TEMPO.CO, Jakarta - Kemeja flanel menjadi salah satu jenis pakaian paling populer saat ini. Sejarah kemeja ini tidak dapat dipisahkan dari sosok Hamilton Charhartt. Bagaimanakah kisahnya?
Dilansir dari laman Detroit Historical Society, Hamilton Carhartt mendirikan Perusahaan Carhartt, produsen pakaian kerja yang telah berdiri selama lebih dari 125 tahun. Ia lahir pada 27 Agustus 1855 di Macedon Lock, New York dan dibesarkan di Michigan selatan.
Kesuksesan Carhartt dimulai ketika ia berbicara dengan seorang insinyur kereta api, Carhartt menyadari ada kebutuhan akan pakaian kerja yang tangguh dan berkualitas tinggi, jadi produk pertamanya adalah pakaian kerja berat yang dibuat khusus untuk pekerja kereta api.
Carhartt memulai dengan dua mesin jahit dan lima orang karyawan saat membuat produk pertama mereka dari kain bebek dan denim. Waktunya tepat, karena negara sedang mengalami ledakan industri, dan pada tahun 1889 dia mendirikan Carhartt, Inc. di Dearborn, Michigan. Slogan mereka adalah Honest value for an honest dollar yang artinya “Nilai jujur untuk dolar yang jujur”.
Baca: Rahasia Perbedaan Kemeja Pria dan Wanita, Lihat Kancingnya
Depresi ekonomi global turut menghantam Carhartt sekeras bisnis lainnya, dan hanya tiga pabrik yang tersisa di Amerika Serikat setelah tahun 1930. Untuk mengatasi ini, Hamilton, dengan bantuan putranya Wylie, mendirikan kampanye Back to the Land atau "Kembali ke Tanah", menciptakan lebih banyak benteng dari sebelumnya dengan pekerja pertanian dan peternakan.
Hamilton Carhartt meninggal akibat kecelakaan mobil di Grosse Pointe yang menewaskan istrinya, Annette Welling Carhartt. Dia meninggal tiga hari kemudian pada 13 Mei 1937.
Hari ini, Carhartt, Inc. tidak hanya tetap berada di garis depan pakaian kerja berat dan ringan tetapi telah menjadi pakaian modis, sebagian karena kualitas dan harganya yang terjangkau. Carhartt masih berbasis di metro-Detroit, contoh bisnis milik keluarga dengan akar lokal yang kuat. Cucu perempuan Carhartt, Gretchen Carhartt Valade, menciptakan sumbangan sebesar 10 juta US Dollar untuk Festival Jazz Detroit, dan telah berkontribusi pada pusat jazz eponim di Wayne State University.
Hamilton Charhartt dan Kemeja Flanel
Mulanya, kain flanel sudah ada terlebih dahulu sejak tahun 1600-an. Dilansir dari laman bespokepost.com, untuk melawan iklim yang mendung, basah, dan berangin, pekerja tekstil di Wales pada akhir 1600-an memanfaatkan kelebihan wol domba mereka untuk menciptakan jenis kain baru yang lembut dan tahan lama melalui proses yang disebut dengan dengan carding.
Carhartt berinisiatif membawa kain flanel ke Amerika Serikat. Ia turut mempopulerkan pakaian flanel tradisi Irlandia di AS. Ia memotong pita upacara di pabrik tekstilnya yang berfokus pada kain flanel, yang pertama dari jenisnya, di Detroit pada tahun 1889.
Selama bertahun-tahun setelah inisiatif ini, kelas menengah Amerika mengadopsi kemeja flanel sebagai bahan pokok pakaian kerja. Tidak lama kemudian kebanyakan pekerja Amerika mulai mengenakan kemeja flanel untuk menggantikan kemeja katun biasa.
Karena kemeja flanel banyak dipakai pekerja konstruksi, penebang kayu, dan orang perbatasan, flanel menjadi identik dengan pria Amerika yang kasar sebagai simbol kejantanan dan ketangguhan.
Singkat cerita, banyak fashion stylist mengadopsi kemeja flanel hingga tahun 2000-an. Kemeja flanel dibuat lebih bersih dan disesuaikan, sebagai bagian dari gaya Amerika.
Flanel sering dikombinasikan dengan celana denim, dan sepatu bot kulit. Dari gaya inilah, asosiasi antara kemeja flanel dan budaya hipster mulai muncul, seperti terinspirasi oleh pakaian kerja tradisional Amerika.
Hari ini, kemeja flanel mempertahankan kehadirannya nyaris di seluruh tempat, baik sebagai gaya modern maupun gaya retro Amerika.
DANAR TRIVASYA FIKRI
Baca: 5 Pakaian Kerja untuk Wanita Super Aktif
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.