TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan tingkat stunting tidak boleh lebih dari 20 persen. Indonesia kini masih berada di angka 21,6 persen. Sebab itu, pemerintah terus gencar menurunkan angka stunting melalui berbagai upaya, termasuk memasukkannya pada target tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyatakan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif adalah langkah sangat penting untuk mencegah anak stunting.
“Salah satu penyebab stunting adalah karena kurang asupan, ASI kurang bagus dan kurang cukup,” kata Hasto.
Beri ASI sesuai kebutuhan
Ia mengatakan para ibu harus memberikan ASI sesuai kebutuhan, terutama selama 1.000 hari pertama bayi agar nutrisi tercukupi selama masa pertumbuhan. Selain dari ASI yang tidak sesuai kebutuhan, stunting bisa terjadi karena faktor lain, seperti asupan gizi anak yang tidak baik, pola asuh tidak baik, hingga anak yang sering sakit.
Hasto menjelaskan asupan anak yang baik adalah makanan yang cukup protein hewani seperti dari ikan, udang, telur, dan lain sebagainya. Hasto menceritakan ia berasal dari keluarga sederhana namun selalu berusaha mencukupi kebutuhan protein hewani ketika masa muda. Bahkan, karena orang tuanya tidak memiliki cukup uang untuk membeli ikan atau telur maka ia memakan laron hingga belalang untuk memenuhi kebutuhan protein hewani.
“Saya anak kedelapan dari delapan bersaudara. Saya tidak stunting karena sering makan protein hewani. Saya banyak makan laron dan belalang. Kalau makan ayam itu jarang kecuali ada kenduren (hajatan),” kisahnya.
Pilihan Editor: Kepala BKKBN Sebut Anak Stunting Tak Bisa Jadi TNI dan Polisi, Ini Sebabnya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.