Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Istilah Sadfishing di Media Sosial, Kelebihan dan Kekurangan Ekspresi Emosional di Media Sosial

image-gnews
Ilustrasi video viral atau media sosial. Shutterstock
Ilustrasi video viral atau media sosial. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, JakartaSadfishing menjadi istilah yang relatif baru dalam dunia daring yang merujuk pada praktik memposting konten pribadi yang emosional atau dramatis untuk mendapatkan simpati atau perhatian dari komunitas online. 

Meskipun istilah ini mungkin baru, perilaku suka mencari perhatian, baik secara daring maupun luring, sebenarnya bukanlah hal yang baru. Namun, dengan maraknya penggunaan media sosial, tuduhan sadfishing semakin sering muncul, sering kali merujuk pada orang-orang yang dianggap mencari perhatian, baik secara sengaja maupun tidak. Hal ini menciptakan dilema: bagaimana kita bisa membedakan antara mereka yang benar-benar membutuhkan bantuan dan mereka yang hanya mencari perhatian?

Seperti yang dilansir dari Psychology Today, suka mencari perhatian adalah hal yang wajar bagi manusia, sebagai makhluk sosial. Kita semua ingin merasa dicintai dan diterima, yang merupakan faktor utama dalam kesejahteraan emosional kita. Namun, sadfishing melibatkan manipulasi—sebuah tindakan melebih-lebihkan atau berpura-pura mengalami kesulitan untuk mendapatkan perhatian.

Ketika seseorang melabeli sebuah kiriman sebagai sadfishing, itu adalah penilaian subjektif dari pembaca, bukan dari pengirim kiriman. Keaslian konten sulit untuk diukur. Meskipun beberapa individu mungkin berlebihan untuk mendapatkan respons, ada juga kemungkinan bahwa kiriman tersebut merupakan cara untuk mencari dukungan atau sekadar berbagi perasaan di tengah tekanan emosional.

Ada banyak alasan mengapa orang cepat menuduh sebuah postingan sebagai sadfishing. Sebagian orang merasa bahwa mencari perhatian melalui cara yang menyedihkan adalah penipuan yang menjijikkan. Namun, respons emosional kita seringkali menunjukkan bahwa orang cenderung berempati dan terhubung dengan konten yang dramatis. Ketika seseorang merasa tertipu, itu bisa memicu kemarahan dan perilaku defensif. Memberi label sadfishing pada kiriman tersebut sering kali berfungsi untuk merendahkan nilai konten dan mengembalikan kendali bagi mereka yang merasa terjebak.

Dilansir dari laman Parents, fenomena sadfishing juga terkait erat dengan cancel culture, di mana validitas perasaan atau pengalaman seseorang bisa diabaikan. Penilaian ini biasanya bersifat reaktif dan tidak memerlukan penyelidikan mendalam. Memberi label sebuah unggahan sebagai sadfishing adalah upaya untuk membatalkan pengalaman emosional di balik kiriman tersebut. Meskipun beberapa kiriman mungkin benar-benar melanggar batas, seperti contoh pengungkapan emosional yang bermotif komersial, memberi label pada semua kiriman dramatis sebagai sadfishing dapat menjadi bentuk perundungan siber.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Akan lebih baik jika kita memberi keuntungan dari keraguan kepada teman dan orang terdekat, berusaha untuk mengasumsikan bahwa kesusahan mereka adalah nyata hingga terbukti sebaliknya. Terutama bagi remaja, kebutuhan untuk terhubung secara sosial sangat kuat. Interaksi sosial membantu mereka menavigasi dunia emosional dan identitas mereka.

Perhatian adalah fungsi kognitif yang kompleks, di mana kita secara otomatis memperhatikan hal-hal yang tidak biasa untuk menilai ancaman, terutama yang bersifat negatif. Dalam dunia media sosial yang tak terbatas, konten emosional seringkali menjadi faktor penentu dalam menarik perhatian kita. Media sosial mempermudah komunikasi, meskipun terkadang menyamarkan kepentingan relatif setiap unggahan. Dalam konteks ini, sadfishing dapat dilihat sebagai manifestasi dari kebutuhan mendalam akan koneksi sosial, meskipun juga membawa risiko manipulasi.

Media sosial adalah alat yang efektif untuk merasakan koneksi, dukungan, dan menjadi bagian dari komunitas. Mengungkapkan pikiran dan perasaan secara terbuka dapat memperbaiki suasana hati kita, dan umpan balik dari orang lain dapat membantu menormalkan pengalaman yang kita alami.

Namun, media sosial juga memiliki sisi negatif. Kontennya bersifat permanen dan dapat dicari, sehingga tidak ada yang benar-benar bersifat pribadi. Ekspresi kesedihan yang berlebihan bisa menjadi bagian dari identitas digital kita, yang dapat diakses oleh siapa saja, mulai dari keluarga hingga perekrut kerja. Selain itu, berbagi emosi secara terbuka berisiko membuat kita dituduh melakukan sadfishing, yang bisa sangat menyakitkan, terutama jika kita benar-benar merasa sedih.

Pilihan Editor: FOMO Akibat Pengaruh Media Sosial Perilaku Tak Masuk Akal yang Mengancam Kesehatan Mental

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


25 Link Twibbon Rayakan HUT TNI, Begini Cara Menggunakannya

5 jam lalu

Ilustrasi TNI AD. Tempo/Suryo Wibowo
25 Link Twibbon Rayakan HUT TNI, Begini Cara Menggunakannya

Peringatan HUT TNI ke-79 diselenggarakan pada Sabtu, 5 Oktober 2024. Bisa turut merayakannya dengan mengunggah foto profil dari twibbon berikut.


Postingan Threads Bisa Diedit Maksimal 15 Menit, Begini Caranya

20 jam lalu

Logo aplikasi Meta Threads. REUTERS/Dado Ruvic
Postingan Threads Bisa Diedit Maksimal 15 Menit, Begini Caranya

Untuk mengedit postingan di Threads, ikuti langkah-langkah berikut.


Retno Marsudi Sebut Israel Ingin Lawan Narasi Kemerdekaan Palestina Lewat Media Sosial

1 hari lalu

Retno Marsudi/Foto: Instagram/Retno Marsudi
Retno Marsudi Sebut Israel Ingin Lawan Narasi Kemerdekaan Palestina Lewat Media Sosial

Retno Marsudi menyebut Israel ingin mengubah narasi perjuangan kemerdekaan Palestina lewat media sosial.


Apa Itu Doom Spending yang Dilakukan Gen Z dan Milenial?

3 hari lalu

Ilustrasi belanja / masyarakat kelas menengah.  ANTARA/Puspa Perwitasari
Apa Itu Doom Spending yang Dilakukan Gen Z dan Milenial?

Masyarakat lakukan doom spending untuk menghadapi stres, kecemasan, atau kekhawatiran banyak dilakukan Gen Z dan milenial.


Tips Sehat Bermedia Sosial agar Tidak FOMO dan Bermasalah dengan Mental

3 hari lalu

Ilustrasi video viral atau media sosial. Shutterstock
Tips Sehat Bermedia Sosial agar Tidak FOMO dan Bermasalah dengan Mental

Pentingnya mengelola stres dengan mempelajari cara membangun hubungan lebih sehat di ruang digital menjadi solusi bijak bagi pengguna media sosial.


FOMO Akibat Pengaruh Media Sosial, Perilaku Tak Masuk Akal yang Mengancam Kesehatan Mental

3 hari lalu

Boneka Labubu yang pernah diendorse Lisa BLACKPINK. Foto: Instagram.
FOMO Akibat Pengaruh Media Sosial, Perilaku Tak Masuk Akal yang Mengancam Kesehatan Mental

FOMO merupakan ketakutan tertinggal momen di ranah daring, termasuk tak dapat memanfaatkan kesempatan dalam pergaulan dan aktivitas di media sosial.


Psikolog Ungkap Alasan Orang Suka Mengecek Profil Diri di Media Sosial

4 hari lalu

Ilustrasi wanita stalking media sosial. Freepik.com/Kamran Aydinov
Psikolog Ungkap Alasan Orang Suka Mengecek Profil Diri di Media Sosial

Mengecek profil sendiri di media sosial alasannya sederhana, karena kita ingin belajar lebih banyak soal diri sebagai individu.


Cuitan Ridwan Kamil Diskreditkan Orang Jakarta Beberapa Tahun Lalu, Ingatlkan Cara Bijak Bermedia Sosial

4 hari lalu

Ridwan Kamil di GIIAS 2023. (Foto: TEMPO/ Erwan Hartawan)
Cuitan Ridwan Kamil Diskreditkan Orang Jakarta Beberapa Tahun Lalu, Ingatlkan Cara Bijak Bermedia Sosial

Cuitan Calon Gubernur Jakarta, Ridwan Kamil, di media sosial Twitter-kini X- bertahun lalu dinilai mendiskreditkan orang Jakarta masih jadi polemik.


Khaby Lame, Ikon TikTok yang Siap Menggebrak Hollywood dengan Film Komedi Aksi 00Khaby

10 hari lalu

Khaby Lame, Terpopuler di Tiktok Meski Tak Pernah Bicara (INSTAGRAM)
Khaby Lame, Ikon TikTok yang Siap Menggebrak Hollywood dengan Film Komedi Aksi 00Khaby

Bintang fenomenal TikTok, Khaby Lame, akan memulai debutnya dalam komedi aksi yang berjudul 00Khaby.


Mengenal Konsep Fashion Sandwich Outfit yang Sedang Viral di Media Sosial

11 hari lalu

Chef Renatta merupakan koki lulusan Le Cordo Blue Culinary School di Paris, Perancis. Kehadirannya di Master Chef Indonesia identik dengan pakaian warna serba hitam ataupun padu padan monokrom dan coklat. Foto/instagram/renattamoeloek
Mengenal Konsep Fashion Sandwich Outfit yang Sedang Viral di Media Sosial

Konsep fashion sandwich outfit merupakan gaya kombinasi pakaian dengan pemilihan 2 warna atau proporsi yang simpel.