TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian orang, terutama yang berkulit putih atau terang ingin punya kulit yang terlihat gelap. Kondisi ini berlawanan dengan banyak wanita Indonesia yang pada dasarnya berkulit coklat atau sawo matang dan justru ingin kulit yang lebih terang atau putih.
Kebanyakan orang yang ingin memiliki kulit gelap memilih melakukannya lewat sunbed alias ranjang untuk berjemur dengan sinar buatan, bukan hanya berjemur di bawah sinar matahari. Maklumlah, tak sepanjang tahun warga di negeri-negeri subtropis mendapatkan sinar matahari. Adakah bahayanya?
Menurut Dr. Sophie Shotter, pendiri Illuminate Skin Clinics, indeks sinar ultraviolet (UV) pada sunbed adalah 12 atau setara dengan radiasi sinar matahari di daerah tropis pada siang hari bolong. Sunbed diklaim berbahaya bagi semua orang dan menurut Cancer Research, sebagian orang memiliki risiko yang lebih tinggi lagi. Mereka adalah pemilik kulit terang, banyak memiliki bintik di kulit, riwayat kulit terbakar sinar matahari atau kanker kulit.
Orang muda lebih berisiko
Orang muda juga diklaim berisiko lebih tinggi. Mereka yang sering terpapar sinar matahari sebelum berusia 25 tahun berisiko lebih besar terkena kanker kulit di kemudian hari. Karena itulah ada aturan di Inggris sunbed tak boleh digunakan oleh yang berusia di bawah 18 tahun.
"Satu sesi sunbed bisa meningkatkan risiko mengembangkan sel karsinoma skuamus sebesar 67 persen dan sel karsinoma basal 29 persen. Bahkan hanya satu sesi sunbed sebelum berusia 35 tahun bisa meningkatkan risiko kanker kulit melanoma sebesar 75 persen," jelas Shotter, dikutip dari Hello Magazine.
Perpaduan radiasi dari lampu untuk menggelapkan kulit berbeda dari sinar matahari alami. Kebanyakan sunbed memproduksi UVA dan UVB lebih tinggi.
"Beberapa sunbed menghasilkan 99 persen UVA. Jenis radiasi ini bisa menyebabkan kerusakan DNA, kanker kulit, dan penuaan dini," papar Shotter.
Pilihan Editor: Yang Tak Boleh Dilakukan setelah Kulit Terpapar Sinar Matahari