Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Penyakit Asma Jadi Salah Satu Dampak Perubahan Iklim

Reporter

Editor

Mitra Tarigan

image-gnews
Ilustrasi serangan asma. shutterstock
Ilustrasi serangan asma. shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, JakartaPerubahan iklim tentunya memberikan banyak dampak buruk pada kehidupan manusia. Selama ini yang cukup banyak digaungkan adalah dampak panas bumi yang semakin meningkat. Namun sebenarnya dampak masalah perubahan iklim itu jauh lebih banyak. Dari segi kesehatan, salah satu penyakit yang diprediksi akan meningkat adalah penyakit pernapasan seperti asma. 

Pemanasan global menyebabkan polusi udara dan gas berbahaya lain terperangkap di dalam bumi. Hal ini bisa membuatnya mudah terhirup oleh manusia dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit pernapasan, seperti asma. Seperti dilansir situs Alodokter.com, anak-anak adalah kelompok paling rentan terkena dampak dari pemanasan global. Selain itu, polusi udara akibat pemanasan global juga dapat merusak fungsi dan menghambat pertumbuhan paru-paru anak.

Head of Corporate Affairs AstraZeneca Indonesia, Hoerry Satrio menyetujui hal itu. Ia pun meyakini penyakit asma bisa saja meningkat dengan semakin buruknya kualitas udara akibat perubahan iklim. Hal itu ditambah dengan semakin sedikitnya hutan di bumi. "Hutan itu paru-paru bumi. Tanpa hutan, kita tidak bisa menyerap emisi di udara. Kita perlu reboisasi dan hidupkan area yang sudah gundul," katanya dalam konferensi pers Akselerasi Transisi Menuju Nol Emisi untuk Sektor Kesehatan yang Berkelanjutan pada 17 Juli 2023 di Jakarta. 

Asisten Deputi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Mochamad Saleh Nugrahadi mengatakan sebenarnya pemerintah sudah banyak membuat kebijakan dalam atasi perubahan iklim. "Vocal poinnya ada di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tapi isu lain (tentang perubahan iklim) juga kita bahas," kata Saleh.

Pemerintah, kata Saleh, ikut melakukan monitoring dan evaluasi atas kebijakan di level teknis. Selain itu timnya pun mendorong level Internasional, salah satunya aliansi pendanaan global, untuk membantu mengatasi perubahan iklim di Indonesia. "Targetnya bebas emisi karbon pada 2030," katanya. 

Lia Atmadjadja, Moderator; Hoerry Satrio, Head of Corporate Affairs AstraZeneca Indonesia; Mochamad Saleh Nugrahadi, S.Si., M.Sc., Ph.D, Asisten Deputi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Sumber Daya Alam Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ; dan Dr. I Gusti Ayu Andani, S.T., M.T., Dosen Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) pada konferensi pers 17 Juli 2023 di Jakarta/Astrazeneca

Saleh juga mengajak semua pihak untuk ikut memberikan dukungan dan peran aktif dalam mengatasi perubahan iklim. "Ini bukan upaya pemerintah sendiri, tapi semua pihak seperti swasta dan termasuk upaya internasional," katanya. 

Hoerry Satrio mengatakan timnya ikut dalam upaya mengurangi emisi dan memulihkan alam untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di dunia dan Indonesia . Timnya pun ikut menginvestasikan AS$ 400 juta dolar untuk menanam dan memelihara 200 juta pohon di seluruh dunia hingga tahun 2030. Melalui AZ Forest, ia dan tim bekerja dengan komunitas lokal dan pakar ekologi dalam upaya penghijauan skala besar, pelestarian keanekaragaman hayati dan mendukung mata pencaharian yang berkelanjutan di daerah aliran sungai Citarum. "Sejak awal kemitraan, program AZ Forest telah menanam lebih dari 4 juta pohon di Indonesia dan memberikan dampak pada sekitar 20.000 keluarga petani pada 240 desa di Jawa Barat," katanya. 

AZ Forest adalah program AstraZeneca untuk menanam dan memelihara 200 juta pohon hingga tahun 2030, bekerja sama dengan para ahli dan komunitas lokal. Proyek AZ Forest mendukung kesehatan planet dan manusia dengan manfaat sosial-ekonomi yang signifikan dan merupakan bagian dari strategi nol karbon berbasis ilmiah AstraZeneca, Ambition Zero Carbon.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Timn Hoerry membantu penanaman pohon dan juga tanaman buah-buahan seperti jengkol, petai, durian. Harapannya, hasil dari berbagai tanaman itu juga bisa membantu perekonomian petani.

Daerah Sungai Citarum dipilih karena menjadi salah satu sungai yang sangat kotor. "Salah satu isu yang membuat Sungai Citarum jelek adalah kondisi lahan yang kritis. Ada sekitar 180 hektar daerah yang gundul di daerah itu," kata Saleh

Dosen Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Institut Teknologi Bandung, I Gusti Ayu Andani berharap semakin banyak perusahaan swasta atau industri lain yang ikut melakukan aksi penanaman pohon kembali. Tidak hanya itu, masyarakat pun diharapkan bisa ikut melakukan aksi. 

Andani pun menekankan pentingnya mengatasi krisis iklim. Setiap individu bisa melakukan langkah-langkah kecil seperti menggunakan produk yang lebih ramah lingkungan, beralih ke kendaraan listrik, menggunakan transportasi umum, hingga membiasakan bersepeda atau berjalan kaki alih-alih menggunakan kendaraan jika ingin bepergian jarak dekat.

Kemudian, mulai biasakan memilah sampah, mengurangi plastik, menggunakan sedotan yang terbuat dari logam atau bambu, dan menjalani gaya hidup minimalis dengan bijak mengatur pengeluaran terutama ketika berbelanja fast fashion. "Atau kalau mau bangun rumah, sirkulasinya diperbaiki sehingga kita tidak perlu menggunakan AC terus menerus," kata Andani menambahkan.

Selain itu, menurut Andani, sistem bekerja dari rumah (work from home/WFH) juga sebetulnya dapat menjadi budaya yang baik untuk mengendalikan krisis iklim, sebab dapat mengurangi polusi dan kemacetan.

Pilihan Editor: Peneliti MIT Temukan Warna Laut Berubah sebagai Dampak Perubahan Iklim

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

5 hari lalu

Momen saat kereta melewati kucuran air akibat banjir di stasiun kereta bawah tanah di New York, AS, 1 September 2021. Banjir langsung melumpuhkan stasiun jaringan kereta bawah tanah karena air mengalir masuk hingga membanjiri stasiun. Twitter
Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.


Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

9 hari lalu

Ilustrasi badai taifun yang muncul di Samudera Pasifik. (friendsofnasa.org)
Diskusi di Jakarta, Bos NOAA Sebut Energi Perubahan Iklim dari Lautan

Konektivitas laut dan atmosfer berperan pada perubahan iklim yang terjadi di dunia saat ini. Badai dan siklon yang lebih dahsyat adalah perwujudannya.


Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

9 hari lalu

Mobil terjebak di jalan yang banjir setelah hujan badai melanda Dubai, di Dubai, Uni Emirat Arab, 17 April 2024. REUTERS/Rula Rouhana
Peneliti BRIN Ihwal Banjir Bandang Dubai: Dipicu Perubahan Iklim dan Badai Vorteks

Peningkatan intensitas hujan di Dubai terkesan tidak wajar dan sangat melebihi dari prediksi awal.


5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

9 hari lalu

Mobil melewati jalan yang banjir saat hujan badai di Dubai, Uni Emirat Arab, 16 April 2024. REUTERS/Abdel Hadi Ramahi
5 Hal Banjir Dubai, Operasional Bandara Terganggu hingga Lumpuhnya Pusat Perbelanjaan

Dubai kebanjiran setelah hujan lebat melanda Uni Emirat Arab


Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

14 hari lalu

Anomali suhu udara permukaan untuk Maret 2024. Copernicus Climate Change Service/ECMWF
Maret 2024 Jadi Bulan ke-10 Berturut-turut yang Pecahkan Rekor Suhu Udara Terpanas

Maret 2024 melanjutkan rekor iklim untuk suhu udara dan suhu permukaan laut tertinggi dibandingkan bulan-bulan Maret sebelumnya.


Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

20 hari lalu

Seseorang memegang gambar aktivis iklim Greta Thunberg ketika para aktivis menandai dimulainya Pekan Iklim di New York selama demonstrasi yang menyerukan pemerintah AS untuk mengambil tindakan terhadap perubahan iklim dan menolak penggunaan bahan bakar fosil di New York City, New York, AS, 17 September 2023. REUTERS/Eduardo Munoz
Aktivis Greta Thunberg Ditangkap Dua Kali Saat Unjuk Rasa di Belanda

Aktivis Greta Thunberg ditangkap lagi setelah dibebaskan dalam unjuk rasa menentang subsidi bahan bakar minyak.


Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

24 hari lalu

Ilustrasi hujan. REUTERS
Curah Hujan Tinggi di Bogor, Ahli Meteorologi IPB Ungkap Fakta Ini

Setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan curah hujan di Kota Bogor selalu tinggi. Namun bukan hujan pemicu seringnya bencana di wilayah ini.


Batuk Membandel di Malam Hari, Berikut Ragam Pemicunya

24 hari lalu

Ilustrasi wanita batuk. Freepik.com/Jcomp
Batuk Membandel di Malam Hari, Berikut Ragam Pemicunya

Batuk yang terus terjadi di malam hari sehingga mengganggu tidur diri sendiri dan orang lain memang menjengkelkan. Berikut ragam pemicunya.


Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

27 hari lalu

Billy Joe Armstrong dari Green Day tampil membawakan lagu
Green Day akan Tampil di Panggung Konser Iklim

Grup musik punk Green Day akan tampil dalam konser iklim global yang didukung oleh PBB di San Francisco


Jepang Waspadai Lonjakan Kasus Radang Tenggorokan, Berpotensi Pandemi?

29 hari lalu

Pengunjung yang mengenakan masker pelindung berdoa pada hari kerja pertama Tahun Baru 2023 di kuil Kanda Myojin, yang sering dikunjungi oleh para pemuja yang mencari keberuntungan dan bisnis yang makmur, di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19), di Tokyo, Jepang, 4 Januari , 2023. REUTERS/Issei Kato
Jepang Waspadai Lonjakan Kasus Radang Tenggorokan, Berpotensi Pandemi?

Otoritas kesehatan Jepang telah memperingatkan adanya lonjakan infeksi radang tenggorokan yang berpotensi mematikan