TEMPO.CO, Jakarta - Asap rokok menjadi salah satu polusi udara yang paling dekat dan banyak mengenai anak-anak. Sebanyak 48 persen laki-laki di Indonesia merupakan perokok aktif, yang berarti lingkungan di sekitar area rumah 48 persen Pasangan Usia Subur (PUS) pasti diselimuti asap rokok.
“Sebetulnya yang kita khawatirkan itu kalau terkait polusi udara, yang paling dekat itu rokok,” kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo usai acara Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor Dalam Rangka Hari Keluarga Nasional ke-30 di Jakarta, Rabu, 14 Juni 2023.
Rokok mengandung banyak sekali zat-zat berbahaya yang tidak baik bagi tubuh, seperti karbon monoksida, nikotin, tar, hidrogen sianida, hingga arsenik. Zat berbahaya itu menyebabkan gangguan saluran pernapasan pada anak maupun ibu hamil dan asap rokok juga menyebabkan pertumbuhan bayi jadi terhambat.
Pertumbuhan bayi yang lambat sejak dalam kandungan memicu kelahiran prematur atau kondisi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Kedua hal ini menjadi faktor-faktor penyebab stunting. Berdasarkan data Riskesdas 2018, sebanyak 22,6 persen bayi lahir dalam keadaan panjang badan kurang dari 48 cm dan 29,5 persen lahir prematur.
“Saya berharap yang merokok itu tahu dirilah. Kalau istrinya hamil tidak merokok di dalam ruangan, ini soal polusi udara,” ujar Hasto.
Waspadai bahan kimia juga
Menurut Hasto, bukan hanya asap rokok yang harus diwaspadai melainkan juga bahan kimia yang suka disemprotkan ke bahan pangan seperti sayuran. Hasto mencontohkan salah satunya berupa semprotan tanaman yang mengandung organofosfat, yakni zat kimia sintesis yang biasa digunakan petani untuk membunuh hama, baik berupa serangga, jamur, atau gulma.
Zat yang terkandung dalam semprotan itu nantinya akan menempel, kemudian menciptakan rantai makanan di ekosistem menjadi tidak sehat. Ia menganalogikan jika daun pada tanaman disemprotkan organofosfat dan menempel, hewan seperti kambing akan memakannya dan mengendap dalam tubuh.
“Kemudian, manusia memakan daging kambing itu. Kandungan residu yang menumpuk itu berakhir di kita dan itu berbahaya sekali. Itu yang harus kita perhatikan selain udara,” ucap Hasto.
Ia pun mengimbau seluruh keluarga lebih berhati-hati dan peka terhadap bahaya berbagai macam faktor yang menyebabkan polusi di lingkungan sekitar. Hasto berharap setiap pihak dapat bekerja sama menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat bagi keluarga sehingga generasi bangsa terhindar dari berbagai macam penyakit atau hal berbahaya lain.
Pilihan Editor: Beda Nikotin dengan TAR dan Bahayanya
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.