Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Demam Lassa, Sekilas Mengenai Gejala dan Virus yang Menginfeksi

Reporter

Editor

Bram Setiawan

image-gnews
Ilustrasi pria sakit demam. shutterstock.com
Ilustrasi pria sakit demam. shutterstock.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Di Inggris telah ditemukan orang-orang mengalami demam lassa.  Ada tiga orang yang diketahui terinfeksi virus lassa. Satu orang meninggal setelah mengalami demam lassa, pada 11 Februari 2022, seperti dikutip dari The Indian Express.

Penemuan kasus itu biasanya dihubungkan dengan perjalanan berbagai negara di Afrika Barat. Demam lassa ditemukan pertama kali di Nigeria, pada 1969.

Mengutip Infeksi Emerging, Kementerian Kesehatan, penyakit itu tergolong hemoragik atau keluarnya darah dari rongga pembuluh akibat dari infeksi virus lassa. Adapun virus lassa memiliki ribonucleic acid (RNA) sebagai materi genetiknya. Biasanya virus ini berkembang dari tikus mastomys.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tikus mastomys yang terinfeksi virus lassa tidak menjadi sakit. Tapi, tikus akan mengeluarkan virus melalui urine dan feses. Masa inkubasi virus lassa selama 6 hari hingga 21 hari. Ketika seseorang terinfeksi virus lassa, maka akan timbul gejala bertahap. Bermula gejala demam biasa, kelelahan dan lesu. 

Setelah gejala awal, selama beberapa hari akan terasa sakit kepala, tenggorokan, nyeri otot dan dada. Ada pula gejala lanjutan mual, muntah, diare, batuk, dan sakit perut. Jika kasus infeksinya parah bisa mengakibatkan pembengkakan wajah dan rongga paru-paru, pendarahan dari mulut, hidung atau saluran pencernaan. Kondisi itu juga menyebabkan tekanan darah rendah. 

Tanda lainnya seperti protein keluar bersama urine. Tanda gejalanya juga termasuk renjatan, gemetar, disorientasi. Tahap yang paling para bisa menyebabkan koma. Seseorang yang terinfeksi demam lassa bisa sembuh antara satu bulan hingga tiga bulan. Gejala yang sudah kadung parah bisa menyebabkan gangguan pendengaran.  Selama proses pemulihan akan terjadi kerontokan rambut dan terasa gangguan ketika berjalan. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gejala demam lassa tidak spesifik, karena mirip beberapa penyakit lain. Apalagi, saat tahap awal gejala, sehingga membutuhkan pengujian laboratorium. Cara memeriksa virus lassa dilakukan dengan beberapa metode, antara lain real time polymerase chain reaction (RT-PCR), uji imunosorben terkait enzim (ELISA) dan tes antigen.

Virus lassa ini belum sepenuhnya terbukti menular langsung antarmanusia melalui darah, urine, feses, maupun cairan tubuh lain. Tak ada bukti juga penularan melalui udara. Sementara diketahui, penularan bisa terjadi di tempat yang banyak tikus mastomys. Tikus ini akan bersarang permukiman padat penduduk yang sanitasinya tidak memadai.

TATA FERLIANA

Baca: Mengenal Demam Lassa, Penyakit yang Disebabkan Virus Lassa

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

3 jam lalu

Ilustrasi ibu hamil berpikir. shutterstock.com
Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?


Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

1 hari lalu

Ilustrasi vaksinasi Covid-19. TEMPO/Subekti
Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.


Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

1 hari lalu

Petugas kesehatan meneteskan vaksin polio pada mulut anak balita saat pelaksanaan Sub Pekan Imunisasi Nasional (Sub PIN) Polio di Kota Madiun, Jawa Timur, Senin 19 Februari 2024. Imunisasi itu merupakan putaran kedua yang menyasar  kepada sekitar 18 ribu anak hingga usia delapan tahun di wilayah tersebut untuk memberikan kekebalan pada anak sekaligus upaya menanggulangi Kejadian Luar Biasa (KLB) polio menyusul penemuan kasus lumpuh layu di Pamekasan, Sampang Jawa Timur serta Klaten Jawa Tengah beberapa waktu lalu, dilaksanakan pada 19-25 Februari. ANTARA FOTO/Siswowidodo
Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.


Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

5 hari lalu

Ilustrasi tikus. mirror.co.uk
Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

Biasanya, ketika melakukan penelitian dalam dunia medis, peneliti kerap menggunakan tikus. Lantas, mengapa tikus kerap menjadi hewan percobaan?


Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

5 hari lalu

Kelinci yang menjadi alat uji ilmiah. shutterstock.com
Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:


IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

6 hari lalu

Ilustrasi anak demam. webmd.com
IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.


Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

9 hari lalu

Ilustrasi anak minum obat. shutterstock.com
Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

Berikut saran memberikan obat demam pada anak sesuai dosis dan usia serta agar tak dimuntahkan lagi.


Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

9 hari lalu

Ilustrasi anak minum obat. shutterstock.com
Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

Parasetamol dapat diberikan ketika suhu anak 38 derajat Celcius ke atas atau sudah merasakan kondisi yang tidak nyaman.


Komplikasi dan Cara Pencegahan HFMD, Potensi Tinggi Menular Selama Libur Lebaran 2024

19 hari lalu

Ilustrasi cuci tangan. pixabay.com
Komplikasi dan Cara Pencegahan HFMD, Potensi Tinggi Menular Selama Libur Lebaran 2024

Hand, foot, and mouth disease (HFMD) atau flu Singapura yang menyerang selama libur Lebaran 2024 sebabkan komplikasi penyakit lain. Ini pencegahannya


Gejala dan Penyebab HFMD yang Kasusnya Meningkat Selama Libur Lebaran

19 hari lalu

Flu Singapura.
Gejala dan Penyebab HFMD yang Kasusnya Meningkat Selama Libur Lebaran

Flu Singapura atau HFMD mengalami peningkatan selama mudik atau libur Lebaran 2024. Apa gejala dan penyebab dari penyakit ini?