TEMPO.CO, Jakarta - Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah dan pihak terkait untuk mengatasi polusi udara Jakarta dan sekitarnya, di antaranya dengan menyemprotkan air. Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Profesor Tjandra Yoga Aditama, pun merujuk studi yang menyebut menyemprotkan air ke jalan dapat mencegah polusi udara, salah satunya di Cina.
Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah Toxics pada Juni 2021, penyemprotan air dalam skala besar di jalan bukan mencegah polusi udara tetapi justru menambah polusi karena cenderung meningkatkan konsentrasi PM 2.5-indikator dalam polusi udara dan juga kelembapan.
Di sisi lain, Tjandra menyebutkan studi dalam Environmental Chemistry Letters tahun 2014 yang menyebutkan penyemprotan air secara geoengineering atau menggunakan perangkat teknologi untuk intervensi iklim dalam upaya memulihkan perubahan iklim dapat menurunkan kadar polusi PM 2.5 secara efisien.
"Tetapi memang metodologi penelitian tahun 2014 ini tidak selengkap penelitian di jurnal Toxics yang juga tahunnya lebih baru sehingga secara ilmiah kita jelas membandingkan keduanya," kata Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu.
Bukan cara efektif
Sementara itu, laporan penelitian lanjutan pada Maret 2022 dalam Jurnal ilmiah Proc. ACM Interact. Mob. Wearable Ubiquitous Technology memberi perspektif yang berbeda. Peneliti menggunakan metode iSpray atau intellegent spraying yang dinilai sebagai desain perangkat lunak baru tentang teknik penyemprotan air yang lebih baik.
Hasil penelitian menyebutkan iSpray dengan intelegensia memberi cara penyemprotan yang lebih efisien dan memberi dampak baik pula pada penanganan polusi udara. Menurutnya, India pernah mencoba menyemprotkan air saat New Delhi mengalami polusi udara.
Namun, cara ini tidak memberikan hasil yang memadai dan media The Times of India pada November 2020 menyatakan menyemprotkan air mungkin tidak membuat masyarakat mendapatkan udara bersih. Laporan mengungkapkan penyemprotan air akan ada gunanya hanya pada daerah yang sedang banyak membangun gedung dan menimbulkan debu dan bila terbawa angin dapat menyebabkan debu beterbangan.
"Dengan beberapa penjelasan di atas maka memang harus betul-betul dianalisa secara ilmiah cara apa yang akan kita gunakan untuk mengatasi polusi udara yang masih terus buruk pada hari-hari ini," ujar Tjandra.
Pilihan Editor: 7 Langkah Anjuran Pakar Paru untuk Hadapi Buruknya Polusi Udara