TEMPO.CO, Jakarta - Psikiater lulusan Universitas Indonesia Adhi Wibowo Nurhidayat, mengatakan penyebab orang tak bisa menghentikan keinginan alias kecanduan judi karena terjadi disregulasi di bagian otak. Bagian otak yang terdampak adalah ventromedial prefrontal cortex (vmPFC) dan orbitofrontal cortex (OFC).
VmPFC terlibat dalam berbagai fungsi sosial, kognitif, dan afektif, sementara OFC bertanggung jawab dalam proses kognitif pengambilan keputusan sehingga dampaknya bukan hanya orang tidak bisa menghentikan impuls berjudi tetapi juga mengalami masalah dalam fungsi kognitif lain.
Baca Juga:
"Dia tidak bisa mengatur waktu, sudah berapa lama tidak tidur, tidak mampu berpikir secara jernih karena fungsi kognitif terganggu. Lalu, tidak mampu merencanakan sesuatu dengan baik," ujar Adhi.
Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia itu mengatakan otak memiliki sistem reward yang memudahkan orang merasa nyaman dan semangat saat berjudi.
"Reward system yang ada di otak saat seseorang yang menggunakan narkoba, dia akan merasa senang sekali, jalur yang sama dengan pada adiksi perilaku seperti judi," kata Adhi.
Akses mudah
Selain itu, saat ini ada ada banyak faktor yang menyebabkan orang kecanduan judi, salah satunya kemudahan akses. Dulu, orang harus mengunjungi kasino untuk berjudi atau membeli lotre namun kini dengan kemudahan teknologi dia hanya perlu mengandalkan gawai.
Selain itu, situasi ekonomi yang menurut sebagian orang sulit juga dapat menjadi penyebab. Sebagian ingin cepat kaya dengan cara instan. Merujuk pengalamannya dan rekan-rekan sejawat saat praktik, Adhi menuturkan judi sudah merasuk ke semua kalangan, baik menengah atas maupun bawah.
"Memang mulai dari kalangan atas sampai menengah bawah terdampak mengenai ekonomi. Orang ingin cepat kaya dengan cara cepat. Gambling itu dengan Rp 200 ribu taruhannya hanya Rp 200," tutur Adhi.
Pilihan Editor: Pilihan Terapi dan Pencegahan untuk yang Kecanduan Judi