TEMPO.CO, Jakarta - Demensia merupakan penyakit yang sering ditemui pada usia lansia, yaitu lebih dari 65 tahun. Demensia mengakibatkan penurunan daya ingat dan berpikir seseorang. Hingga saat ini belum ditemukan obat untuk demensia, namun terdapat beberapa cara untuk mencegah penyakit demensia sejak dini.
Dalam acara webinar Brain Awareness Week Indonesia (BAW Indonesia 2021) Kepala Departemen Neurologi FKIK Unika Atma Jaya Octavianus Darmawan, mengungkapkan bahwa demensia dapat dicegah dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Dia menjelaskan dengan belajar di sekolah, mampu meningkatkan daya dan cadangan otak.
“Yang mau dicapai adalah cognitive reserve atau cadangan otak, dimana dengan semakin tingginya cadangan otak, diharapkan bahwa kemungkinan mengalami demensia otaknya semakin berkurang karena cadangannya atau devisanya yang tinggi,” kata Octa.
Octa menyebutkan bahwa tingkat pendidikan memiliki pengaruh dan peran penting dalam resiko demensia. Dia menyebutkan bahwa orang dengan tingkat pendidikan rendah, tamat sekolah dasar, memiliki kemungkinan demensia jauh lebih tinggi yaitu sebesar 1,6 kali lipat dari orang yang melakukan pendidikan selama 12 tahun, lulusan SMA/sederajat.
“Dengan tingkat pendidikan yang rendah, memiliki kemungkinan 1,6 kali lebih tinggi untuk mengalami demensia dibandingkan dengan orang normal,” kata Octa
“Jika faktor pendidikan tercukupi, bisa menekan resiko demensianya hingga 7 persen, jadi salah satu item yang paling penting,” lanjutnya.
Selain itu, Octa juga menjelaskan bahwa selain tingkat pendidikan, pola asuh juga dapat bantu cegah demensia. Bahkan pencegahan dapat dilakukan sejak bayi dan dalam kandungan. Adapun pola asuh untuk cegah demensia, sebagai berikut :
1. Asuh
Asuh yaitu merawat anak dengan baik. Hal ini dapat dilakukan dengan memastikan nutrisi pada tubuh anak, melakukan imunisasi, memberi pengobatan bila sakit serta hindari anak dari cedera.
2. Asih
Asih juga menjadi cara penting untuk cegah demensia sejak dini. Dengan memberikan kasih sayang yang baik pada buah hati, maka akan terjalin kedekatan emosional sehingga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak di kemudian hari.
“Hubungan kasih sayang antara kedua orang tua, baik ayah dengan ibu dan hubungannya dengan anak, tentunya akan signifikan mempengaruhi tumbuh kembang anak, meningkatkan kepercayaan pada anak keterikatan emosional,” kata Dr. Octa
3. Asah
Asah yaitu memberikan stimulasi otak pada anak, hal ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui pendengaran, visual atau penglihatan dan sentuhan.
“Pada periode tumbuh kembang anak yang berbeda, maka stimulasi kognitif yang diberikan harus berbeda,” kata Octa
4. Pembentukan karakter
Dengan pola asuh, asah dan asih yang baik, maka anak akan memiliki karakter yang baik seperti bertanggung jawab, disiplin dan jujur. Hal ini sangat berpengaruh pada kesehatan anak kedepannya sehingga mampu mencegah berbagai masalah kesehatan seperti demensia.
Octa berharap semakin banyak masyarakat yang menonton berbagai diskusi erennya degan “Diharapkan bahwa anak memiliki karakter yang baik bertanggung jawab, disiplin dan jujur,” kata Octa.
Baca: Gerd Muller Pernah Idap Alzheimer, Apa Bedanya dengan Demensia?