Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sebab Otak Masih Merespons Rasa Bahagia setelah Putus Cinta

Reporter

image-gnews
Ilustrasi wanita sedih atau patah hati. Freepik.com
Ilustrasi wanita sedih atau patah hati. Freepik.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Cinta mengubah seseorang sampai ke tingkat psikologis, membuatnya lebih peka terhadap rasa senang dan sakit. Namun, ketika putus cinta, ia akan merasa sangat sakit. Ternyata, ketika hubungan cinta berakhir, otak masih mendeteksi perasaan cinta.

“Salah satu pengalaman paling menyakitkan yang bisa dialami manusia adalah kehilangan pasangan hidup,” kata penulis Anatomy of Love: A Natural History of Mating, Marriage, and Why We Stray, Helen Fisher, dikutip dari Theatlantic.

Antropolog biologi yang mempelajari neurokimia cinta itu mengatakan topik studi tersebut sangat diremehkan oleh banyak ilmuwan. Ia percaya banyak ilmuwan meremehkan kekuatan patah hati tapi di sisi lain menemukan keadaan jatuh cinta yang menggairahkan lebih memikat. Fisher menjelaskan ada dua tahap neurologis dasar ketika seseorang dicampakkan, yaitu protes dan pengunduran diri.

Selama tahap protes, banyak orang mencoba untuk mendapatkan kembali kekasih mereka. Perilaku ini tampaknya didasarkan pada campuran dopamin dan norepinefrin ekstra yang membanjiri otak. Seseorang mencari apa yang terlewatkan dan ditakuti.

Fisher mengatakan ini adalah perilaku waspada yang berlebihan saat menanggapi keadaan baru yang dipenuhi ancaman. Hal tersebut menjelaskan mengapa orang sulit tidur, turun berat badan, dan agitasi umum saat baru saja dicampakkan.

Selama tahap pengunduran diri, Fisher mengatakan sebagian besar orang menyerah pada protes dan tawar-menawar. Ini adalah saat dopamin turun dan begitu juga serotonin, neurotransmitter yang sering dikaitkan dengan perasaan sejahtera.

“Begitu berada di sana (tahap pengunduran diri), itu (terasa) lesu dan tentu saja banyak air mata. Sekarang, beberapa orang akan minum alkohol terlalu banyak, mengemudi terlalu cepat, atau bersembunyi dan menonton TV. Orang lain akan membicarakan hal itu. (Tidak satu pun dari itu) yang bagus,” ungkap Fisher.

Dalam makalah yang diterbitkan dalam Journal of Neurophysiology pada 2010, Fisher dan rekan-rekannya menempatkan 15 orang yang masih patah hati dalam pemindai otak. Ketika orang tersebut melihat foto orang yang menolaknya, otaknya menunjukkan aktivasi di beberapa wilayah yang sama dengan saat ia masih bahagia dalam cinta.

Dalam studi tersebut, daerah otak yang berhubungan dengan nafsu makan dan regulasi emosi menyala, termasuk area tegmental ventral (VTA) secara bilateral, striatum ventral, dan cingulate gyrus. Fisher menjelaskan banyak dari wilayah yang aktif tersebut diperlukan untuk merasakan cinta romantis dan mendorong kecanduan kokain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain menemukan aktivitas di bagian otak yang terkait dengan keinginan dan kecanduan, tim Fisher juga melihat aktivasi di bagian korteks insular dan anterior singulat yang terkait dengan rasa sakit fisik. Daerah ini juga menyala saat orang sakit gigi. Berbeda dengan patah hati, rasa sakitnya bisa bertahan lama. Melihat hasil pemindaian otak tersebut, Fisher teringat akan sesuatu.

“Kesedihan bukanlah cinta tetapi terlihat seperti cinta. Ini adalah saudara dari asmara yang terasing, karakter yang kejam, semua kesulitan tidur dan adrenalin tanpa pemanis oleh harapan,” kata Rachel Cusk dalam memoar perceraiannya.

Dalam penelitian Fisher, semua subjek mengatakan mereka memikirkan tentang penolakan yang dialami terhadap orang tercinta selama lebih dari 85 persen dari jam bangun mereka. Ketika patah hati, banyak orang menjadi tak menggelora seperti biasanya.

"Tanda-tanda kurangnya kontrol emosi secara teratur sejak awal putus cinta dalam semua kasus yang terjadi secara teratur selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan," tulis para peneliti.

Rasa sakit hati itu pun kadang menimbulkan keinginan untuk bunuh diri. Satu makalah menemukan di antara remaja dengan ide bunuh diri di Amerika Serikat, putus cinta adalah salah satu faktor risiko terbesar untuk upaya pertama bunuh diri. Menurut sebuah penelitian, di antara orang dewasa yang tewas karena bunuh diri, masalah pasangan intim memiliki faktor 27 persen.

“Saya pikir alam telah berlebihan,” ujar Fisher.

BERNADETTE JEANE WIDJAJA

Baca juga: Tips Cepat Lupakan Mantan setelah Putus Cinta

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Viral Justin Bieber Menangis, Identik dengan Cengeng?

1 hari lalu

Justin Bieber dan Hailey Bieber. Foto: Instagram/@justinbieber
Viral Justin Bieber Menangis, Identik dengan Cengeng?

Justin Bieber menangis di Instagram. Reaksi warganet pun beragam. Bahkan istrinya, Hailey, ikut mengomentari dengan kata cengeng.


Merasa Terjebak dalam Hubungan Tak Bahagia? Bulatkan Tekad untuk Pergi

3 hari lalu

Ilustrasi pasangan. dailymail.co.uk
Merasa Terjebak dalam Hubungan Tak Bahagia? Bulatkan Tekad untuk Pergi

Merasa terjebak dalam hubungan tak bahagia? Berikut tanda Anda harus mengakhiri hubungan karena sudah tak mungkin diperbaiki.


Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

8 hari lalu

Ilustrasi mengurangi stress. Freepik.com/fabrikasimf
Kelola Stres Setiap Hari untuk Redakan Emosi

Mengelola stres adalah cara meredakan emosi yang harus terus dilatih setiap hari agar tidak mudah emosional si situasi yang buruk.


Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

8 hari lalu

Ilustrasi stres. TEMPO/Subekti
Kecewa karena Calon yang Didukung Kalah, Simak Saran Psikolog

Psikolog mengatakan wajar bila orang kecewa karena harapan tidak menjadi kenyataan tetapi rasa kecewa itu mesti dikelola agar tak sampai memicu stres.


Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

9 hari lalu

Ilustrasi anak marah atau berteriak. shutterstock.com
Dokter Anak Sebut Penggunaan Gawai Terlalu Lama Bisa Picu Anak Tantrum

Perhatian buat orang tua, bermain gawai dalam waktu lama dapat memicu perilaku negatif seperti tantrum pada anak.


Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

15 hari lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com
Definisi Kesehatan Mental Menurut Psikolog, Perlu Dimiliki Setiap Orang

Kesehatan mental lebih dari sekadar gangguan atau kecacatan mental yang diderita seseorang. Psikolog beri penjelasan.


Ragam Pemicu Pria Memutus Cinta, Tak Suka Dikekang dan Dikuasai

18 hari lalu

Ilustrasi pasangan putus. shutterstock.com
Ragam Pemicu Pria Memutus Cinta, Tak Suka Dikekang dan Dikuasai

Seperti juga perempuan, laki-laki pun punya banyak alasan untuk memutus hubungan cinta. Berikut di antaranya.


6 Tanda Pasangan Bukan Istri yang Baik

20 hari lalu

Ilustrasi Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), istri terhadap suami. shutterstock.com
6 Tanda Pasangan Bukan Istri yang Baik

Sikap-sikap berikut menunjukkan perempuan tak bisa jadi istri yang baik, bahkan hanya menyusahkan suami dan mengganggu hubungan.


Kualitas yang Diharapakan dari Pasangan, Tak Cuma Sekedar Penampilan Fisik

21 hari lalu

Ilustrasi pasangan. Shutterstock
Kualitas yang Diharapakan dari Pasangan, Tak Cuma Sekedar Penampilan Fisik

Berikut hal-hal yang bisa menjadi daya tarik seseorang lebih dari sekedar penampilan fisik dan akan membuat hubungan bertahan lebih lama.


10 Sinyal Pasangan Serius Membangun Hubungan

25 hari lalu

Ilustrasi pasangan (pixabay.com)
10 Sinyal Pasangan Serius Membangun Hubungan

Tak perlu menunggu hubungan berjalan lama, komitmen bisa muncul jika pasangan serius menjalin hidup bersama. Berikut tandanya.