial, Anda memerlukan “izin” untuk berbicara kepada publik. Jika Anda musisi sebuah label rekaman cukup bisa mempromosikan dan mendistribusikan apa yang telah telah Anda bikin. Bahkan jika opini Anda ingin didengar Anda memerlukan koran atau media, majalah serta penerbit buku untuk menjadikannya menjadi opini publik.
Kini hal itu berubah total. Setiap orang yang mempunyai laptop dan koneksi internet bisa memberikan opininya sebebas mungkin mereka mau. Tapi perubahan ini jelas mendatangkan masalah. Pertanyaan yang muncul. Bagaimana pesan Anda diketahui oleh publik ?. Atau pertanyaan lainnya jika memang Anda ngotot merubah dunia bagaimana Anda mampu menggunakan internet untuk menjangkau publik meyakinkan pesan itu memang penting ?.
Itu semua tercakup dalam sebuah proyek kampanye yang bertema 'Battlefront”. Kampanye yang dilakukan terhadap 20 anak muda di Inggris itu akan menggunakan internet dengan tentang isu-isu yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Jika Anda tertarik Anda tinggal mengunduh ke situs jejaring sosial www.Bebo.com. Tujuan utama proyek ini adalah bagaimana tekologi media bisa digunakan untuk menghubungkan antarmanusia yang ingin bertukar pesan dan merubah hidup mereka.
Kegunaan situs jejaring sosial salah satunya memudahkan anak-anak muda membagikan pengalamannya kepada orang lain.
Guardian | Bagus Wijanarko