TEMPO.CO, Jakarta - Stockholm Syndrome biasanya terjadi pada beberapa korban pelecehan dan penyanderaan. Dalam momen itu, respons emosional korban yang mengalami kondisi Stockholm Syndrome ditandai dengan perasaan positif terhadap pelaku atau penculik.
Terkadang, orang yang ditahan atau mengalami pelecehan dapat memiliki perasaan simpati atau perasaan positif terhadap penculiknya. Ini tampaknya terjadi selama berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun penahanan ataupun penyanderaan dan kontak dekat dengan penculiknya.
Dampak Buruk Stockholm Syndrome
Sebagai informasi, Stockholm Syndrome tidak terdaftar sebagai diagnosis kesehatan mental formal dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM - 5). Namun, Stockholm Syndrome nyatanya bisa berdampak pada kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Dihimpun dari WebMD, berikut beberapa dampak psikis akibat Stockholm Syndrome:
- Malu tentang emosi korban terhadap pelaku,
- Mudah menunjukkan sikap kebingungan,
- Sering merasa bersalah,
- Sulit mempercayai orang lain,
- Mengalami gangguan stres pasca trauma (PTSD), seperti mimpi buruk, insomnia, hingga perasaan mudah mengungkit masa lalu.
Ada pun setelah dilecehkan atau disekap, korban yang mengalami Stockholm Syndrome juga mengalami dampak lain, termasuk:
- Penyangkalan,
- Penarikan sosial,
- Perasaan takut parah,
- Perasaan putus asa,
- Depresi,
- Kecemasan,
- Ketergantungan yang berlebihan,
- Kehilangan minat dalam aktivitas.
Pengobatan Stockholm Syndrome
Mengingat Stockholm Syndrome tidak diakui sebagai kondisi psikologi, maka hingga saat ini para peneliti menegaskan tidak ada standar pengobatannya. Namun, sebagaimana pengobatan untuk PTSD, Stockholm Syndrome biasanya diobati dengan melibatkan konseling psikiater dan psikologis, melansir Cleveland Clinic.
Beberapa usaha terapi yang dimungkinkan membantu penderita Stockholm Syndrome, antara lain:
- Pemahaman terhadap pengalaman yang dialami
- Memahami bagaimana perilaku simpatik terhadap penculik merupakan keterampilan bertahan hidup.
- Mempelajari bagaimana korban bisa bergerak maju dengan kondisi hidup yang dialami.
Demikian informasi seputar dampak buruk Stockholm Syndrome alias sindrom penyanderaan terhadap kesehatan dan cara pengobatannya. Jika seseorang menemukan gejala Stockholm Syndrome, disarankan untuk segera menghubungi penyedia layanan kesehatan untuk mendapatkan bantuan penanganan lebih lanjut.
HARIS SETYAWAN
Pilihan editor : Stockholm Syndrome atau Sindrom Penyanderaan: Pengertian, Gejala dan Penyebabnya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.