TEMPO.CO, Jakarta - Terlepas dari seberapa umum ADHD, dokter dan peneliti masih tidak yakin apa yang menyebabkan kondisi tersebut. ADHD diyakini memiliki asal-usul neurologis dan genetika. Namun ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan ADHD pada seseorang.
Mengutip dari Healthline, penelitian menunjukkan bahwa pengurangan dopamin juga merupakan faktor utama dalam munculnya ADHD. Dopamin adalah bahan kimia di otak yang membantu memindahkan sinyal dari satu saraf ke saraf lainnya. Hal ini memainkan peran dalam memicu respons dan gerakan emosional.
Penelitian lain menunjukkan bahwa orang dengan ADHD memiliki volume materi abu-abu yang lebih sedikit. Materi abu-abu pada area otak ini dapat membantu seseorang berbicara, mengendalikan diri, mengambil keputusan, dan mengontrol otot.
Melansir dari laman Web MD, meski belum diketahui secara jelas, namun ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko ADHD, yaitu:
- Nutrisi yang buruk
- Infeksi
- Merokok
- Minum
- Penyalahgunaan zat
- Lahir prematur
- Racun, seperti timbal
Selain itu, beberapa hal yang mempengaruhi ADHD yaitu:
1. Cedera otak atau gangguan otak
Kerusakan pada bagian depan otak, yang disebut lobus frontal, dapat menyebabkan masalah dalam mengendalikan impuls dan emosi.
2. Diet "Barat"
Satu studi menemukan bahwa anak-anak yang makan makanan tinggi gula tambahan, lemak, dan natrium dan rendah serat dan asam lemak omega-3 memiliki peluang lebih besar terkena ADHD.
3. Aditif makanan
Dipercaya ada hubungan antara aditif pewarna makanan dan pengawet dan ADHD, tetapi ini mungkin hanya untuk anak-anak yang sudah berada pada tingkat risiko tinggi untuk kondisi tersebut.
4. Pendapatan keluarga
Anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah atau keluarga yang memiliki penurunan pendapatan memiliki peluang lebih besar untuk terkena ADHD.
Pilihan editor : Sutradara Film Barbie Mengaku Mengidap ADHD Saat Anak-anak: Mengenal Gejala dan Jenis ADHD