TEMPO.CO, Jakarta - Ketiga calon presiden disingkat capres, yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto menghadiri acara makan siang bersama Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, pada Senin, 23 Oktober 2023. Ketiganya mengenakan busana batik Parang.
Tuan rumah Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian batik putih bercorak biru. Prabowo Subianto dengan batik parang warna coklat. Sementara Ganjar Pranowo dengan batik Parang warna kemerahan, serta Anies Baswedan yang berpakaian batik warna coklat tua.
Sejarah munculnya batik Parang
Batik Parang merupakan salah satu jenis batik yang berasal dari Jawa, khususnya daerah Solo dan Yogyakarta. Batik motif parang dibuat oleh para pengrajin batik di daerah tersebut dan mulai populer pada abad ke-19. Motif yang digunakan pada batik parang sangat khas dengan bentuk parang yang memiliki makna atau simbol yang dalam.
Dilansir dari laman sibakul.jogjaprov.go.id, motif Parang yang melengkung dan berulang mengandung berbagai makna dalam budaya Indonesia. Salah satunya adalah simbol keberanian dan ketangguhan, yang terinspirasi oleh bentuk pedang yang meliuk-liuk. Selain itu, Batik Parang juga dianggap sebagai lambang keselarasan dan keseimbangan hidup. Pola melengkung yang berulang menggambarkan bagaimana kehidupan manusia selalu mengalami pasang surut, dan kesemuanya harus diterima dengan ketenangan dan keberanian.
Pada awalnya, batik parang hanya digunakan oleh keluarga kerajaan dan masyarakat yang berada di kalangan atas saja. Namun, seiring berjalannya waktu, batik parang mulai dikenal oleh masyarakat luas dan mulai digunakan dalam berbagai acara, baik acara resmi maupun acara keluarga.
Seiring perkembangan zaman, batik dengan motif Parang akhirnua semakin populer di kalangan masyarakat luas. Hal tersebut terjadi karena adanya penyebaran ilmu membuat batik dan meningkatnya permintaan pasar akan batik dengan pola yang indah dan unik. Sejak saat itu, batik Parang menjadi semakin meluas dan menjadi bagian penting dari warisan budaya Indonesia.
Batik ini juga memiliki nilai ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Indonesia, khususnya wilayah Pulau Jawa. Industri batik memberikan mata pencaharian bagi ribuan pengrajin batik yang telah mewarisi keterampilan dan pengetahuan dalam pembuatan batik selama berabad-abad. Selain itu, penjualan kain batik juga telah menjadi salah satu komoditas ekspor Indonesia yang mendunia dan memberikan devisa negara dari tahun ke tahun.
Bahkan, United Nation Educational, Scintific, and Cultural Organization (UNESCO) telah menetapkan batik Indonesia sebagai Warisan Budaya Takbenda Manusia pada tahun 2009, sehingga hal tersebut menegaskan nilai dan pentingnya batik bagi budaya dunia.
Proses pembuatan batik Parang
Batik Parang tentu memerlukan proses yang cukup panjang dalam pembuatannya. Para pengrajin batik Parang pun tentu harus memiliki keahlian dan keterampilan yang tinggi untuk membuat batik dengan motif jenis ini. Pembuatan batik Parang dilakukan dengan menggambar motif Parang menggunakan tangan atau menggunakan canting, alat tradisional untuk menorehkan lilin cair pada kain putih. Lilin tersebut berfungsi untuk mencegah pewarnaan pada area tertentu, sehingga motif Parang tetap terlihat jelas dan terdefinisi.
Setelah proses lilin selesai, kain akan dicelupkan ke dalam pewarna alami atau kimia, bergantung pada permintaan dan tradisi para pembuat batik sendiri. Dalam prosesnya, pewarnaan kain batik Parang dapat diulang beberapa kali untuk mencapai warna yang diinginkan. Setelah selesai dengan pewarnaan, lilin akan dilelehkan dari kain dengan menggunakan air panas.
JOGJAPROV.GO.ID
Pilihan editor: Batik Parang: Dilarang di Tasyakuran Kaesang, Dibagikan Jokowi Saat Pernikahan Gibran