TEMPO.CO, Jakarta - Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan munculnya penyakit ginjal karena kondisi tersebut akan mempengaruhi kerusakan pada pembuluh darah ginjal. Begitu menurut Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri), dr. Aida Lydia, PhD, Sp.PD-KGH.
"Kalau hipertensi yang tidak terkontrol, itu tentu lama-lama bisa menyebabkan gangguan ginjal karena dia merusak pembuluh darah, termasuk pembuluh darah ginjal," kata dokter di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) itu dalam webinar "Hari Ginjal Sedunia 2023", Kamis, 9 Maret 2023.
Dia menjelaskan tekanan darah tinggi akan diteruskan ke pembuluh darah di seluruh organ. Dengan tekanan darah tinggi maka lama-kelamaan pembuluh darah bisa rusak, termasuk pembuluh darah di ginjal. Saat pembuluh darah ginjal terganggu maka lama-kelamaan juga dapat merusak ginjal.
"Hipertensi seperti ayam dan telur. Ada orang yang hipertensi dulu, tidak terkontrol, terus ginjalnya rusak. Ada orang yang ginjalnya dulu yang terganggu, kemudian juga menyebabkan hipertensi," jelas Aida.
Oleh sebab itu, Aida mengingatkan pentingnya menjaga tekanan darah agar selalu dalam kondisi normal. Apabila penderita hipertensi dianjurkan minum obat oleh dokter, tetap rutin minum obat. Menurut Aida, persepsi di masyarakat masih banyak yang beranggapan meminum obat hipertensi terus-menerus dapat merusak ginjal. Anggapan tersebut keliru. Sebetulnya, yang merusak ginjal adalah hipertensinya sendiri.
"Bukan obatnya yang menyebabkan ginjal rusak tetapi hipertensinya. Ini sering salah persepsi di kalangan awam," ujarnya.
Picu penyakit ginjal
Selain hipertensi, diabetes juga dapat memicu terjadinya penyakit ginjal karena kondisi diabetes juga dapat merusak pembuluh darah pada organ. Gula darah yang tinggi akan merusak sel-sel glomerulus yang berfungsi sebagai filtrasi atau penyaring darah.
"Kalau filtrasinya itu rusak maka terjadi kebocoran-kebocoran protein yang seharusnya tidak keluar di urine," ucap Aida.
Menurutnya, salah satu ciri fungsi ginjal sudah terganggu pada penderita diabetes yaitu urine yang keluar biasanya berbusa. Kemudian, apabila diperiksa lebih lanjut, protein yang terkandung di dalam urine juga banyak. Kondisi ini akan merusak sel-sel ginjal lebih lanjut.
Untuk dapat mengetahui dan memastikan fungsi ginjal, Aida mengatakan perlu juga dilakukan serangkaian pemeriksaan urine dan darah. Pada pemeriksaan urine, dokter akan memastikan apakah ada kebocoran albumin atau protein dalam jumlah yang berlebih dan secara terus-menerus serta menganalisa apakah ada sel darah merah yang keluar berlebihan. Pada pemeriksaan darah akan dilakukan pemeriksaan nilai ureum dan kreatinin, terutama kreatinin untuk bisa mendapatkan perkiraan laju glomerulus.
Pilihan Editor: Bahaya Kelebihan Asupan Protein bagi Ginjal