Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

2 Pendekatan Kemenkes untuk Turunkan Angka Stunting

Reporter

image-gnews
Ilustrasi stunting. freepik.com
Ilustrasi stunting. freepik.com
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 2022, angka stunting nasional berada pada 21,6 persen. Diharapkan pada 2023 bisa turun menjadi 17,8 persen dan mencapai target 14 persen pada 2024. Kementerian Kesehatan menerapkan dua pendekatan, spesifik dan sensitif, dalam upaya mencapai target penurunan angka stunting  secara nasional.

"Hal ini memang bukan masalah sesederhana memberikan makanan kepada anak-anak. Ada dua pendekatan utama secara nasional, yaitu pendekatan spesifik dan sensitif," kata Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono dalan diskusi Forum Merdeka Barat 9, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik (IKP), Kementerian Komunikasi dan Informatika bertajuk “Langkah Penting Turunkan Stunting", Senin, 26 Juni 2023.

Dante menjelaskan pendekatan spesifik berkaitan dengan pemberian makanan tambahan pada anak, mencegah anak sakit, dan sebagainya. Sedangkan pendekatan sensitif berkaitan dengan faktor-faktor yang ada di lingkungan setempat, misalnya kemiskinan, sanitasi yang baik, budaya setempat, dan sebagainya.

"Misalnya pendekatan spesifik sudah dilakukan dengan memberikan makanan tambahan tetapi pendekatan sensitifnya tidak dilakukan, seperti angka diare meningkat akibat sanitasi jelek,maka itu juga akan menurunkan berat badan dan gizi anak-anak," jelasnya.

Ia menambahkan pendekatan sensitif yang berkaitan dengan kebiasaan tradisional suatu daerah dapat mempengaruhi angka stunting. "Misal, ada daerah yang melarang makanan tertentu bagi anak-anak, itu juga akan menurunkan angka program stunting. Jadi, memang butuh komitmen tidak dari pemerintah pusat saja secara eksklusif namun juga peran pemerintah daerah dan kementerian serta lembaga," tegasnya.

Ia menjelaskan perihal pemahaman mendasar stunting yang erat kaitannya dengan kekurangan gizi kronis pada anak-anak. "Pertama, yang harus dipahami bahwa angkanya didapat dari panjang badan dibagi umur. Tetapi, perhitungan tersebut harus dikaitkan dengan kekurangan gizi atau riwayat gizi buruk yang ada sebelumnya, yang kita kenal dengan wasting atau underweight," paparnya.

Wasting adalah penghitungan berat badan dibagi umur, sedangkan underweight penghitungan berat badan dibagi tinggi badan. Bila ada anak yang tinggi badan dibagi umur dalam definisi stunting adalah pendek tetapi tidak punya riwayat gizi buruk sebelumnya, maka dia tidak dikategorikansebagai stunting.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

"Memang perawakannya saja pendek. Tetapi kalau ada riwayat kekurangan gizi sebelumnya, wasting dan underweight baru kita sebut sebagai stunting," jelasnya.

Pantau berat badan
Dante juga mengatakan pihaknya telah melakukan pengukuran dengan hasil stunting masih bisa terlihat pada anak dengan rentang usia sampai 5 tahun. Menurutnya, penentuan rentang usia 5 tahun sebagai cut off point dalam identifikasi stunting karena rentang waktu tersebut menentukan perkembangan otak anak yang akan turut mempengaruhi kualitas hidup, fisik, dan mentalnya pada saat dewasa kelak.

"Kekurangan gizi kronis terjadi pada usia 2-3 tahun. Kalau pada usia tersebut berat badannya tidak naik atau waktu ditimbang rata, maka itu berarti sudah masuk kondisi wasting. Tapi kemudian kalau dibagi tinggi badan dia tambah turun, maka masuk underweight. Ini masih terus terjadi sampai umur 5 tahun," imbuhnya.

Kurang gizi berakibat pada kondisi berat badan anak. Apabila berat badan semakin lama semakin kecil sesuai perkembangan umur dan akhirnya tinggi badannya berpengaruh, maka akan terjadi underweight atau kekurangan gizi.

"Kekurangan gizi timbul dalam bentuk berat badan dibagi tinggi. Kalau penurunan angka terus berlanjut maka akan jadi stunting. Karena itu, penanganan paling bagus untuk stunting bukan pada saat hal tersebut sudah terjadi tetapi jauh sebelum itu, yaitu pada saat gizi buruk mulai terlihat, harus cepat diobati," tuturnya.

Pilihan Editor: Risiko Kehamilan Tak Direncanakan, Anak Stunting atau Cacat

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Risiko Penyakit yang Bisa Muncul Akibat Minum Air Permukaan

3 hari lalu

Ilustrasi seorang anak minum air putih. Shutterstock
Risiko Penyakit yang Bisa Muncul Akibat Minum Air Permukaan

Ahli gizi mengatakan minum air permukaan rentan memicu berbagai penyakit, mulai dari lambung hingga kanker.


Iriana Jokowi Bilang Makanan Bergizi Dapat Ditemukan di Alam

3 hari lalu

Ibu Negara Iriana Joko Widodo bersalaman dengan ibu-ibu pengurus TP PKK Provinsi dan Kabupaten/Kota di sela-sela kunjungannya di Posyandu Rawajali III, Perumahan Graha Nendali, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, Selasa. ANTARA/Yudhi Efendi
Iriana Jokowi Bilang Makanan Bergizi Dapat Ditemukan di Alam

Iriana Jokowi mengharapkan para orang tua memberikan asupan makanan bergizi kepada anak untuk mencegah stunting.


Kelaparan pada Anak-anak di Jalur Gaza Sudah Menyebar

17 hari lalu

Anak Palestina Palestina Yazan Al-Kafarna, yang menderita kelumpuhan otak dan kekurangan gizi, terbaring di tempat tidur di pusat kesehatan Al-Awda di tengah kelaparan yang meluas, ketika konflik antara Israel dan Hamas berlanjut, di Rafah di Jalur Gaza selatan 2 Maret 2024. REUTERS/Yasser Qudih
Kelaparan pada Anak-anak di Jalur Gaza Sudah Menyebar

Tim independen menemukan beberapa kasus gizi buruk pada anak-anak di Jalur Gaza, yang mengindikasikan kelaparan telah menyebar


Kisah Dini, Bidan di Desa Terpencil Uzuzozo NTT yang Berantas Stunting dan Selamatkan Ibu Hamil

18 hari lalu

Theresia Dwiaudina, bidan di Desa Uzuzozo NTT. TEMPO/ Abul Ala Maududi Ilhamda.
Kisah Dini, Bidan di Desa Terpencil Uzuzozo NTT yang Berantas Stunting dan Selamatkan Ibu Hamil

Kisah Dini, bidan di desa terpencil Uzuzozo NTT yang gigih membantu ibu-ibu hamil serta memberantas stunting.


Hari Keluarga Nasional, Perempuan Berperan Besar Tentukan Nasib Bangsa

26 hari lalu

Ilustrasi keluarga. Freepik.com/Lifestylememory
Hari Keluarga Nasional, Perempuan Berperan Besar Tentukan Nasib Bangsa

Intervensi kepada remaja putri sangat diperlukan untuk menciptakan keluarga yang berkualitas.


Pentingnya Momen Harganas untuk Tekan Angka Perceraian

26 hari lalu

Ilustrasi keluarga. Freepik.com/Lifestylememory
Pentingnya Momen Harganas untuk Tekan Angka Perceraian

Harganas ke-31 menjadi momen penting untuk menekan angka perceraian. Berikut penjelasan Kepala BKKBN.


Kabupaten Batang Hari Sukses Tekan Stunting, Terima Penghargaan

27 hari lalu

Wakil Bupati Batang Hari Bakhtiar menerima penghargaan dari BKKBN di Hari Keluarga Nasional 2024 ke-31 di Semarang, Jawa Tengah, Jumat 28 Juni 2024. Batang Hari dianugerahi tanda penghargaan untuk percepatan penurunan stunting, SKI 2023.
Kabupaten Batang Hari Sukses Tekan Stunting, Terima Penghargaan

Angka stunting di Batang Hari dari 26,3 persen menjadi 10,1 persen.


Pentingnya Ikatan Batin Ibu dan Anak untuk Tumbuh Kembang

28 hari lalu

Ilustrasi ibu bahagia saat mencium anaknya. Foto: Unsplash/Humberto Chavez
Pentingnya Ikatan Batin Ibu dan Anak untuk Tumbuh Kembang

BKKBN mengatakan ikatan batin antara ibu dan anak dapat mempengaruhi tumbuh kembang bayi, termasuk mencegah stunting.


Tantangan Edukasi Stunting ke Masyarakat: Pendidikan Rendah

30 hari lalu

Ilustrasi stunting. Foto : UNICEF
Tantangan Edukasi Stunting ke Masyarakat: Pendidikan Rendah

BKKBN menyebut faktor pendidikan rendah sebagai salah satu tantangan dalam mengedukasi masyarakat tentang stunting.


Tim Dokter Bikin Kampanye untuk Mengukur Seberapa Buruk Kasus Kurang Gizi pada Anak-anak di Gaza

32 hari lalu

Bocah Palestina Ahmed Qannan, yang menderita kekurangan gizi, dirawat di pusat kesehatan, di tengah kelaparan yang meluas, ketika konflik antara Israel dan Hamas berlanjut, di Rafah, di selatan Jalur Gaza 4 Maret 2024. REUTERS/Mohammed Salem
Tim Dokter Bikin Kampanye untuk Mengukur Seberapa Buruk Kasus Kurang Gizi pada Anak-anak di Gaza

Sejumlah LSM sedang berusaha meningkatkan pemeriksaan kesehatan pada anak-anak untuk melihat seberapa buruk kasus kurang gizi di Gaza