TEMPO.CO, Jakarta - Banyak orang membuat konten yang berbahaya demi meraih popularitas di media sosial. Tak jarang pembuatan konten itu berujung pada kematian.
Belum lama ini, seorang remaja di Kabupaten Bekasi tewas terlindas truk. Korban diduga sedang membuat konten untuk aplikasi TikTok tentang mengadang truk.
Selain contoh di atas, ada banyak kasus lain yang membahayakan nyawa seseorang karena konten. Tidak hanya di Indonesia, fenomena ini juga sering ditemui di beberapa negara.
Lalu, mengapa seseorang rela melakukan hal berbahaya hanya untuk sebuah konten di media sosial?
Social comparison
Beberapa orang enggan ketinggalan tren yang ada di sekitarnya dan ingin menunjukkan kalau dirinya bisa melakukan sesuatu yang lebih dari orang lain.
Dalam psikologi, istilah ini disebut dengan social comparison. Social comparison merupakan suatu proses di mana seseorang membandingkan kemampuan, pendapat, atau sifatnya dengan orang lain.
Menurut Festinger dalam buku A theory of social comparison processes, setiap orang memiliki dorongan untuk mengevaluasi diri mereka sendiri dan sering kali mencobanya dengan cara membandingkan dengan orang lain.
FoMo (Fear of missing out)
Menurut beberapa sumber, setiap orang mempunyai dorongan untuk mengikuti tren yang ada. Salah satunya adalah menjadi viral.
Menjadi viral belakangan ini dianggap memiliki keuntungan. Misalnya, dengan menjadi terkenal orang bisa mendapatkan uang, disukai banyak orang, dan lain sebagainya.
Sebabnya di zaman media sosial seperti sekarang, seseorang akan merasa menyesal jika ia terlambat atau tidak ikut dalam keseruang yang sedang terjadi.
Melansir PijarPsikologi, hal itu terjadi karena seseorang dilanda Fear of Missing Out (FoMo). FoMo adalah sebuah fenomena kecemasan yang dirasakan seseorang. Kecemasan tersebut terkait perasaan takut ketinggalan atau tertinggal suatu keseruan yang terjadi di sekitarnya. Alhasil orang tersebut terdorong ingin membuat konten mengikuti tren yang ada meski berbahaya.
RIZQI AKBAR
Baca juga:
Remaja Bikin Konten TikTok Tewas Terlindas Truk, Polisi: Sopir Bisa Bebas