TEMPO.CO, Jakarta - Perayaan Natal identik dengan pohon cemara yang didekorasi sedemikian rupa. Lambat laun pohon Natal buatan mulai menggantikan pohon yang asli.
Kepopuleran pohon Natal menyebar ke seluruh dunia. Dilansir dari laman britannica.com, ini ternyata berdampak buruk terhadap hutan, terutama di Jerman.
Banyak pohon cemara yang ditebangi demi perayaan Natal. Tak ingin semakin banyak pohon yang ditebangi, orang Jerman mulai membuat pohon Natal dari bulu angsa buatan pada sekitar 1880-an.
Pohon Natal buatan mulai populer dan menyebar ke berbagai negara. Seiring berjalannya waktu, bahan-bahan lain menggantikan bulu angsa buatan ini, seperti aluminium dan plastik.
Meski sudah populer, masih ada yang menggunakan pohon asli untuk merayakan Natal. Menurut survei American Christmas Tree Association pada 2020 di Amerika Serikat, 85 persen pohon Natal yang digunakan rumah tangga adalah buatan.
Ini berarti masih ada 15 persen pohon cemara yang ditebangi untuk merayakan Natal. Menurut survei National Tree Association di Amerika Serikat, ada 26,2 juta pohon Natal asli yang dibeli pada 2019.
AMELIA RAHIMA SARI
Baca juga: Mengapa Perayaan Natal Identik dengan Pohon Cemara?