TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Sukarno dikenal sebagai sosok yang melakukan diplomasi kuliner. Seperti yang dilakukannya saat Konferensi Asia Afrika. Proklamator itu turut mengenalkan kuliner Indonesia kepada para pemimpin negara. Namun dari banyak makanan khas nusantara, sejumlah makanan diketahui sangat disukai Sukarno. Dilansir dari berbagai sumber, inilah 5 makanan kesukaan Sukarno:
1. Sayur Lodeh
Sayur lodeh adalah makanan khas Indonesia yang terbuat dari Tujuh bahan utama yang ditambahkan ke kuah santan, melinjo, daun melinjo, labu siam, kacang panjang, terong, nangka, dan tempe.
Jika kebanyakan orang suka makan nasi hangat, maka Bung Karno lebih suka disajikan nasi dingin dengan sayur lodeh hangat, sehingga nasinya akan tetap hangat. Karena menurut beliau, jika disajikan nasi hangat dengan sayur lodeh dingin, maka itu akan menurunkan suhu nasinya karena diserap oleh sayur.
2. Sambal Pecel
Muslih bin Rasan seorang mantan pelayan pribadi keluarga Soekarno, pernah mengisahkan bahwa santapan favorit Bung Karno adalah sambal pecel, bahkan hidangan ini tidak pernah absen di meja makan. Apalagi ketika Bung Karno pulang ke Blitar, ia tidak akan melewatkan kesempatan untuk menikmati pecel Blitar yang terkenal, yaitu Nasi Pecel Mbok Rah.
3. Tempe
Dalam buku berjudul berjudul Fatmawati Catatan Kecil Bersama Bung Karno, diceritakan bahwa Sang Proklamator ini sangat menyukai tempe. Bahkan di buku lainnya yang berjudul Hariyatie, Soekarno The Hidden Story (2011), dijelaskan bahwa selain tempe biasa, Presiden Soekarno juga menyukai tempe bacem.
4. Sayur Asem
Masih dalam buku yang sama juga dijelaskan bahwa Ir. Soekarno juga menyukai sayur asem yang lengkap dengan sambalnya.
5. Kue Pelite
Ketika diasingkan ke Muntok, Pulau Bangka, Bung Karno jatuh cinta dengan Kue Peliter, makanan khas Bangka. Kue Pelite terbuat dari tepung beras, santan dan gula. Lalu ditempatkan di wadah kecil yang terbuat dari daun pandan.
FANI RAMADHANI | AHMAD FAIZ
Pilihan Editor: Mengenal Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia Pemikirannya Diserap Sukarno-Hatta