TEMPO.CO, Jakarta - Seorang bocah perempuan berusia enam tahun warga Kabupaten Deliserdang, Sumatra Utara, tewas akibat terkena gigitan anjing rabies. Kematian korban yang beralamat di Desa Penungkiren, Kecamatan STM Hilir ini dibenarkan kakeknya pada Rabu, 13 Juli 2023, seperti dilansir dari Antaranews.
Pada akhir Mei 2023, bocah tersebut kena gigitan anjing gila di daerah Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
"Korban digigit anjing gila sewaktu bermain. Untuk pertolongan pertama dibawa ke Puskesmas di daerah Kecamatan Pancur Batu. Sampai di sana hanya diberi obat saja, tidak disuntik anti rabies. Sebab, dokter yang menangani menyarankan agar membawa ke Puskesmas sesuai alamat tinggal untuk penanganannya," kata kakek korban.
Menurut Pihak Puskesmas Telun Kenas, saat itu obat antirabies tidak tersedia. Keluarga diminta untuk pulang dan menunggu hingga obatnya tersedia.
Setelah menunggu lebih dari sebulan, kakek korban mengungkapkan bahwa Puskesmas Telun Kenas tidak pernah memberitahu mereka tentang ketersediaan vaksin anti rabies.
Kemudian pada 2 Juli 2023, korban yang mengalami demam tinggi langsung dibawa keluarga ke puskesmas. Namun, di sana mereka tidak diberikan vaksin anti rabies, melainkan dirujuk ke Rumah Sakit Daerah.
Di RSUD, korban mengalami kejang-kejang dan muntah darah. Kemudian diberikan vaksin anti rabies, namun setelah dirawat selama dua hari, nyawa korban tidak dapat diselamatkan dan meninggal dunia pada 4 Juli 2023.
Apa itu rabies?
Rabies atau yang juga dikenal sebagai penyakit anjing gila adalah penyakit berbahaya dan dapat menyebabkan kematian pada manusia. Rabies disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf pusat dan biasanya ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi.
Menurut World Health Organization (WHO), rabies terdapat di semua benua kecuali Antartika, dengan lebih dari 95 persen kematian manusia terjadi di Asia dan Afrika.
Rabies umumnya ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi, seperti anjing, kucing, rubah, rakun, dan musang. Virus rabies menyebar melalui air liur hewan yang terinfeksi dan dapat masuk ke tubuh manusia melalui luka atau luka gores pada kulit.
Setelah terinfeksi, virus rabies dapat menyebar ke sistem saraf pusat dan menyebabkan gejala yang beragam. Tahap awal gejala rabies biasanya mirip dengan flu, seperti demam, sakit kepala, dan kelelahan.
Namun, seiring berkembangnya penyakit, gejala yang lebih serius muncul, termasuk kecemasan, kebingungan, kesulitan tidur, rasa sakit atau terbakar di daerah gigitan, kesulitan menelan, kejang, dan delirium.
Kenapa bisa sebabkan kematian?
Penyakit rabies, jika tidak segera ditangani, dapat berakibat fatal. Virus rabies menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan peradangan otak yang parah. Gejala seperti kejang, delirium, dan gangguan pernapasan dapat berkembang dengan cepat.
Meskipun ada vaksin dan obat imunoglobulin yang dapat melawan rabies dengan efektif, sayangnya seringkali tidak semua orang bisa mendapatkannya. Ada beberapa kendala yang membuat vaksin dan obat tersebut sulit diakses oleh mereka yang membutuhkannya.
Penderita rabies yang tidak mendapatkan perawatan medis yang tepat berisiko mengalami kematian dalam waktu satu hingga dua minggu setelah munculnya gejala.
Penting untuk mencari perawatan medis segera setelah terkena gigitan hewan yang dicurigai rabies. Langkah-langkah pencegahan termasuk membersihkan luka dengan sabun dan air mengalir, serta menghubungi tenaga medis untuk evaluasi dan penilaian risiko.
Vaksin rabies dan perawatan medis segera dapat membantu mencegah perkembangan virus dalam tubuh dan mengurangi risiko kematian. Dalam artikel dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), disebutkan bahwa pencegahan rabies melibatkan vaksinasi hewan, terutama anjing, serta menghindari kontak dengan hewan liar yang berpotensi terinfeksi.
Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya perlindungan diri dan melaporkan gigitan hewan kepada layanan kesehatan setempat juga merupakan langkah penting dalam pencegahan dan pengendalian rabies.
Pilihan Editor: Waspada Penyakit Hewan yang Bisa Menular ke Manusia Selain Rabies