TEMPO.CO, Jakarta - Impostor syndrome adalah istilah yang menggambarkan pola perilaku seseorang yang sering kali meragukan atau bahkan merasa tidak pantas meraih pencapaian dan kesuksesannya sendiri.
Dikutip dari Psychology Today, alih-alih mengakui kemampuan serta upaya mereka, mereka sering mengaitkan pencapaiannya dengan penyebab eksternal atau sementara, seperti keberuntungan, waktu yang tepat, atau usaha yang tidak dapat mereka keluarkan secara teratur.
Penelitian menunjukkan sekitar 25-30 persen orang berprestasi tinggi menderita sindrom impostor. Sekitar 70 persen orang dewasa juga mengalami impostorisme setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Dilansir dari Healthline, Valerie Young, peneliti sindrom impostor terkemuka, mengidentifikasi lima jenis utama sindrom ini dalam bukunya pada 2011 "The Secret Thoughts of Successful Women: Why Capable People Suffer from the Impostor Syndrome and How to Thrive in Spite of It."
1. Sang perfeksionis
Baca Juga:
Mereka fokus pada cara melakukan sesuatu dan sering mengejar kesempurnaan dalam semua aspek kehidupan. Namun, karena kesempurnaan tidak selalu realistis, mereka sering tidak dapat mencapai standar tersebut. Sebagai gantinya, mereka bisa merasa malu karena kesalahan kecil dan terlalu kritis terhadap diri sendiri setelah menyelesaikan tugas.
2. Jenius alami
Mereka menghabiskan hidup untuk memperoleh keterampilan baru dengan sedikit usaha. Orang-orang ini juga meyakini bahwa mereka harus segera menguasai materi dan proses baru. Keyakinan ini membuat orang yang kompeten bisa menangani semuanya dengan mudah ketika menghadapi kesulitan.
3. Individualis kasar (atau solois)
Orang ini meyakini bahwa mereka harus bisa mengatasi segalanya sendiri. Jika tidak bisa mencapai kesuksesan secara mandiri, mereka akan merasa tidak kompeten. Meminta bantuan atau menerima dukungan dianggap sebagai tanda kegagalan dan mengakui kelemahan diri.
4. Sang ahli
Mereka menganggap sebuah pekerjaan sukses jika telah memahami semua aspek topik tersebut. Orang-orang ini juga bisa menghabiskan terlalu banyak waktu mencari informasi tambahan sehingga mengganggu tugas utama mereka.
5. Pahlawan super
Orang-orang ini akan mengaitkan kompetensi dengan kemampuan untuk sukses dalam berbagai peran, seperti sebagai siswa, teman, karyawan, atau orang tua. Jika gagal dalam menghadapi tugas-tugas ini, mereka akan merasa bahwa ini adalah bentuk ketidakmampuan.
Pilihan Editor: Emily Ratajkowski Curhat tentang Sindrom Impostor, Apa Itu?