TEMPO.CO, Jakarta - Omicron adalah varian Covid-19 yang dianggap paling menular tetapi dampaknya tidak mematikan seperti halnya varian Delta. Dilansir dari laman Healthline, hal itu dikarenakan Omicron cenderung tetap berada pada sistem pernapasan bagian atas dan tidak menetap di paru-paru seperti halnya Delta.
Pada varian Delta, partikel virus mengendap di paru-paru dan akan lebih cepat merusak jaringannya sehingga menyebabkan pneumonia. Sebaliknya Omicron cenderung menetap di saluran udara bagian atas seperti tenggorokan, hidung, dan bronkus. Perbedaan tempat virus mengendap bisa menjadi salah satu alasan mengapa gejala keduanya berbeda.
Mengutip dari laman scientificamerican.com, berdasarkan tingkat keparahan dan lamanya infeksi, Omicron memang tidak separah varian Delta, terutama bagi seseorang yang sudah mendapatkan vaksin.
Namun, meskipun beberapa gejala tersebut tidak terlalu parah, Omicron jauh lebih cepat menular hingga tiga kali lipat daripada Delta. Selain lebih cepat menular, Omicron juga dapat meningkatkan risiko terinfeksi ulang bagi seseorang yang sudah pernah memiliki riwayat Covid-19 sebelumnya.
Menurut penelitian yang dilakukan para ilmuwan di Inggris dengan Badan Keamanan Kesehatan Inggris, angka penularan Omicron sangat tinggi. Hal itu didasarkan pada data yang menunjukkan bahwa infeksi Omicron di Inggris berlipat ganda setiap tiga hari. Pada kecepatan itu, Omicron memiliki tingkat ancaman penularan yang jauh lebih besar daripada Delta.
Meskipun perlindungannya cukup kecil, namun vaksinasi dinilai masih menjadi cara ampuh supaya terhindar dari penularan Covid-19 varian Omicron. Selain melalui vaksinasi, melakukan tes PCR untuk mengetahui apakah Anda terinfeksi Covid-19 atau tidak juga penting untuk dilakukan secara berkala.
Selama melakukan aktivitas sosial di luar, tetap terapkan protokol kesehatan yang sesuai untuk mencegah meningkatnya angka penularan dan morbiditas dalam jangka panjang.
RISMA DAMAYANTI
Baca juga: Mulai Mendominasi, Kenali Karakteristik Covid-19 Varian Omicron