TEMPO.CO, Jakarta - Status darurat Covid-19 atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) telah resmi dicabut WHO pada 5 Mei 2023. Pencabutan tersebut diumumkan pada acara pertemuan ke-15 Komite Darurat IHR mengenai pandemi Covid-19.
Selama pembahasan tersebut, WHO memiliki alasan untuk mencabut status kedaruratan. Penurunan rawat inap dan penurunan tingkat kematian menjadi alasan dicabutnya status darurat terhadap Covid-19. Namun, walaupun status kedaruratan Covid-19 telah dihapus, bukan berarti negara di dunia sudah aman dari virus tersebut.
Baru-baru ini, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menemukan subvarian omicron baru, yaitu EU.1.1. EU.1.1 pertama kali ditemukan oleh para ilmuwan ketika beberapa negara di Eropa dan Amerika Serikat mengalami kenaikan Covid-19.
Mengutip Cbsnews, varian tersebut adalah keturunan dari XBB.1.5 yang melonjak pada awal tahun. Selain itu, CDC memperkirakan bahwa EU.1.1 sudah menyumbang 1,7 persen kasus Covid-19 di Amerika Serikat. Bukan hanya itu, sebesar 8,7 persen kasus varian EU.1.1 telah mencakup beberapa wilayah, seperti Utah, Montana, Dakota, Colorado, dan Wyoming.
Utah menjadi salah satu daerah yang memiliki banyak kasus Covid-19 dengan varian EU.1.1. Banyak rumah sakit dan kunjungan gawat darurat yang menerima laporan penyakit dengan varian tersebut.Laboratorium di Utah telah meneliti infeksi EU 1.1 yang terjadi di banyak negara dan membandingkannya. Laboratorium tersebut melaporkan adanya 100 kasus EU.1.1 ke basis data virus global.
Walaupun varian EU.1.1 sudah menyebabkan banyak lonjakan Covid-19 di beberapa negara, menurut para ilmuwan, masih terlalu dini untuk mengetahui gejalanya pada orang yang terinfeksi. Rajendram Rajnarayanan dari New York Institute of Technology dan Arkansas State University menganggap bahwa EU.1.1 memiliki kemungkinan untuk lebih menular kepada manusia dibandingkan dengan induknya, XBB.1.5.
Kemudian, Marc Johnson dari University of Missouri School of Medicine mengatakan bahwa EU.1.1 tidak menunjukkan adanya tanda bahaya. Varian tersebut memiliki dua perubahan asam amino dari XBB.1.5.
Sementara itu, induk dari EU.1.1, XBB.1.5 masih menjadi varian yang mendominasi Covid-19 di Amerika Serikat. Menurut CDC, kasus dari semua varian Covid-19 telah menurun menjadi 27 persen. Selain itu, XBB.1.6 menyumbang 19,9 persen kasus dan XBB.1.9.2 menyumbang 13 persen.
Melansir dari Webmdb.com, Food and Drug Administration (FDA) telah mengumumkan bahwa vaksin Covid-19 berikutnya harus menargetkan varian XBB. Selain itu, FDA juga menyarankan produsen untuk merencanakan vaksinasi pada waktu musim gugur.
Pilihan Editor: Kemenkes Sebut Fatalitas Omicron XBB Tak Lebih Parah dari Varian Omicron