Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kebaya Janggan Sering Dikenakan Dian Sastro dalam Serial Gadis Kretek, Ini Artinya

image-gnews
Tissa Biani dan Dian Sastrowardoyo dalam serial Gadis Kretek. Dok. Netflix
Tissa Biani dan Dian Sastrowardoyo dalam serial Gadis Kretek. Dok. Netflix
Iklan

TEMPO.CO, JakartaSerial Gadis Kretek di Netflix telah tayang sejak 2 November 2023. Serial ini mengikuti karakter Dasiyah (Dian Sastrowardoyo), perempuan visioner dengan kecintannya menjadi peracik saus rokok kretek dan Soeraja (Ario Bayu) pada 1960-an. Mereka terjebak dalam kisah cinta yang terseret peristiwa besar dalam sejarah Indonesia. Berpuluh-puluh tahun kemudian, perjumpaan anak Soeraja yang bernama Lebas (Arya Saloka) dengan Arum (Putri Marino) membawa mereka ke perjalanan untuk mengungkap masa lalu.

Selain alur cerita yang menarik, dalam Gadis Kretek, pakaian kebaya yang selalu digunakan Dasiyah setiap hari juga mencuri perhatian. Sebab, Dasiyah selalu mengenakan kebaya janggan berwarna monokrom setiap hari. 

Kebaya sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia, terutama ketika Presiden Sukarno menjadikannya sebagai pakaian resmi kenegaraan pada 1940-an. Kebaya adalah baju perempuan bagian atas berlengan panjang dan dipadukan  dengan kain panjang. Namun, seiring berjalannya waktu, kebaya memiliki bentuk yang beragam dan berbeda dari definisi awalnya. 

Salah satu kebaya di Indonesia yang dimiliki Keraton Yogyakarta dan dijadikan khusus busana abdi dalem adalah kebaya janggan. Kebaya ini lahir pada masa akhir Perang Diponegoro (sekitar 1830-an). Kebaya ini mengadopsi model seragam militer Eropa saat itu yang terlihat dari bentuk kerah tinggi dan tidak menutup. Kala itu, kebaya janggan populer dikenakan oleh para perempuan ketika berpergian, seperti tertulis dalam kebayaindonesia.org.

Melansir keraton.perpusnas.go.id, kata janggan berasal dari kata ‘jangga’ yang berarti leher. Model kebaya ini mempunyai kemiripan dengan jas laki-laki jawa, surjan. Kancing bajunya terletak di bagian leher ke bawah kiri tubuh.

Kebaya Janggan umumnya berwarna hitam. Hitam menyimbolkan ketegasan, kesederhanaan, dan juga kedalaman. Kebaya ini sering digunakan oleh abdi dalem putri keraton Jawa ketika menabuh gamelan (wiyaga) atau pesinden (vokalis putri).

Saat ini, kebaya janggan lebih dikenal dengan nama janggan hitam mengacu pada warnanya. Sebab, di daerah Keraton Yogyakarta, warna pakaian yang dibolehkan untuk dikenakan adalah warna gelap, seperti cokelat atau hitam.

Warna tersebut menjadi tanda atau identitas bagi abdi dalem Keraton Yogyakarta. Kebaya ini memiliki bentuk yang mirip dengan surjan, busana abdi dalem laki-laki di Keraton Yogyakarta. Kebaya ini harus dipadukan dengan kain berwarna hitam, baik polos maupun bermotif. Namun, kain kebaya janggan tidak boleh berbahan brokat. 

Secara  historis,  kebaya janggan terinspirasi dari baju kurung para santri perempuan di Banetika. Hal tersebut diketahui ketika Sultan Hamengkubuwono V berkunjung ke Banten. Akibatnya, kebaya janggan tidak terlepas dari nilai Islam atau budaya santri. 

Mengacu internationaljournallabs, bentuk  kebaya janggan adalah tertutup rapat dari sisi atas sampai sisi bawah. Pada bagian bawah tertutup sampai bagian pinggang, sedangkan sisi atas tertutup sampai menutupi leher. Pada bagian depan dan belakang tertutup penuh sampai tidak ada satu sisi terbuka sedikit pun. 

Secara keseluruhan, kebaya ini memiliki 21 kancing. Dengan rincian, ada 6 kancing terlihat pada ujung atas (bagian leher), 2 kancing pada bagian dada atas, 3 kancing pada bagian depan, dan 5 kancing pada setiap pergelangan tangan kanan serta kiri. Meskipun secara fungsi tampak sebagai aksesoris, tetapi kancing dalam kebaya yang dikenakan Dian Sastro ini secara simbolis memiliki makna filosofis tertentu. 

RACHEL FARAHDIBA R  | MARVELA  I  MUHAMMAD SYAIFULLOH

Pilihan Editor: Lima Model Kebaya yang Populer

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Cara Nicholas Saputra dan Putri Marino Bangun Chemistry di Film The Architecture of Love

1 hari lalu

Film The Architecture of Love dibintangi Putri Marino dan Nicholas Saputra. Foto: Instagram/@filmtaol
Cara Nicholas Saputra dan Putri Marino Bangun Chemistry di Film The Architecture of Love

Putri Marino dan Nicholas Saputra dipertemukan pertama kali dalam satu film di The Architecture of Love.


Film Putri Marino dan Nicholas Saputra, The Architecture of Love Tayang 30 April

1 hari lalu

Film The Architecture of Love dibintangi Putri Marino dan Nicholas Saputra. Dok. Poplicist
Film Putri Marino dan Nicholas Saputra, The Architecture of Love Tayang 30 April

Diadaptasi dari novel, film The Architecture of Love bercerita tentang penulis dan arsitek yang tidak sengaja bertemu kemudian saling menyembuhkan.


Mengenang Mooryati Soedibyo, Alasannya Bersedia Jadi Produser Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta

3 hari lalu

Pendiri PT.Mustika Ratu Tbk Mooryati Soedibyo. ANTARA/Teresia May
Mengenang Mooryati Soedibyo, Alasannya Bersedia Jadi Produser Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan dan Cinta

Selain menjadi pendiri Mustika Ratu, Mooryati Soedibyo pernah sebagai produser film tentang Sultan Agung. Ini alasannya saat itu.


FFI 2024 Angkat Tema Merandai Cakrawala Sinema Indonesia, Ini Artinya

4 hari lalu

Ario Bayu. Foto: Instagram @ariobayu.
FFI 2024 Angkat Tema Merandai Cakrawala Sinema Indonesia, Ini Artinya

Ketua Komite FFI menjelaskan tema FFI 2024 yakni Merandai Cakrawala Sinema Indonesia.


Film Festival Kurang Populer, Ario Bayu Tak Bisa Salahkan Selera Publik

4 hari lalu

Ario Bayu. (Tempo/Thea Fathanah)
Film Festival Kurang Populer, Ario Bayu Tak Bisa Salahkan Selera Publik

Penyelenggaraan FFI dapat memberdayakan produksi film lokal Indonesia dan membuka ruang bagi film festival agar lebih dikenal.


Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

13 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?


Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

14 hari lalu

Prosesi Grebeg Syawal yang digelar Keraton Yogyakarta di Masjid Gedhe Kauman Kamis 11 April 2024. Dok.istimewa
Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.


Ario Bayu Didapuk Jadi Ketua Komite FFI 2024-2026, Ini Film-Film yang Pernah Dibintanginya

21 hari lalu

Ario Bayu. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo
Ario Bayu Didapuk Jadi Ketua Komite FFI 2024-2026, Ini Film-Film yang Pernah Dibintanginya

Ario Bayu ditetapkan menjadi Ketua FFI telah memerankan banyak karakter dari beragam film layar lebar. Berikut sebagian filmografinya.


Ario Bayu Ditetapkan sebagai Ketua Komite FFI 2024-2026 Gantikan Reza Rahadian, Ini Profilnya

21 hari lalu

Ario Bayu berperan sebagai Soeraja di serial Gadis Kretek. Foto: Dok. Netflix
Ario Bayu Ditetapkan sebagai Ketua Komite FFI 2024-2026 Gantikan Reza Rahadian, Ini Profilnya

Tidak lagi dijabat oleh Reza Rahadian, kini, Ketua Komite FFI selanjutnya dijabat aktor Ario Bayu. Begini profilnya.


78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

24 hari lalu

Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X menyebar udik-udik bagian dari acara Kondur Gongso di Masjid Agung Gedhe, Yogyakarta, (23/1). Upacara Kondur Gongso merupakan upacara dalam menyambut Maulud Nabi. TEMPO/Subekti
78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.