TEMPO.CO, Jakarta - Tuberkulosis atau TBC masih menjadi penyakit menular yang banyak diderita masyarakat Indonesia. Kasus TBC di Indonesia sendiri menempati peringkat kedua setelah India dengan jumlah yang diprediksi berkisar 969 ribu atau hitungan prevalensi menyentuh angka 354 per 100.000 jumlah penduduk.
Contohnya di Tangerang. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Banten, menyebut jumlah kasus TBC di wilayah itu melonjak hingga mencapai 9.000 kasus dengan penderita usia produktif antara 18 sampai 45 tahun.
"Berdasarkan data yang kita catat pada 2022 kurang lebih ada 8.941 atau 9.000 kasus yang kita deteksi," kata Kepala Dinkes Kabupaten Tangerang, dr. Muchlis.
Jika diperkirakan, jumlah penduduk Kabupaten Tangerang 4 juta dengan prevalensi TBC 282 per 100 ribu jiwa, maka terdapat sekitar 9.000 penderita TBC dengan Batang Tahan Asam (BTA) atau dahak mengandung kuman TBC hidup positif yang tersebar di wilayah tersebut. Menurutnya, penyebab tingginya angka kasus TBC akibat minimnya kesadaran masyarakat pada kesehatan diri dan penularan terjadi karena masih banyaknya rumah warga kurang sehat.
"Sekarang permasalahannya adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam melakukan pengobatan TBC, ditambah dari sisi keluarga serta lingkungan sekitar," ujarnya.
Penularan mirip COVID-19
Dia mengatakan penularan tuberkulosis hampir sama dengan COVID-19, yakni melalui percikan dahak. "Cara penularannya persis kasus COVID-19, melalui interaksi langsung dengan penderita atau melalui air liur itu," jelasnya.
Karena itu, orang yang punya gejala TBC seperti batuk berdahak dua pekan atau lebih segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan. "Kalau ada gejala batuk lebih dari dua minggu, berat badan turun, demam, dan kalau malam berkeringat, mereka harus segera datang ke puskesmas," tuturnya.
"Jadi sebetulnya kasus TBC itu dari jaman dulu tidak selesai-selesai. Harapannya nanti di program eliminasi TBC ini bukan menghilangkan tetapi menurunkan. Nantinya di akhir 2030 bisa sampai 65 orang dari 100 ribu jumlah penduduk yang ada," harap Muchlis.
Pilihan Editor: Kasus Naik, Perlunya Perluasan Deteksi Dini TBC untuk Cegah Penularan