TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis penyakit dalam konsultan pulmonologi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Prof Dr dr Cleopas Martin Rumende, Sp.PD, KP, mengatakan kanker paru stadium dini yang berukuran kurang dari 3 cm bisa ditangani dengan operasi. Sementara pada kanker stadium dua hingga lanjut biasanya selain operasi perlu tambahan terapi lain, misalnya terapi target atau kemoterapi.
"Tidak ada keterlibatan kelenjar atau organ lain, maka operasi hanya satu-satunya tindakan yang dapat menyembuhkan," ujarnya bertepatan dengan peringatan Hari Kanker Paru Sedunia, Selasa, 1 Agustus 2023. "Yang selama ini dilakukan yakni kemoterapi dan radiasi karena stadiumnya sudah lanjut. Dalam 10 tahun terakhir sudah ada pemeriksaan lebih lanjut, yakni terapi target."
Pendapat senada juga diungkapkan dokter penyakit dalam konsultan pulmonologi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Eric Daniel Tenda. Menurutnya, operasi dilakukan untuk mengangkat massa tumor apabila sudah dipastikan kanker masih dalam stadium dini dan tidak ada keterlibatan jaringan di sekitar.
"Melihat kanker paru bukan hanya dari ukuran tumornya tetapi juga harus melihat adakah keterlibatan kelenjar getah bening, penyebaran," jelasnya.
Pentingnya deteksi dini
Eric mengatakan peran deteksi dini, baik sebelum ada gejala ataupun sudah ada, penting. Kanker yang ditemukan pada stadium dini sekitar 60-90 persen bisa dilakukan tindakan operasi maka bisa sembuh. Seseorang, terutama yang sudah berusia 50 tahun dan merokok, memiliki riwayat kanker di keluarga, disarankan memeriksakan diri ke dokter untuk nantinya dilakukan anamnesis. Hal-hal ini diketahui merupakan faktor risiko terkena kanker paru.
"Jadi, mengobrol dulu dengan dokter, dilakukan pemeriksaan fisik, baru akan disarankan dokter melakukan langkah-langkah diagnosis apa terkait proses skrining apabila belum bergejala dan memiliki risiko tinggi," jelas Eric.
Pilihan Editor: Risiko Kanker Paru-paru di Kalangan Perokok Pasif: 3 Faktor Risiko Utama yang Harus Diketahui