TEMPO.CO, Jakarta - Apapun dilakukan orang agar bahagia. Menurut Angelica Bottaro, seorang penulis lepas dan calon novelis yang berbasis di Toronto, Kanada, terkadang kebahagiaan yang dikejar tak kunjung didapat. Alhasil, hanya mendatangkan kekecewaan.
Oleh sebab itu, menurutnya lebih baik menyerah mengejar kebahagiaan dan itu akan mengubah kehidupan menjadi lebih baik. Dalam tulisannya di Bolde, berikut tips Bottaro mendapat kehidupan yang lebih baik.
Berdamai dengan diri sendiri
“Jika memutuskan untuk melakukan sesuatu yang saya pikir akan menyenangkan dan ternyata itu adalah waktu yang buruk, saya tidak khawatir tentang hal itu. Saya tidak lagi melihat diri salah jika semua orang di sekitar menikmati diri mereka sendiri sementara saya lebih suka melakukan hal lain,” ujar Bottaro.
Dia mengaku dulu bertanya-tanya apa yang salah dengannya ketika tidak bisa tertawa, bahkan tersenyum, ketika orang di sekitarnya tengah tertawa. Tetapi, sekarang Bottaro mengerti itu bukan akhir dunia jika sesuatu tidak memenuhi harapannya.
Realistis
“Jika membuat rencana untuk pergi ke festival musik atau menonton film dan itu bukan malam terbaik dalam hidup, saya sering marah. Berani-beraninya acara ini tidak memenuhi harapan saya?” sebut Bottaro. Namun, kini dia sadar tidak realistis untuk berharap begitu banyak dari sesuatu yang begitu biasa.
Nikmati emosi yang ada
Tidak ada yang suka merasa sedih, tertekan, kesepian, atau emosi negatif lain. Tetapi itu tidak berarti perasaan ini salah. Menurutnya, setiap manusia belajar mencari cara untuk hidup dalam perasaan apakah itu positif atau negatif. Perasaan buruk hanya membuat yang baik itu jauh lebih baik.
Kenali trauma yang dihadapi
Semua orang mengalami beberapa pengalaman mengerikan dan sulit dilupakan. Beberapa pengalaman traumatis ini dapat berperan langsung dalam emosi seseorang, bagaimana menangani hubungan dan menjalani kehidupan sehari-hari.
“Ketika berhenti berusaha mengatasi perasaan buruk, itu membuat saya menyadari dari mana mereka datang sehingga bisa menghadapinya dan akhirnya melanjutkan hidup saya,” sebut Bottaro.
Lebih baik secara emosional
Mengalihkan perasaan mengerikan apa pun yang tidak ingin disampaikan seringkali menyulitkan untuk tidak emosi dari waktu ke waktu. Bottaro menyadari bahwa mencoba untuk bahagia, bahkan ketika benar-benar menyedihkan, malah menyebabkan tangisan yang serius di tempat-tempat tak terduga dan untuk alasan konyol.
“Ketika saya mulai membiarkan diri merasa sedih, semburan air mata dan kesedihan yang acak menghilang,” imbuhnya.
Menjadi lebih baik
“Karena belajar untuk menerima diri sendiri walaupun dalam keburukan yang dimiliki, saya akhirnya dapat fokus pada bagian-bagian yang dapat saya ubah dan melakukan pekerjaan yang perlu dilakukan. Saya selalu ingin tumbuh sebagai pribadi, dan ketika akhirnya melepaskan mengejar kebahagiaan, saya bisa melakukannya,” papar Bottaro.
Lebih baik dalam hubungan
Bottaro mengaku dulu sering berpura-pura bahagia. Hal itu dilakukan dengan harapan akan mengubahnya menjadi salah satu dari gadis-gadis yang bahagia yang menjengkelkan dan tidak memiliki empati di dunia. Semua orang katanya menyukai gadis-gadis itu dan dia ingin menjadi orang yang disukai semua orang. Namun, nyatanya hal itu justru membuatnya menjadi lebih buruk.
“Jadi saya berhenti berusaha dan menemukan teman sejati akan mencintai saya apa adanya,” sebutnya.
Bahagia bukan segalanya
Begitu banyak orang memandang kebahagiaan sebagai hal yang serbabisa, tetapi Bottaro menyadari itu tidak benar. Menjadi bahagia bukanlah hal yang konstan. Ada saat-saat baik dan buruk dan mereka selalu bersepeda. Ketika dia mengetahui semua yang dirasakan baik-baik saja, kadang-kadang menjadi lebih mudah untuk menerima perasaan tidak bahagia.
Akhirnya menerima diri sendiri
Bottaro dulu sangat membenci diri sendiri karena tidak superbahagia atau punya sisi gelap. Dia menyukai humor gelap, film horor, lagu sedih, dan terkadang menangis terasa menyenangkan baginya.
“Ketika saya akhirnya menyadari tidak ada yang salah dengan menjadi sendu dan sedih, saya menjadi lebih dekat dengan rasa puas dengan siapa saya dan kehidupan yang saya jalani,” tuturnya.