TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah mengimbau pembatasan asupan pemanis buatan atau aspartam yang disebut "kemungkinan bersifat karsinogenik buat manusia" atau bisa memicu kanker. Namun bukan berarti pemanis buatan ini perlu ditakuti berlebihan.
"Kemungkinan karsinogenik buat manusia tidak berarti aspartam terkait langsung dengan kanker," sebut pernyataan dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat.
Menurut pakar farmasi di Universitas Negeri Ohio, Georgios Kryiazis, aspartam aman dikonsumsi pada batas tertentu meski ada penelitian yang menyebut kaitan aspartam dengan obesitas dan diabetes. Menurut The New York Times, WHO tak pernah menekankan dampak pemanis buatan seperti aspartam yang banyak digunakan selama puluhan tahun.
Perhatikan batas aman
Meski laporan mengenai kaitan pemanis buatan dan risiko kesehatan tak boleh diabaikan, Kryiazis menekankan kebanyakan bukti penggunaan aspartam dan pemanis buatan lain dalam batas wajar itu aman.
"Buat yang mengonsumsi aspartam 5-6 kaleng sehari, mungkin memang harus menguranginya. Namun aspartam aman buat yang mengonsumsi 1-2 kaleng soda diet atau yogurt sehari," ujar Kryiazis kepada HuffPost.
Karena masalah kesehatan setiap orang bervariasi, para pakar meminta orang untuk mencari informasi tentang bukti ilmiah dan mengonsumsi pemanis buatan dalam batas wajar sehari-hari.
"Penting untuk memahami respons setiap orang tak sama untuk pilihan pola makan. Contohnya lima kaleng soda diet aman untuk sebagian orang tapi tidak demikian untuk sebagian lain sehingga perlu mengurangi konsumsinya," tegasnya.
Pilihan Editor: WHO Batasi Penggunaan Pemanis Buatan, Apa Kata Kemenkes?