TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat diminta perlu menjadikan kepatuhan pada protokol kesehatan sebagai kebiasaan baik untuk diterapkan meski situasi saat ini sudah dinyatakan endemi. Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Profesor Tjandra Yoga Aditama, mengatakan fase endemi di Indonesia perlu disikapi masyarakat dan pemerintah dengan menjaga kebiasaan baik yang sudah berjalan selama pandemi COVID-19.
"Marilah kita menjaga perilaku hidup bersih dan sehat agar terhindar dari berbagai penyakit, bukan hanya COVID-19, bukan hanya penyakit menular, tetapi juga penyakit tidak menular," kata Tjandra.
Jika muncul keluhan atau gangguan kesehatan, ia berpesan agar masyarakat tidak mengabaikan begitu saja gejala itu. Tangani dengan seksama dan bila perlu berkonsultasi pada petugas kesehatan. Tjandra mengatakan endemi bukan berarti SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 sudah tidak ada lagi di Indonesia, bahkan dunia. Endemi justru menunjukkan bahwa penyakit masih ada walau angka kasusnya rendah.
"Memang masyarakat umum tidak perlu pakai masker lagi, tetapi akan baik kalau masker tetap digunakan untuk mencegah COVID-19 pada dua kelompok masyarakat," jelasnya.
Kelompok yang dimaksud adalah lansia dan pemilik komorbid yang berada di kerumunan yang dicurigai berpotensi menularkan penyakit. Orang yang sedang terkena COVID-19, bahkan semua yang sedang sakit infeksi saluran napas, dianjurkan tetap memakai masker agar tidak menulari orang lain.
"Segera mendapatkan vaksin COVID-19 secara lengkap sampai booster kedua sambil menunggu perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran tentang kebijaksanaan vaksinasi ini," imbaunya.
Perbanyak riset COVID-19
Kepada pemerintah, Tjandra berpesan untuk tetap menjaga kegiatan surveilans, pengamatan penyakit dan genomik secara berkelanjutan saat muncul lonjakan kasus bisa dideteksi dini oleh epidemiolog dan ditangani. Selain itu, riset terkait COVID-19 juga penting dan perlu dipenuhi karena masih banyak fenomena ilmiah seputar COVID-19 yang belum dikuasai sepenuhnya.
"Penyuluhan kepada masyarakat harus terus dijaga. Tanpa pemberdayaan masyarakat maka masalah kesehatan apapun tidak akan bisa beres," ujarnya.
Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit Kemenkes RI itu juga mendorong pemerintah memberi prioritas tinggi pada program kesehatan dan semua sektor terkait agar berkontribusi bagi derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Salah satunya berkaitan dengan aspek kegiatan promotif dan preventif.
"Memang sudah sejak dulu selalu disebutkan bahwa ini penting. Tetapi pada kenyataannya perhatian lebih berat diberikan pada aspek kuratif, penanganan orang sakit, rumah sakit, dan lainnya," tegasnya.
Pilihan Editor: Alasan Pakar Sebut Istilah Pencabutan Pandemi Tidak Tepat