TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Direktur World Health Organization atau WHO Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama menjelaskan ihwal penemuan tiga X dalam Covid-19 varian Omicron. Yang terpenting saat mendapati informasi tentang tiga sub-varian baru ini adalah jangan panik dan pastikan memperoleh informasi dari sumber yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
"Beberapa waktu belakangan ini banyak diberitakan tentang berbagai rekombinasi sub-varian Omicron serta gabungannya dengan varian Delta," kata Tjandra Yoga dalam keterangan tertulis, Rabu, 6 April 2022. "Secara umum tiga rekombinasi sub-varian Omicron ini disebut tiga X."
Berikut detail informasi tentang tiga rekombinasi sub-varian Omicron, yakni XD, XF, dan Omicron XE:
XD dan XF
Sub-varian Omicron XD dan XF merupakan rekombinasi dari varian Delta dan varian Omicron BA.1. Sampai akhir Maret 2022, tercatat sekitar 49 kasus XD yang sebagian besar terjadi di Prancis. Untuk XF tercatat sedikitnya 38 kasus di Inggris.XE
Tjandra Yoga Aditama mengatakan, yang kini lebih banyak dibicarakan adalah rekombinasi sub-varian Omicron XE. Ini adalah gabungan dari varian Omicron BA.1 dan BA.2. Di Inggris sub-varian XE pertama kali terdeteksi pada pertengahan Januari 2022. Hingga 22 Maret 2022, tercatat ada 763 sampel kasus XE di di Inggris. Kemudian ditemukan pula di Tiongkok dan Thailand.
Dari silsilah dan temuan tersebut, Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI ini mengatakan, belum ada bukti ilmiah yang pasti tentang dampak ketiga X tersebut. "Hanya XE yang diperkirakan 10 persen lebih mudah menular," ujarnya. Yang jelas, Tjandra Yoga Aditama melanjutkan, para pakar masih terus meneliti tentang ada tidaknya dampak tiga X tadi pada berat ringannya penyakit atau kemungkinan dampak pada alat diagnosis, obat, dan vaksin.
Dalam mengamati perkembangan virus, Tjandra Yoga Aditama menjelaskan, sangat mungkin terjadi mutasi, varian baru, dan rekombinasi. Di setiap kejadian tersebut, ada yang mengakibatkan "not an unusual occurrence" atau "bukan kejadian yang tidak biasa not" terutama dalam populasi dengan berbagai varian.
Hanya saja, dia melanjutkan, ada pula hasil mutasi, varian baru, dan rekombinasi virus yang belum berdampak pada manusia. Bahkan, kata Tjandra Yoga Aditama, sebagian besar tidak berdampaknya dan akan hilang. Kondisi ini disebut "most die off relatively quickly" atau mati atau hilang dengan cepat.
"Perlu diketahui bahwa virus corona secara umum juga dapat melakukan rekombinasi dengan virus lain, misalnya virus influenza dan rotavirus," kata Tjandra Yoga Aditama. "Tetapi, kalau nanti ini terjadi, maka belum tentu berdampak signifikan bagi kesehatan manusia. Bisa jadi hanya fenomena di virus."
Baca juga:
Satgas Covid-19 Pastikan Varian Omicron XE Belum Ditemukan di Indonesia
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.