TEMPO.CO, Jakarta - Munculnya lagi kasus flu burung membuat banyak orang khawatir, apalagi ada semacam trauma setelah wabah COVID-19. Namun, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair), Prof. Dr. Chairul Anwar Nidom, mengimbau masyarakat tidak perlu mengkhawatirkan beredarnya kabar terkait kemunculan kembali virus flu burung.
"Munculnya virus flu burung merupakan peristiwa alamiah. Virus ditakdirkan oleh Allah dalam tubuhnya tidak memiliki kelengkapan, jadi tidak bisa menghasilkan energi sendiri. Tapi, dia diberikan tugas oleh Allah untuk memperbanyak diri," tutur Nidom.
Dia menjelaskan untuk bertahan hidup, virus harus mencari inang agar bisa mendapatkan energi. Hal ini dilakukan virus agar bisa memperbanyak diri.
"Kalau sakit berarti inang tidak siap didatangi virus," tambahnya.
Virus yang menginfeksi unggas ini dapat mengakibatkan kematian pada ayam dengan persentase hingga 100 persen. Meski demikian, belum ada bukti penelitian virus ini dapat menular antarmanusia.
"Sampai saat ini belum ada fakta yang mengatakan bahwa ini bisa menular ke sesama manusia," ujar Guru Besar Biologi Molekuler Virus Unair itu.
Ia mengimbau masyarakat tak perlu khawatir mengonsumsi produk unggas baik daging atau telur. Meski merupakan berbahaya, virus flu burung dapat mati akibat pemanasan.
"Sebelum dijual, ayam itu ada proses pencabutan bulu. Saat pencabutan bulu dilakukan pemanasan dengan air suhu 56 sampai 60 derajat Celcius, itu virus sudah mati," ujar Nidom.
Virus ini akan tetap ada saat ayam dalam keadaan hidup. Masyarakat juga diminta jangan mendekati kerumunan ayam karena punya potensi membawa virus. Sementara itu, produk telur juga tak perlu dihindari. Telur tidak memiliki potensi menularkan virus.
"Selain kulit telur, di dalam telur itu ada selaput tipis berwarna putih yang menjadi penyaring semua mikroba dari luar," ungkapnya.
Beli ayam potong
Nidom menyarankan untuk membeli ayam potong yang biasa dijual di pasar dibanding dalam keadaan hidup. "Jangan kemudian membeli ayam hidup dan dipotong sendiri, itu banyak risiko. Lebih baik beli yang sudah dipotong atau di warung yang sudah matang," kata Ketua Dewan Pembina Nidom Foundation tersebut.
Ia pun membagikan tips untuk mencegah penularan virus flu burung. Virus flu burung menular melalui hidung, mulut, dan mata. Memakai masker dapat menjadi cara mencegah penularan virus ini. Saat pandemi COVID-19 masyarakat diimbau untuk memakai masker. Meski saat ini kasus COVID-19 tidak seganas dulu, Nidom menyarankan kebiasaan memakai masker jangan dihilangkan.
"Dengan menggunakan masker, semua material, baik virus, debu, dan sebagainya bisa dihalangi oleh masker. Peluang virus flu burung masuk ke tubuh lebih kecil," paparnya.
Cara lain adalah selalu menjaga kesehatan. Jika tubuh memiliki kekebalan yang baik maka dapat mengurangi akibat buruk infeksi virus. Selain itu, masyarakat tak perlu panik dalam menghadapi hal ini.
"Jangan takut untuk menghadapi makhluk hidup (virus). Kalau takut bisa stres dan imun turun. Ini yang bisa menyebabkan berkembangnya virus menjadi berbahaya," tandasnya.
Pilihan Editor: Demam Tinggi dan Batuk, Waspadai Gejala Flu Burung
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.